Sejarah
Sang Syahid Mihrab
Tepat pada malam ke-19 bulan suci Ramadan, Imam Ali bin Abi Thalib as terlihat banyak merenung seraya memandang ke angkasa. Beliau senantiasa mengulang-ulang kalimat ini, ”Engkau (wahai Rasulullah) tidak berbohong dan tak pernah membohongi orang lain. Malam inilah waktu yang engkau janjikan.”
Imam Ali bin Abi Thalib as menghabiskan malamnya dengan berdoa dan bermunajat kepada Allah Swt. Setelah itu, beliau keluar dari rumah menuju masjid untuk menunaikan salat Subuh.
Saat Imam Ali bin Abi Thalib as sedang mengerjakan salatnya dan asyik bermunajat kepada Allah Swt, tiba-tiba seorang terkutuk bernama Abdurrahman bin Muljam meneriakkan idiom kaum Khawarij dengan lantang “tiada hukum kecuali milik Allah”. Secepat kilat ia mengayunkan pedangnya tepat ke kepala suci Imam Ali bin Abi Thalib as.
Seketika itu pula, Imam Ali bin Abi Thalib as berucap, “Sungguh aku menang, demi Tuham Pemilik Kabah.” Orang-orang segera berlarian menghampiri Imam Ali bin Abi Thalib as. Mereka mendapatkan beliau tergeletak dan segera membawanya pulang ke rumah dengan kepala dibebat kain, sementara massa dalam jumlah besar mengiringi sambil menangis.
Ibnu Muljam berhasil ditangkap. Imam Ali bin Abi Thalib as lalu berwasiat kepada anak tertuanya, Imam Hasan as, juga kepada anak-anaknya yang lain serta keluarganya agar berlaku baik terhadap tahanan. Beliau berkata, “Nyawa dibalas nyawa. Maka, bila aku mati, kalian harus mengisasnya. Bila aku hidup, aku akan mengambil keputusan sesuai pertimbanganku.”
Sayyid Mundzir al-Hakim, Teladan Abadi Ali bin Abi Thalib