Sejarah
Rasulullah, Pemimpin Gerakan Perubahan
Secara umum, ajaran atau ideologi Islam mazhab Syiah merupakan konsekuensi langsung dari formula gerakan dakwah Islam dengan tujuan untuk menjaga misi suci yang diperjuangkan Rasulullah saw hingga berkelanjutan secara pasti.
Pandangan ini bisa ditelusuri jika kita memandang dengan telisti bagaimana Rasulullah membangun sebuah gerakan pencerahan yang sistematis dengan segala situasi yang ada pada saat itu. Rasulullah saw terjun ke masyarakat, berbaur bersama mereka, dan memimpin perubahan secara fundamental, mengakar, dan menyeluruh.
Tentunya Rasulullah saw sebagai pemimpin yang cerdas dalam gerakan ini menyadari bahwa perubahan tidaklah mungkin berlangsung dalam tempo singkat. Apalagi Islam yang ditawarkan Rasulullah saw memiliki prinsip dan akar yang sangat jauh berbeda bahkan bertolak belakang dengan tradisi jahiliah yang mengakar di tubuh masyarakat saat itu.
Rasulullah saw memulai gerakan perubahannya dengan memberi pencerahan terhadap orang-orang yang menjadi korban tradisi jahiliah sehingga mereka tercerahkan dan memasuki dunia baru dalam naungan cahaya risalah Islam. lni demi misi gerakan yang ingin mencabut setiap akar jahiliah yang tertanam dalam jiwa masyarakat.
Dalam tempo tidak lama, pemimpin berkarakter agung ini mampu membuat terobosan yang dahsyat dan mencengangkan dalam gerakan perubahan. Gerakan ini harus dipertahankan dan berlanjut meskipun sang pemimpin harus pergi menemui kekasihnya Allah Swt. Rasulullah saw tidak wafat dengan mendadak, bahkan jauh sebelum wafatnya beliau menyadari jika tugasnya sebagai nabi akan berakhir. Hal ini begitu jelas dalam pidato terbuka Rasulullah saw pada Haji Wada sebagai haji perpisahan.
Beliau tidak wafat dengan mendadak dan berpulang tanpa persiapan. ltu berarti, pemimpin gerakan perubahan ini memiliki waktu untuk mempersiapkan keberlanjutan misinya setelah beliau kembali ke haribaan Allah Swt. Bahkan, jika kita meyakini faktor transenden yang berkaitan erat dengan hal ini, maka keharusan keberlangsungan gerakan dakwah merupakan konsekuensi kebijaksanaan dan kasih sayang Allah Swt untuk makhluknya sebagaimana pesan yang terkandung begitu jelas dalam wahyu-Nya kepada Rasulullah saw.
Dengan demikian, Rasulullah saw memiliki tiga kemungkinan sebagai jalan menyikapi keberlanjutan gerakan dakwah Islam pasca wafatnya. Pertama, bersikap tidak peduli dengan keberlanjutannya. Kedua, bersikap proaktif dengan menyerahkan urusan ini kepada umat Islam untuk ditindaklanjuti dengan sistem musyawarah (syura). Ketiga, menunjuk langsung penggantinya.
Ayatullah Baqir Shadr, Filsafat Sejarah Islam Syiah