Sejarah
Pengorbanan Abu Thalib Membela Islam
Nabi Muhammad saw menyebarkan agama baru untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Kaum kafir Quraisy mencoba merayu Abu Thalib yang melindungi dakwah Nabi saw dengan menukarkan pemuda bernama Amarah bin Walid (saudara Khalid bin Walid) yang dikenal sebagai pemuda terkuat dan tertampan kaum Quraisy. Mereka berkata, “Ambil ia dan serahkan Muhammad untuk kami bunuh!”
Abu Thalib merasa sedih mendengar itu. Ia lantas menjawab dengan gusar, “Apakah kalian memberikan anak kalian untuk kupelihara, sementara aku memberikan anakku untuk kalian bunuh? Pernahkah kalian melihat unta betina yang mengasihi anak unta lain melebihi kasihnya pada anaknya sendiri?”
Penindasan kaum musyrik kian meningkat. Mereka mulai menyiksa orang-orang beriman. Abu Thalib khawatir mereka akan mencelakai Nabi Muhammad saw. Ia segera mengirimkan beliau saw ke Bani Hasyim. Ia meminta mereka melindungi dan menyelamatkan Nabi saw. Mereka menerimanya, kecuali Abu Lahab.
Abu Thalib mendengar bahwa Abu Jahal dan beberapa orang kafir berusaha membunuh Nabi Muhammad saw. Ia dan anaknya, Ja’far bergegas ke lembah-lembah sekitar Mekah untuk mencari Nabi saw. Mereka mencari Nabi Muhammad saw ke sana kemari.
Akhirnya, ia dan Ja’far menemukan Nabi sedang salat. Pada saat bersamaan, Ali as juga menunaikan salat di samping kanan Nabi saw. Mereka sedih melihat tak seorang pun di sana bersama Nabi Muhammad saw kecuali Ali as. Kendati demikian, Abu Thalib ingin membesarkan hati keponakannya. Ia berpaling pada anaknya, Ja’far, dan berkata, “Lengkapilah sayap sepupumu.”
Maksudnya, salat di samping kiri Nabi saw demi memunculkan keteguhan hati, kekuatan, dan kepercayaan diri. Ja’far berdiri bersama Nabi Muhammad saw dan saudaranya, Ali, untuk salat menyembah Allah, Pencipta langit dan bumi, Tuhan semesta alam.
Suatu hari, Abu Thalib tak melihat Nabi saw. Jiwanya yang selalu diliputi kerinduan atas kehadiran sosok Nabi Muhammad saw, menantikan kepulangannya. Tapi Nabi saw tak kunjung kembali. Ia bergegas mencari Nabi saw dengan mendatangi tempat yang kerap dikunjungi Nabi saw. Namun, ia tak menemukan beliau.
Abu Thalib segera mengumpulkan Bani Hasyim dan berkata, “Setiap dari kalian harus membawa sebatang besi. Sekarang ikuti aku. Saat aku masuk ke dalam masjid, setiap dari kalian, harus duduk di samping pemimpin Quraisy. Ia harus membunuhnya bila ternyata Muhammad saw telah dibunuh.”
Para pemuda Bani Hasyim mematuhi perintah Abu Thalib. Setiap mereka duduk di samping orang-orang kafir tersebut. Abu Thalib duduk menanti kedatangan Nabi Muhammad saw. Tak lama kemudian, Zaid bin Harits datang dan mengatakan bahwa Nabi saw dalam kondisi selamat.
Kemudian, Abu Thalib mengumumkan rencananya untuk menghukum orang yang berusaha menyakiti Nabi Muhammad saw. Kaum musyrik kontan ciut nyalinya. Abu Jahal pun terbungkam. Wajahnya pucat pasi.
Beberapa orang musyrik mendesak anak-anak dan budak-budak mereka menyakiti Nabi Muhammad saw.
Suatu hari, Nabi saw sedang menunaikan salat. Tiba-tiba datang seorang pemuda yang melemparkan kotoran kepada Nabi Muhammad saw. Pemuda itu lalu tertawa terbahak-bahak. Nabi saw kemudian pergi menemui pamannya Abu Thalib dan menceritakan perlakuan buruk pemuda itu.
Abu Thalib menjadi sangat gusar. Ia menghunus pedangnya dan mendatangi kaum musyrik itu. Ia lantas memerintahkan anaknya untuk balas melemparkan kotoran ke wajah mereka. Mereka berkata, “Abu Thalib, cukup!”
Kamal as-Sayyid, Kisah 14 Sahabat Nabi Saw dan Keluarganya