Ikuti Kami Di Medsos

Sejarah

Pemenjaraan dan Perlawanan Imam Musa Kazhim

Pemenjaraan dan Perlawanan Imam Musa Kazhim

Pemenjaraan dan Perlawanan Imam Musa Kazhim

Harun memutuskan untuk datang ke Madinah guna menangkap Imam Musa Kazhim as dan memenjarakannya. Pada tahun yang sama, Harun menulis maklumat kepada semua orang untuk menyebar di Mekah dan Madinah. Sepulangnya dari Madinah, ia memerintahkan gubernur Madinah menangkap Imam Musa Kazhim as dan membawanya ke Basrah.

Imam Musa Kazhim as dipenjarakan selama satu tahun di sana. Saat itu, kota Basrah berada di bawah pemerintahan Gubernur Yahya Barmaki. Selama di penjara, akhlak, budi luhur dan perilaku agung Imam Musa Kazhim as meninggalkan kesan yang mendalam pada diri Yahya. Kesan itu memaksanya untuk menulis surat kepada Harun, “Wahai Harun, aku tidak melihat sesuatu pun pada diri Musa bin Ja’far selama dalam penjara kecuali kebaikan dan ketakwaan. Aku tidak tahan lagi memenjarakannya. Terimalah ia agar kembali atau aku akan bebaskan ia pergi”.

Baca juga : Membaca Peninggalan Imam Ja’far

Maka, Harun memutuskan untuk memindahkan Imam Musa Kazhim as dari Basrah ke Baghdad. Atas perintahnya, beliau dipindahkan ke penjara Baghdad di bawah pengawasan Fadhl. Seperti pengalaman Yahya, Fadhl juga terpesona oleh kepribadian luhur Imam Musa Kazhim as dan meminta Harun agar ia sendiri yang mengawasi beliau. Akhirnya, Imam Musa Kazhim as dipindahkan lagi ke penjara Sindi bin Syahik, seorang yang bengis dan kejam. Imam Musa Kazhim as melewatkan hari-harinya di penjara itu dengan shalat, puasa, ibadah, dan doa. Semua itu menambah kedekatan diri beliau kepada Allah Swt.

Harun terus berupaya, bagaimana caranya membunuh Imam Musa Kazhim as. Suatu hari, ia mengutus Yahya bin Khalik ke penjara. Tugas yang diemban Yahya adalah memintanya untuk tidak menentang penguasa dan menawarkan pengampunan serta pembebasan kepada beliau. Namun, beliau menolak semua tawaran itu.

Imam Musa Kazhim as menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi, “Setiap hari kulalui dengan kesusahan, sementara engkau lalui hari-harimu dengan kesenangan. Lalu, kita akan sama-sama mati. Hingga di suatu hari yang tiada akhirnya, kelak kita diberdirikan di hadapan Mahkamah Ilahi, ketika orang-orang licik hanya akan menjadi pecundang dan terhinakan.”

Sayyid Mahdi Ayatullahi, Imam Musa al-Kazhim: Pelindung Kaum Tertindas

Baca juga : Berjuang di Jalan Islam

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *