Ikuti Kami Di Medsos

Sejarah

Latar Belakang Perlawanan Imam Khomeini terhadap Syah Pahlevi

Buku pertama Imam Khomeini, Kashfol-Asrar, merupakan kritik tajam terhadap Reza Syah (ayah Syah Pahlevi) yang telah memerintah Iran secara sewenang-wenang, menghancurkan kebudayaan Islam, menjadi budak negeri asing, dan luar biasa kejam. Tak kurang dari 11 buku beliau tulis.

Pertentangannya dengan Syah Pahlevi sama keras dengan pertentangannya dengan Reza Syah. Di bulan Juni 1963, saat tentara Syah Pahlevi membunuh ribuan demonstran dalam satu hari, Imam Khomeini dipenjara untuk beberapa bulan. Setelah itu beliau berada dalam tahanan rumah selama 8 bulan dan baru di bulan November 1964 dibolehkan kembali ke Qom.

Pembahasan sebelumnya Kiprah Imam Khomeini Sebelum Revolusi Islam 1979

Setelah kejadian itu, Imam Khomeini bukannya takut. Beliau justru makin berani dan terus menyampaikan pidato-pidato yang menentang Syah dan Parlemen Iran yang dianggapnya telah menjadi kaki tangan rezim Amerika. Imam Khomeini adalah figur nasionalis yang amat anti kolonialisme dan imperialisme. Pada 1960-an, dalam sebuah tulisannya, beliau memuji Sukarno (Presiden Republik Indonesia) sebagai tokoh anti kolonialisme.

Salah satu pidatonya yang termasyhur pada 1964 adalah, “Mengapa Parlemen Iran memberikan jaminan dan konsesi pada para perwira dan serdadu Amerika, sehingga mereka bebas dari pengadilan Iran, seandainya mereka melakukan kejahatan terhadap orang Iran, termasuk di dalamnya membunuh pemimpin-pemimpin negara dan agama? Mengapa pengadilan Iran melakukan hal itu? Mengapa Syah Iran meminjam uang sebanyak 200 juta dollar AS, padahal harus membayar bunga sebanyak lebih dari 100 juta US$ dalam jangka waktu 5 atau 10 tahun? Mengapa kedaulatan Iran diobral?”

Disebabkan kritiknya terhadap perlakuan istimewa bagi orang Amerika, beliau pun ditangkap lalu diasingkan di Turki dan Irak. Dari luar negeri itu beliau dengan terang-terangan menyokong perjuangan rakyat Palestina (jangan heran bila Yasser Arafat menjadi orang pertama yang datang ke Iran setelah Imam Khomeini menang) baik dengan uang maupun sumbangan-sumbangan lainnya.

Dari Irak, Imam Khomeini meneruskan perjuangannya untuk menumbangkan rezim Syah Iran. Dikirimkannya pidato-pidatonya yang telah direkam dalam kaset ke seluruh Iran. Beliau merupakan salah satu figur yang berani memprotes langsung saat ribuan pemuda Iran dibunuh akibat protes mereka terhadap Syah Iran, sehingga namanya kian harum.

Ketika mula-mula tiba di Najaf, Imam Khomeini terasing dari suasana politik dan terputus dengan bangsa Iran. Satu-satunya jalan waktu itu hanyalah mengirimkan pesan pada orang-orang yang datang ke Najaf untuk disampaikan ke para pengikut beliau di Kota Suci Qom.

Dengan kepergian Imam Khomeini pada tahun 1964, Syah menganggap bahwa tak akan ada masalah lagi baginya di Iran. Ia akan dapat memerintah seumur hidupnya. Dalam sebuah buku yang diterbitkan pada 1976, ia mengatakan, “Sekarang tidak ada lagi masalah dengan pemimpin-pemimpin agama di Iran. Khomeini? Tak ada orang yang mengikutinya, kecuali para teroris!”

Ada sebuah anekdot tentang permusuhan Imam Khomeini dengan Syah. Suatu hari, Syah mengunjungi pemimpin-pemimpin agama di Qom. Semua orang berdiri memberi hormat kepadanya, kecuali Imam Khomeini yang tetap duduk dengan tenangnya. Syah, melalui SAVAK telah menawarkan 200 ribu dolar AS kepada Imam Khomeini asal mau pergi dari Iran. Dengan tenang, Imam Khomeini menjawab, “Bilang padanya, saya beri ia dua kali lipat dari itu asalkan ia yang pergi dari negeri ini.”

Bersambung…..

*Disarikan dan disunting dari Nasir Tamara, Revolusi Iran

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *