Sejarah
Kelahiran Bayi Penuh Berkah, Sayyidah Fathimah (1/2)
Di tahun kelima setelah bi’tsah (pengutusan sebagai nabi), Rasulullah saw hidup dalam kondisi dan situasi yang paling sulit. Islam dikucilkan, jumlah kaum muslimin sangat sedikit, dan mereka mendapat tekanan dari berbagai sisi oleh pelbagai pihak. Sementara, lingkungan kehidupan Mekah bertambah rusak karena kemusyrikan, penyembahan berhala, kebodohan, takhayul, perang antar kabilah, dan arogansi yang pihak kuat terhadap pihak yang lemah.
Rasulullah saw memikirkan tentang masa depan; masa nan cemerlang, namun masih tertutup mendung hitam. Masa depan yang nampak jauh dan sulit teraih, meski tidak sepenuhnya mustahil. Di tahun itu, terjadilah peristiwa besar bagi Rasulullah saw. Beliau diperjalankan menuju Iangit atas perintah Allah, sehingga beliau menyaksikan keagungan Sang Pencipta di alam malakut yang sangat luas, dengan mata kepala beliau sendiri. Peristiwa itu merupakan perwujudan dari ayat: Kami hendak menunjukkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan Kami yang besar. (QS. Thaha: 23)
Ya, Isra Mi’raj telah menjadikan ruh Nabi saw lebih agung dan siap nenanggung beban risalah yang lebih tinggi dan berat, disertai harapan yang lebih besar pula. Marilah kita membaca sebuah riwayat yang disepakati, baik oleh kalangan Ahlussunah maupun Syi’ah:
Di malam Isra Mi’raj, Rasulullah saw melewati surga. Malaikat Jibril as kemudian memberikan kepada Rasulullah saw buah dari pohon Thub (jenis pohon di surga). Ketika Rasulullah saw kembali ke bumi, buah surgawi tersebut berubah menjadi bahan dasar bagi proses kelahiran Sayyidah Fathimah Zahra. Oleh karena itu, kita sering membaca hadis yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw sering mencium Sayyidah Fathimah.
Hadis ini diriwayatkan oleh Suyuthi dalam kitab Durr al-Mansur dengan sedikit perbedaan redaksional, Thabari dalam kitab Dzakhir al-Uqba, dan Ali bin Ibrahim dalam kitab tafsirnya. Yang terkenal adalah bahwa peristiwa Mi’raj ke langit terjadi pada tahun-tahun terakhir Rasulullah saw di Mekah. Namun, berdasarkan riwayat-riwayat, Mi’raj terjadi berulang kali. Ini tidak bertentangan dengan peristiwa kelahiran Sayyidah Fathimah di tahun kelima setelah bi’tsah (pengutusan Nabi saw).
Bayi penuh berkah ini dilahirkan pada tanggal 20 Jumadil Akhir. Bayi suci itu berasal dari ayah suci, Rasulullah saw, dan ibu agung yang memiliki sifat rela berkorban dan mementingkan orang lain, Sayyidah Khadijah. Kelahiran Sayyidah Fathimah meruntuhkan pandangan orang-orang musyrik yang beranggapan bahwa Rasulullah saw mandul, tidak memiliki keturunan. Anggapan orang-orang itu bak memahat di atas air; sirna dengan cepat. Berdasarkan surah al-Kautsar, Sayyidah Fathimah merupakan sumber bagi kelahiran keturunan Nabi saw dan para imam pemberi petunjuk sepanjang masa hingga hari kiamat.
Wanita agung ini memiliki sembilan nama penuh berkah. Setiap nama mencerminkan sifat-sifat dan barakah Sayyidah Fathimah, sebaik-baik wanita di alam semesta. Nama-nama itu adalah; Fathimah, Shiddiqah, Thahirah, Mubarakah, Zakiyyah, Radhivah, Mardiyah, Muhadatsah, Zahra.
Perlu diketahui, nama Fathimah menyimpan berita gembira bagi orang-orang yang mengikuti dan mencintainya. Sebab, nama “Fathimah” berasal dari kata dasar fathama yang berarti terpisah atau terputus dari menyusu. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw, beliau berkata kepada Imam Ali bin Abi Thalib, “Tahukah engkau, mengapa puteriku dinamakan dengan nama Fathimah?”
Amirul Mukminin Ali berkata, “Mengapa dinamakan Fathimah, wahai Rasulullah saw?”
Rasulullah saw berkata, “Sesungguhnya Allah memutus puteriku, Fathimah, keturunannya, dan orang yang mencintai keturunannya dari api neraka, oleh karena itu ia dinamakan Fathimah.”
Ayatullah Nashir Makarim Syirazi, Wanita Agung Fathimah Zahra