Ikuti Kami Di Medsos

Sejarah

Jutaan Rakyat Teriakkan “Mampus Syah dan Hidup Khomeini!!”

Tanggal 1 Desember, persis ketika jam malam berlangsung, ratusan ribu rakyat Teheran turun ke jalan-jalan dengan berpakaian hitam dan putih, tanda berkabung.  Tanpa takut mereka menantang jam malam, sambil berteriak “Allahu Akbar” terus menerus. Dari masjid-masjid, rumah-rumah, di Teheran Selatan yang tradisional maupun dari wilayah kaum borjuis yang kebarat-baratan di Teheran Utara, terdengar seruan itu, seolah-olah manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya.

Tentara yang memblokir seluruh jalan raya di kota itu menembak secara brutal. Ratusan orang tewas selama seminggu peringatan hari Muharam.  Iran lumpuh berkat pemogokan totalnya. Pemerintahan Jenderal Azhari, meskipun dengan senapan di tangan, tak mampu menyuruh orang-orang kembali bekerja. Anarki terjadi! Orang-orang mulai meninggalkan Iran, yaitu kaum hartawan dan sebagian besar keluarga raja, berikut seluruh uang mereka, sehingga Iran boleh dibilang tak punya banyak uang lagi, di negerinya.   ·

Hari Asyura yang jatuh pada hari kesepuluh Muharam adalah upacara yang menggambarkan penderitaan Imam Husain melawan Yazid. Para mullah memimpin upacara itu yang kali ini menjadi simbol pertarungan dan kesediaan untuk mati suci, menjadi martir dalam melawan Syah Pahlevi. Teriakan “Mampus Syah dan hidup Khomeini” menggema di mana-mana.

Di pemakaman Behesht Zahra, jumlah korban sudah tak terhitung lagi dengan jari. Ratusan, klaim Pemerintah, tapi 4.000 orang menurut penduduk Teheran. Tubuh-tubuh yang hancur lebur terkena tembakan senapan mesin maupun mayat-mayat tentara campur baur. Tapi semua mereka dikuburkan. Banyak mayat yang dipotong-potong ditemukan tergeletak di tengah jalan. “Tak syak lagi, pasti SAVAK yang melakukan”, kata orang-orang

Setelah itu terjadilah demonstrasi nasional besar-besaran. Pada 11 dan 12 Desember 1978, kira-kira tiga juta orang berdemonstrasi di Teheran (terutama di Avenue Syah Reza) menentang penguasa. Di semua provinsi, jutaan orang melakukan hal sama secara serentak. Di hari pertama para demonstran masih tenang dan teratur. Mereka hanya mencela Konstitusi Monarki melalui slogan-slogan. Keesokan harinya mereka ingin balas dendam terhadap kekangan, penindasan, yang telah mereka derita selama berkuasanya Syah.

Kedua demonstrasi itu tak hanya dipimpin para tokoh agama, tapi juga Front Nasional di mana ikut serta Karim Sanjabi dan Shapur Baktiar sebelum diangkat jadi Perdana Menteri. Pagi itu, untuk pertama kalinya muncul demonstrasi besar, jutaan orang, gabungan berbagai golongan dan aliran dengan membawa gambar Mossadeq bercampur dengan gambar Imam Khomeini dan Shari’at Madari dengan gambar-gambar anggota Fedayeen Khalq.

Di hari pertama muncul 3 juta orang.  Di hari kedua lebih dari itu. Mereka berpikir, bila banyak seperti itu, tak ada satu kekuatan pun yang dapat membendung mereka. Bila di hari pertama tak ada teriakan anti monarki, maka beda halnya di hari kedua. “Mampus Syah”, diteriakkan orang-orang.  Gambar Imam Khomeini jauh lebih banyak dari hari sebelumnya. Orang-orang Bazar bahkan   berteriak, “Tuhan Maha Besar, pemimpin kami Khomeini. Dengan berkat Tuhan kami bunuh si  pengkhianat, si pengkhianat anti agama. Kemenangan sudah di ambang pintu!”.

Hari itu, jutaan rakyat Teheran menantang seorang penguasa, Syah Pahlevi yang tinggal sendiri dengan istri dan tentaranya, The Immortal, di Istana Niavaran, Teheran Utara.

Bersambung…..

*Disarikan dan disunting dari Nasir Tamara, Revolusi Iran

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *