Sejarah
Imam Hasan Askari dan Umat di Tengah Tekanan Politik
Adanya pelbagai tekanan represif dinasti Abbasiah atas orang-orang Syiah pada waktu itu membuat komunitas Syiah hidup dalam kondisi taqiyah. Pun demikian dengan Imam Hasan Askari as yang berupaya keras mengatur urusan kaum Syiah, mengumpulkan pelbagai kewajiban harta (seperti zakat, khumus, kaffarah dll), serta mengutus perwakilan-perwakilan ke berbagai daerah.
Dari laporan sejarah dapat dipahami bahwa pada fase kehidupan Imam Askari as terdapat keterbatasan bagi Imam untuk mengadakan ikatan secara langsung dengan para pengikutnya. Karena itu, tatkala Imam as dibawa ke istana khilafah, para pengikutnya mengambil kesempatan berjumpa beliau di tengah perjalanan menuju Istana. [Arbili, Kasyf al-Ghummah, jil. 2, hal. 930]
Syaikh Thusi mengutip kabar yang menceritakan adanya kumpulan warga saat Imam Askari as melintas serta penghormatan mereka kepadanya. Namun dikarenakan penjagaan ketat pihak penguasa, Imam as sesekali melarang mereka menjalin kontak semacam itu dengan dirinya. [Thusi, al-Ghaibah, hal. 215-216]
Ali bin Ja’far Halabi menuliskan, “Suatu hari Imam as dijadwalkan hadir di istana khilafah. Kami berkumpul menanti pertemuan dengan beliau. Dalam kondisi itu, datanglah sepucuk surat beliau kepada kami dengan isi sebagai berikut, ‘Jangan seorang pun dari kalian memberikan salam bahkan isyarat kepadaku, sebab kalian tidak akan berada dalam kondisi aman.‘” [Rawandi, al-Kharāij wa al-Jarāih, jil. 1, hal. 439]
Saat itu terdapat para wakil Imam Imam Askari as. Ini sebagaimana imam-imam sebelumnya yang memilih beberapa wakil untuk mengadakan kontak dengan para pengikutnya. Salah seorang di antara mereka adalah Aqid, pembantu khusus yang diasuh Imam sejak kecil dan menjadi pembawa sekian banyak surat beliau untuk kaum Syiah. [Thusi, al-Ghaibah, hal. 272]
Demikian pula dengan seseorang yang dijuluki Gharib Abul Adyan, pembantu Imam yang bertugas mengirim surat-suratnya. Namun, orang yang dikenal secara pasti sebagai pintu gerbang (wakil dan penghubung Imam dengan masyarakat) terkait sumber-sumber imamiyah adalah Utsman bin Said. Pasca kesyahidan Imam Askari as dan di masa ghaibah kecil, Utsman bin Said juga memainkan peran sebagai wakil dan duta pertama Imam Zaman as. [Paketchi, Hasan Askari, hal. 626]
Salah satu cara komunitas Syiah menjalin kontak dengan Imam as adalah korespondensi. Sebagai contoh, surat-surat beliau kepada Ali bin Husain Babawaih. Juga surat kepada penduduk Qom dam Abeh (Aveh). Dalam Kamāluddin, diceritakan bahwa Imam Askari as beberapa saat sebelum kesyahidannya menulis banyak surat dengan tangannya sendiri kepada penduduk Madinah. Kaum Syiah juga kerap menyurati beliau terkait banyak perkara dan tema untuk kemudian menerima jawabannya melalui surat balasan.
Dapat disaksikan kondisi komunitas Syiah yang berada di bawah tekanan dari ucapan-ucapan Imam as. Misalnya, imbauan beliau untuk bersabar dan percaya pada kemenangan serta menanti kemenangan itu. Begitu pula dalam hadis-hadis beliau, dapat ditemukan sejumlah penekanan khusus untuk mengelola hubungan internal komunitas Syiah dan pergaulannya dengan saudara-saudara seagama. [Ibnu Syahrasyub, Manaqib Ali Abi Thalib, jil. 3, hal. 526]