Ikuti Kami Di Medsos

Sejarah

Detik-detik Wafatnya Sayyidah Fathimah Zahra

Malam itu, 3 Jumadil Akhir tahun ketiga hijriah, jiwa suci Sayyidah Fathimah Zahra as meninggalkan alam materi ini dan pergi ke alam malakut setelah menderita sakit selama kurang lebih enam bulan pasca mangkatnya Rasulullah saw. Ya, jiwa paripurna itu telah terbang ke sisi Tuhannya, para malaikat Tuhan, dan para nabi dan rasul yang bersama ayahnya menyambut jiwa agung nan suci itu.

Kala itu, Imam Hasan dan Imam Husain as berada di luar. Keduanya lantas bergegas kembali ke rumah agar dapat mengetahui kondisi ibunya, namun keduanya tidak menemukan sang ibu terkasih. Keduanya segera menemui Asma dan bertanya tentang ibu mereka. Asma menjawab dengan tangisan, “Ibunda kalian telah wafat, pergilah dan beritahukan ayah kalian.”

Mendengar jawaban itu, seakan-akan halilintar datang menyambar kepala kedua anak itu. Keduanya segera menghampiri jenazah ibundanya. Imam Hasan as menghempaskan tubuhnya ke sisi ibundanya dan berkata, “Wahai ibundaku! Berbicaralah denganku sebelum jiwaku meninggalkan jasadku ini.”

Imam Husain as pun menangis dengan keras di samping ibundanya dan berkata, “Wahal ibundaku! Akulah putramu, Husain, berbicaralah kepadaku sebelum hatiku hancur dan aku mati.”

Asma mencium mereka berdua dan menghiburnya. Dan karena Asma takut kedua anak itu mengalami musibah dan malapetaka, ia menyuruh mereka menemui ayah mereka. Hasan dan Husain as pergi ke Masjid Rasulullah saw dengan tangisan keras. Kaum muslim terkejut dan menemui keduanya, lalu bertanya, “Wahai anak-anak Rasulullah saw! Mengapa kalian menangis, apakah karena kalian melihat makam kakek kalian ini sehingga kalian menangis mengenangnya?

Mereka menjawab, “Tidak, ibunda kami, Fathimah telah tiada.”

Amirul Mukminin Ali as terkejut dan berkata demikian kepada dirinya “Siapakah yang mampu menanggung kesedihan ini, wahai Putri Muhammad! Kini aku berduka atas ketiadaanmu, lantas setelah ketiadaanmu bagaimana hatiku menjadi tenang dan terhibur.”

Imam Ali as kembali ke rumah tergesa-gesa dengan linangan air mata, ketika tiba beliau melayangkan pandangan kepada tubuh suci yang terbaring itu sembari melantunkan dua bait syair,

Setiap perkumpulan dua kekasih, niscaya akan berujung pada perpisahan
Sangat sedikit perkumpulan itu yang tidak berakhir dengan perpisahan
Sesungguhnya kehilangan Fathimah setelah Ahmad adalah dalil atas ketidakabadian kekasih…

Kaum muslim berdatangan ke rumah Imam Ali as dengan deraian air mata. Mereka mengelilingi rumah Imam as sambil menangisi wafatnya sang titipan Rasulullah saw yang telah mereka abaikan hak-haknya itu. Dengan kewafatannya, lembaran terakhir dari lembaran-lembaran kenabian telah tertutup. Kaum muslim hari itu mengenang semua upaya-upaya keras Rasulullah saw yang berujung pada kejayaan dan kemuliaan bagi mereka. Mereka mengingat bagaimana Rasulullah saw mengayomi mereka dengan penuh kecintaan dan kasih sayang.

Kota Madinah berbelasungkawa. Laki-laki dan perempuan menangis dan masyarakat menunggu keluarnya jenazah untuk mendapatkan pahala pengiringan penguburan jenazah suci itu, namun Imam Ali as mengatakan kepada Salman Farisi untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa penguburan ditunda, karena itu masyarakat harus bubar dan kembali ke rumah mereka masing-masing.

Baqir Syarif Qarasyi, Fathimah Zahra

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *