Sejarah
Api Revolusi Imam Khomeini Mulai Membakar Rezim Syah Pahlevi
Pengrusakan besar-besaran: pembakaran bioskop, tempat judi, steambath, kantor-kantor dan lain-lain, dilakukan rakyat sebagai protes terhadap penembakan mahasiswa oleh tentara di Universitas Teheran pada 4 November itu. Pengrusakan itu terjadi pada 5 November 1978 dan terutama berlangsung di Avenue Pahlavi, Avenue Hafez, Jalan Shahreza, Boulevard Elizabeth, dan Takhte Tavous Avenue. Pendeknya, di seluruh Teheran. Kali ini tentara berdiam diri. Hanya gedung strategis yang dijaga, termasuk Kedutaan Besar Amerika Serikat. Kedutaan Besar Inggris di Avenue Ferdowsi tidak dijaga sehingga dirusak demonstran. Kerugian ditaksir tak kurang dari 500 juta dolar AS.
Kejadian itu rupanya yang menyebabkan Syah Pahlevi mengangkat anggota militer berpendidikan Amerika Serikat, Jenderal Gholam Reza Azhari, sebagai Perdana Menteri. Syah berpikir hanya sebuah pemerintahan militer saja yang dapat menyelamatkan negara dan membuat rakyat takut berdemonstrasi atau beraksi mogok.
Faktor lainnya adalah bahwa kali ini, Raja melihat seluruh kelompok politik berdiri di belakang Imam Khomeini. Buktinya, Karim Sanjabi, Ketua Front Nasional yang menjumpai Imam Khomeini di Paris pada 5 November mengeluarkan pernyataan terbuka, yang isinya sebagai berikut:
- Dengan pemerkosaan konstitusi terus-menerus, dengan kekejaman dan penindasan, berkembangnya korupsi dan bertekuk lutut pada kekuatan asing, maka kerajaan Iran telah kehilangan seluruh dasar hidupnya.
- Gerakan nasionalis dan agama Islam tidak dapat menyetujui sebuah bentuk pemerintahan apapun juga yang berlangsung di Iran dan yang mendukung rezim ilegal.
- Pemerintah baru harus ditegakkan berdasarkan Islam, demokrasi, dan kemerdekaan, dengan cara pemilihan bebas rahasia.
Syah mencoba menjelaskan mengapa dirinya membentuk pemerintahan militer. Melalui radio dan televisi, pada 6 November 1978, pernyataan Syah yang seakan-akan merupakan pengakuan akan kesalahannya, disiarkan ke seluruh Iran. Seruan Syah ini bukannya membuat rakyat berhenti. Malah sebaliknya, demonstrasi terus berlangsung. Di Teheran Selatan, warga berteriak, “Mampus Syah.” Patung-patungnya dicorat-coret dan dirusak. Mobil-mobil berkeliaran dengan foto-foto dan poster Imam Khomeini.
Sore itu juga, 6 November 1978, ketika pemerintahan Azhari dimulai, Imam Khomeini menyerang Syah, “Kepergian Syah dan pembersihan rezim merupakan satu-satunya jalan keluar dari krisis….. Tidak satu pemerintahan pun, baik militer maupun sipil, yang menunjukkan jalan keluar untuk menghancurkan krisis.”
Pemerintah Azhari mulai beraksi. Surat kabar yang dianggap sebagai penghasut rakyat, Ettela’at (oplahnya 1.2 juta/hari) dan Kayhan (1.000/hari) bersama edisi bahasa Inggris, mereka serang. Puluhan wartawan ditangkap tentara. Berbagai alat percetakan dihancurkan.
Pagi hari setelah kejadian itu, para wartawan dan pekerja koran-koran itu, yang melihat tank-tank beserta truk-truk tentara lengkap dengan isinya menduduki gedung, memutuskan untuk mogok sebagai protes. Itulah untuk pertama kalinya pers ikut berontak secara total.
Beberapa hari kemudian, pemogokan itu diikuti seluruh kementerian, bank-bank, dan kantor-kantor lainnya. Pemogokan umum, yang selama 25 tahun terakhir sejak jatuhnya Mossadeq tak dikenal, berlangsung sampai kemenangan Imam Khomeini.
Bersambung…..
*Disarikan dan disunting dari Nasir Tamara, Revolusi Iran