14 Manusia Suci
Wasiat Sayyidah Fathimah di Akhir Hayat
Кesedihan mendalam menyelimuti satu-satunya kenang-kenangan Rasulullah saw di antara umatnya dan berbagai penyakit telah membuatnya kian lemah. Rasa sakit yang mendalam telah memberatkan dan melumpuhkan tubuh Sayyidah Fathimah Zahra as sehingga beliau tidak mampu lagi berdiri dan meninggalkan tempat pembaringannya. Putri suci Rasulullah saw dalam keadaan terkulai seperti bunga yang layu karena tidak mendapatkan air. Kematian yang begitu cepat telah menghampiri perempuan suci yang masih muda itu.
Masa perjumpaan dengan ayahnya yang begitu pengasih dan penyayang telah tiba. Suatu perjumpaan setelah keterpisahan yang sangat menyakitkan, beliau pergi dengan membawa seluruh kecintaan dan kasih sayang. Sayyidah Fathimah Zahra as menghitung hari untuk bertemu dengan ayahnya demi menyampaikan setumpuk ketidakadilan yang menimpanya.
Ketika tanda-tanda kewafatan telah nampak, beliau menyampaikan wasiatnya yang kekal kepada suami tercinta dan juga sebagai anak pamannya, berikut wasiat agungnya;
- Menguburkan jenazahnya pada malam gelap gulita hingga tak seorang pun yang telah menyakiti dan menzaliminya hadir dalam pengiringan dan penguburan jenazahnya, karena mereka adalah musuhnya dan musuh ayahnya.
- Tempat pemakamannya disembunyikan dan tidak diinformasikan kepada orang lain supaya menjadi misteri, tanda tanya, dan teka-teki atas ketidakrelaan dan ketidakridaan Sayyidah Fathimah Zahra as atau kaum itu. Hal ini menjadi misteri yang kekal hingga generasi-generasi selanjutnya mengkaji dan meneliti apa hakikat masalah yang sebenarnya.
- Menikah dengan kemenakan perempuannya Umamah, karena la akan menjaga anak-anak Fathimah as (yaitu Hasan as, Husain as dan Zainab as) dengan penuh kecintaan dan kasih sayang.
Amirul Mukmin Ali as menjamin bahwa wasiat itu akan di jalankan secara baik. Imam Ali as datang menghampiri Fathimah as dengan kesedihan dan kepedihan. Asma binti Umais adalah salah seorang sahabat dekat Fathimah as yang telah merawat beliau. Fathimah as berpesan kepada Asma supaya mereka membuatkan suatu peti jenazah yang dapat menyembunyikan tubuhnya di dalamnya,
Di hari terakhir kehidupan Sayyidah Fathimah as, kondisinya sedikit membaik di awal subuh dan mereka menyaksikan dalam keadaan gembira dan bahagia, karena beliau as mengetahui hari itu terakhir kehidupannya dan akan bertemu dengan ayahnya. Fathimah as mencuci pakaian anaknya dan mempersiapkan makanan mereka. Beliau memerintahkan Hasan dan Husain as menziarahi kuburan suci kakeknya. Beliau memandang kedua anaknya dengan pandangan selamat tinggal terakhir dengan hati yang dipenuhi kesedihan dan kepedihan.
Hasan as dan Husain as menyaksikan ibundanya dalam kondisi yang rawan. Mereka keluar rumah dengan hati yang sangat bersedih dan penuh tangisan. Putri Rasulullah saw menghadap kepada Asma bin Umais dan berkata, “Wahai ibunda.”
Asma berkata, “Silakan wahai kinasih hati Rasulullah.
Beliau berkata, “Bawalah air mandiku”
Asma membawakan air dan beliau pun mandi. Setelah itu, ia berkata, “Tolong ambilkan pakaian-pakaianku yang baru.”
Asma pun memberikan pakaian-pakaian itu kepada Fathimah as dan beliau kembali berkata, “Letakkanlah tempat tidurku di tengah rumah”
Asma sangat khawatir dan jantungnya berdenyut sangat kencang karena ia merasakan bahwa ajal akan segera menghampiri putri Rasululah saw. Namun demikian, la tetap melaksanakan setiap permintaan Fathimah as. Beliau membaringkan dirinya di atas tempat tidur dengan menghadap kiblat, lalu berkata kepada Asma, “Wahai ibundaku, aku sekarang sudah bersih dan suci dan saat ini aku akan segera meninggalkan dunia ini. Berjaga-jagalah, jangan sampai ada orang yang datang menyingkap tirai di atas tubuhku ini.”
Sayyidah Fathimah Zahra as memulai membaca ayat-ayat al-Quran dan dalam keadaan lisannya terus melantunkan zikir-zikir kepada Allah Swt. Jiwa sucinya meninggalkan alam materi ini dan berangkat menuju ke alam malakut. Ya. Jiwa yang paripurna itu telah terbang ke sisi Tuhannya, para malaikat Tuhan dan para nabi serta rasul yang bersama ayahnya menyambut jiwa agung nan suci itu. Jiwa agung itu telah terbang membumbung tinggi menuju surga Firdaus dan meraih keridaan Allah Swt.
Baqir Syarif Qarasyi, Fathimah Zahra, Biografi Kehidupan dan Perjuangannya