Connect with us

14 Manusia Suci

Wasiat Imam Ali Zainal Abidin kepada Anak Keturunan

Wasiat Imam Ali Zainal Abidin kepada Anak Keturunan

Wasiat Imam Ali Zainal Abidin kepada Anak Keturunan

Imam Ali Zainal Abidin as telah membekali putra putrinya dengan wasiat-wasiat yang penuh dengan pendidikan. Seluruh wasiat itu adalah hasil pengalamannya menjalani kehidupan ini dan dapat dijadikan konsep dan prinsip hidup. Berikut adalah sebagian wasiatnya:

Wasiat ini beliau sampaikan kepada sebagian putra-putrinya. Dalam wasiat tersebut, beliau memaparkan masalah sahabat dan teman. Beliau menekankan kepada mereka agar menjauhi seluruh tipe sahabat yang memiliki karakateristik buruk agar tidak menular kepada teman-temannya. Beliau berkata, “Hai anak-anakku, camkanlah lima jenis manusia ini dan janganlah kalian menjalin persahabatan dan berbicara dengan mereka di jalan.”

Anaknya bertanya: “Siapakah mereka?”

Imam Ali Zaina Abidin as menjawab, “Janganlah kalian bersahabat dengan seorang pembohong, karena ia bak fatamorgana yang akan mendekatkan kalian kepada sesuatu yang jauh dan menjauhkan kalian dari sesuatu yang dekat. Janganlah kalian bersahabat dengan orang fasik, karena ia akan tega menjual kalian  seharga sesuap nasi atau lebih sedikit dari itu. Janganlah kalian bersahabat dengan orang kikir, karena ia akan menutupi hartanya saat kalian sangat membutuhkannya.”

Baca juga : Ia adalah Ali bin Husain

“Janganlah kalian bersahabat dengan orang dungu, karena ia akan mendatangkan marabahaya bagi kalian di saat ia ingin mendatangkan manfaat bagimu. Dan janganlah kalian bersahabat dengan orang yang memutus tali silaturahmi, karena aku mendapatkannya terlaknat di dalam kitab Allah. Bersahabat dengan mereka akan mendatangkan kerugian dan  celaka, serta marabahaya. Alangkah banyaknya tipe orang seperti ini, baik di zaman dahulu maupun di masa sekarang ini. Sebaliknya, alangkah langkanya orang-orang suci dan bersih yang bersahabat dengan mereka dapat mendatangkan manfaat.”

Wasiat berharga lainnya kepada putra-putri beliau adalah, “Wahai anak-anakku, bersabarlah menghadapi malapetaka dan janganlah menginjak-injak hak-hak (orang lain), serta janganlah kalian menerima ajakan saudara kalian untuk mengerjakan sesuatu yang bahayanya lebih besar terhadap diri kalian daripada manfaatnya.” Imam Ali Zainal Abidin as berwasiat kepada putra-putrinya untuk bersabar menghadapi malapetaka yang sedang dihadapi dan tidak terhanyut oleh arusnya. Sebab, hal ini dapat mengokohkan jiwa dan mental. Selain itu, beliau juga berwasiat untuk tidak menginjak-injak hak-hak orang lain, karena dapat menjamin keselamatan seseorang dari permusuhan dan pembalasan. Tidak lupa, beliau juga berwasiat agar tidak menerima ajakan seorang sahabat untuk melakukan sesuatu yang dapat mendatangkan kerugian dan marabahaya.

Baqir Syarif Qurasyi, Riwayat Hidup Para Imam Suci Ahlul Bait as

Baca juga : Kisah Imam Sajjad dan Pecintanya

14 Manusia Suci

Perpisahan Sayyidah Fathimah dan Imam Ali

Perpisahan Sayyidah Fathimah dan Imam Ali

Kembali kita berada dalam suasana duka memperingati hari syahidnya Sayyidah Fathimah as, putri tercinta Rasulullah saw. Karena itu, sangat tepat rasanya jika di hari ini kita telaah ulang sejarah hidup beliau dan menjadikannya sebagai bahan pelajaran yang bisa kita renungkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.

Sudah tiga bulan, Rasulullah saw pergi ke haribaan ilahi. Namun hingga kini, Sayyidah Fathimah as masih tenggelam dalam suasana duka cita. Sebegitu cinta dan rindunya ia pada ayahanda itu, membuat kesedihannya kian mendalam hingga ia pun terbaring jatuh sakit. Satu-satunya hal yang membuat hatinya terhibur adalah ucapan terakhir Rasulullah saw yang menjanjikan bahwa ia, putri tercintanya adalah orang yang pertama kali menyusul kepergian beliau.

Amirul mukminin, Imam Ali as as dan keempat putra-putrinya kini berdiri di samping Sayyidah Fathimah as yang sedang terbaring lemas. Suasana penuh duka benar-benar menyelimuti rumah pasangan surgawi itu. Sayyidah Fathimah as berkata, “Wahai Ali! Ketahuilah masa hidupku tak lama lagi. Masa untuk mengucapkan selamat tinggal telah tiba. Dengarlah suaraku, karena setelah ini engkau tak akan lagi mendengarnya. Aku mewasiatkan kepadamu jika setelah wafatku nanti, mandikanlah diriku, saalatkan aku, dan kebumikan aku di malam hari. Setelah itu, duduklah di sampingku menghadap ke wajahku. Lalu bacakan al-Quran dan doa untukku. Aku serahkan dirimu pada Allah. Aku ucapkan salam dan shalawat kepada anak-anakku hingga hari kiamat.”

Perpisahan itu membuat hati Ali as begitu sedih. Karena ia tak akan lagi bisa melihat wajah kekasihnya itu. Perempuan suci yang membuat hati Imam Ali as bisa melupakan pedihnya dunia saat menatap wajahnya.

Alhasnain.Org

Continue Reading

14 Manusia Suci

Imam Ahlulbait Membimbing Pemikiran Masyarakat

Imam Ahlulbait Membimbing Pemikiran Masyarakat

Imam Ahlulbait Membimbing Pemikiran Masyarakat

Para imam Syiah menyusun program untuk membimbing masyarakat dan gerakan pemikiran mereka dengan memperhatikan kondisi sosial yang berlaku pada masa itu. Mereka bekerja keras untuk mendidik para murid berprestasi, yang kelak akan membangun budaya Ahlulbait as di tengah umat. Para ulama yang menjadi penerus mereka bertugas menyeru umat untuk menyembah Allah Swt dan membangun peradaban Islam yang hakiki.

Salah satu cara untuk menjelaskan hakikat agama dalam ajaran Syiah adalah melalui doa dan ziarah, yang bersumber dari para Imam Maksum. Salah satu ziarah yang paling penting di tengah masyarakat Syiah adalah ziarah hari Raya Ghadir atau Ziarah Ghadiriyah. Ziarah yang diajarkan oleh Imam Ali Hadi as ini berisi tentang ayat-ayat al-Quran dan riwayat untuk membuktikan kebenaran kepemimpinan Imam Ali bin Abi Thalib as.

Baca juga : Imam Musa Kazhim, Muara Kebaikan

Imam Ali Hadi as mulai menyusun Ziarah Ghadiriyah ketika beliau sudah menetap di Baghdad dan berkesempatan untuk menziarahi Makam Imam Ali as di kota Najaf. Dengan bersandar pada ayat-ayat al-Quran, beliau menjelaskan keutamaan dan karakter politik dan sosial Imam Ali as. Beliau membawakan ayat-ayat al-Quran yang secara khusus berbicara tentang kepemimpinan Imam Ali as. Di antaranya adalah ayat pertama surat an-Naba, di mana para mufasir baik Syiah maupun Sunni menafsirkan kata al-Naba al-Azim (berita besar) dengan masalah wilayah (kepemimpinan).

Imam Ali Hadi as juga meninggalkan sebuah doa ziarah yang paling lengkap untuk masyarakat Syiah yaitu Ziarah Jami’ah Kabirah. Doa ini berisi tentang keyakinan Syiah terhadap imamah, kedudukan para imam, tugas dan tanggung jawab Syiah di hadapan para imam maksum. Ziarah Jami’ah Kabirah termasuk doa yang berisi pembahasan imamah dalam bentuk ibarat yang fasih dengan kandungan yang tinggi.

Dalam ziarah ini, Imam Ali Hadi as memperkenalkan para imam maksum sebagai pemimpin politik, ideologi, dan spiritual umat Islam. Ziarah Jami’ah Kabirah juga menyinggung semua ajaran Syiah dengan bahasa yang fasih, seperti hubungan para imam dengan Rasulullah saw, kedudukan para imam dalam keilmuan, akhlak dan politik, suri teladan, dan hubungan imamah dan tauhid.

Parstoday

Baca juga : Orasi Imam Ali Zainal Abidin di Peristiwa Asyura

Continue Reading

14 Manusia Suci

Imam Musa Kazhim, Muara Kebaikan

Imam Musa Kazhim, Muara Kebaikan

Imam Musa Kazhim, Muara Kebaikan

Imam Musa Kazhim as adalah muara segala kebaikan. Untuk itulah seluruh mazhab Islam bahkan non-muslim sekalipun sangat menghormati dan memuliakannya. Muhyidin Ibnu Arabi, Sufi terkemuka Sunni menjelaskan seputar keutamaan Imam Musa Kazhim as. Ibnu Arabi mengibaratkan Imam Musa Kazhim seperti Nabi Musa as. Tapi bedanya, Nabi Musa as memiliki kedudukan kenabian sedangkan Imam Musa Kazhim as tidak. Selain itu, Ibnu Arabi menilai Imam Musa Kazhim as sebagai pencerah dunia.

Baca juga : Orasi Imam Ali Zainal Abidin di Peristiwa Asyura

Ibnu Arab menulis, “Demi Tuhan dan malaikat, penunggu arasy-Nya serta seluruh makhluk di bumi dan langit di bukit Thur. Demi kitab yang diturunkan di bukit Thur. Salam atas rumah yang menjadi tempat ziarah para malaikat. Salam bagi langit nan megah, salam bagi rahasia yang tersembunyi, salam bagi samudera, salam bagi cermin cahaya, ia adalah Musa Kazhim di lembah iman Imamah, cahaya yang berkilau, yaitu Abu Ibrahim Musa bin Jafar yang diberkahi Allah.”

Imam Musa Kazhim as dengan berbagai cara menjelaskan kepada umat seputar sistem politik dan sosial ideal berdasarkan ajaran Islam. Di sisi lain, masyarakat akhirnya memahami bahwa kinerja pemerintahan Bani Abbasiyah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sementara itu, Harun Rashid menempuh berbagai strategi untuk menjauhkan Imam as dari umat. Misalnya, dengan berbagai alasan, menjebloskan Imam Musa Kazhim as ke penjara dengan harapan komunikasi Imam as dengan masyarakat terputus.

IRIB Indonesia

Baca juga : Persiapan Kondisi Dunia

Continue Reading

Trending