14 Manusia Suci
Teladan Imam Ali Hadi
Abu Hasan Ali Hadi bin Muhammad Jawad bin Ali Ridha as adalah salah satu dari dua belas imam Ahlulbait as. Beliau diadukan kepada penguasa saat itu, Mutawakkil, bahwa rumahnya telah dijadikan tempat penyimpanan senjata, kitab, dan barang-barang lain milik pengikutnya. Beliau dituduh menggunakan senjata-senjata itu untuk mengambil alih kekuasaan.
Mendapat laporan itu, Mutawakkil segera mengerahkan orang-orang dari Turki untuk menyerbu rumah Imam Hadi as pada tengah malam, di saat beliau sedang beristirahat. Orang-orang Turki dipilih karena mereka berburuk sangka pada muslimin Arab. Mereka juga dianggap orang-orang yang baru masuk Islam dan belum tahu perkara-perkara yang penting.
Sesampainya di rumah Imam, orang-orang Turki itu langsung merangsek masuk ke rumah Imam Hadi as. Namun apa yang mereka temukan tak seperti laporan yang diterima Mutawakkil. Dalam serbuan itu, tentara Turki itu menemukan Imam as dalam ruangan tertutup, mengenakan pakaian dari bulu, kepalanya tertutup selimut dari bulu kambing. Imam Hadi as duduk menghadap kiblat, tanpa alas kecuali pasir dan batu kerikil sambil melantunkan ayat-ayat al-Quran.
Setelah menggeledah setiap sudut rumah, mereka tak menemukan apa yang dicari. Meski begitu, mereka tetap membawa Imam as untuk dihadapkan pada penguasa. Mereka juga melaporkan pada penguasa, apa yang mereka saksikan, yaitu kesederhanaan hidup Imam Hadi as, sehingga tak menemukan persiapan apapun seperti yang dituduhkan pada Imam selama ini.
Selain hidup sederhana, Imam Hadi as juga dikenal sebagai sosok berhati emas. Beliau kerap menghibur orang-orang yang terkena musibah, membatu mereka yang membutuhkan, dan menyayangi kaum miskin, mengasihi anak-anak yatim, serta mengunjungi janda-janda tua dan orang-orang sebatang kara.
Tak jarang beliau memberikan seluruh pakaiannya kepada mereka yang membutuhkan. Setelah melakukan kebaikan, beliau selalu berkata, “Kami tidak menginginkan dari kalian upah atau ucapan terima kasih.”
Siang hari, beliau bekerja di bawah terik matahari dan membajak sawah hingga keringat mengucur di sekujur tubuhnya. Saat tiba waktu malam, beliau menuju Tuhannya, bersujud dan rukuk penuh khusyuk. Hanya pasir dan batu kerikil yang menjadi alasnya.
Beliau senantiasa mengulang-ulang doa yang sangat popular:
Ilahi musiun qad warada, wa faqirun qad qasoda, la tukhaiyib mas’ahu warhamdu waghfir lahu khatha’ahu (ya Allah, pembuat dosa telah datang, seorang fakir telah meminta. Jangan kecewakan usahanya. Kasihanilah ia dan ampunilah kesalahannya).
*Tim TABWA, Teladan Abadi Imam Ali al-Hadi