Ikuti Kami Di Medsos

14 Manusia Suci

Sang Putra Kabah

Sang Putra Kabah

Banyak orang yang ingin istrinya melahirkan putra atau putri di tempat tertentu. Apakah keinginan atau rencana orangtua itu akan tercapai? Allah Swt-lah yang menentukan. Bagaimana halnya dengan kelahiran Imam Ali as? Di mana beliau dilahirkan? Di rumah Abu Thalib atau di tempat lain?

Hari itu adalah hari Jumat, 13 bulan Rajab, 12 tahun sebelum Nabi Muhammad saw mendapat risalah. Seorang wanita, meskipun perutnya terlihat besar sekali, bersama suaminya melakukan tawaf mengelilingi Kabah. Wanita bernama Fatimah itu tiba-tiba merasakan perutnya sakit. Ketika rasa sakitnya bertambah, ia segera memberitahukan suaminya, Abu Thalib. Mendengar keluhan itu, Abu Thalib segera menggandeng istrinya masuk ke dalam Kabah. Menurutnya, pasti istrinya itu kelelahan. Ia berharap dengan beristirahat sebentar, rasa sakitnya akan berkurang.

Kenyataannya tidak seperti yang diperkirakan Abu Thalib. Perut Fatimah bertambah sakit. Fatimah yang sudah berkali-kali melahirkan, tentu memahami gejala apa yang sedang dialaminya. Sebagai wanita saleh, ia tidak mengungkapkan itu kepada suaminya. Ia kuatir jika suaminya tahu, tentu rencana suaminya menyelesaikan tawaf akan terganggu. Ia tidak ingin itu terjadi. Suaminya tetap dianjurkan untuk menyempurnakan tawafnya.

Baca juga : Momen Imam Ali Zainal Abidin Dicemooh

Dalam keheningan dan keredupan Baitullah, rumah Allah Swt, Fatimah merasa perutnya bertambah mulas. Pada saat itu, yang terbersit dalam hati Fatimah adalah, rasa sakitnya akan berkurang dengan datangnya pertolongan Allah Swt. Fatimah segera mengangkat tangan, yang sebelumnya memegang perut untuk menahan rasa sakit, lalu dengan suara lirih dan tersengal-sengal, berucap: “Ya Allah, ya Tuhanku. Aku bernaung kepada-Mu, kepada utusan-utusan-Mu dan Kitab-kitab yang datang dari-Mu. Aku percaya pada ucapan datukku Ibrahim, pendiri rumah ini. Maka demi pendiri rumah ini dan demi jabang bayi yang ada dalam rahimku, aku mohon kepada-Mu untuk dimudahkan kelahirannya.”

Sesaat seusai mengucapkan doa, lahirlah sang bayi dengan selamat. Sepanjang ingatan orang, inilah kali pertama seorang wanita melahirkan putranya dalam Kabah. Kabar tentang kejadian luar biasa ini segera tersiar ke berbagai penjuru kota. Berbondong-bondonglah orang-orang, terutama keluarga Bani Hasyim, mendatangi Kabah, guna menyaksikan sang bayi yang baru lahir. Di antara mereka yang datang adalah Nabi Muhammad saw. Sang bayi adalah saudara misan beliau sendiri. Beliau lalu menggendong bayi tersebut. Setelah itu, beliau bersama ayah-ibu sang bayi pulang ke rumah Abu Thalib.

H.M.H Hamid Husaini, Sejarah Hidup Imam Ali as

Baca juga : Kelahiran Sang Syahid Karbala