14 Manusia Suci
Muharram, Bulan Imam Husain
Muharram, Bulan Imam Husain
Setiap bulan Muharram tiba, memori akan kebangkitan Asyura dan Imam Husain as hidup kembali dan semakin melekat di benak pecinta kebebasan.
Setiap kali bulan Muharram tiba, ingatan tentang gerakan Asyura kebangkitan Imam Husain as semakin hidup dan bergairah. Darah Imam Husain, yang ditumpahkan secara tidak adil di Karbala pada 61 H dan di bulan ketika perang dilarang, masih hangat dan setelah 14 abad masih mengalir di pembuluh darah jutaan pecinta kebebasan dan keadilan. Imam Husain as sebagai insan yang saleh dan anti penindasan menjadi teladan gerakan para pejuang dan memori kesyahidan Husain as dan para sahabatnya menciptakan semangat yang tak terlukiskan di hati.
Baca juga : Manfaat Tak Terbatas Mencintai Keluarga Nabi
Epik yang diciptakan Imam Husain as, cucu tercinta Rasulullah Saw pada 61 Hijriah, adalah epik lintas sejarah dan geografi yang menghembuskan semangat kebenaran manusia dalam diri setiap orang. Hari-hari kesyahidan Imam Husain as mengingatkan kebangkitan kekalnya di tanah Karbala. Sebuah perang yang tak seimbang dengan Yazid, penguasa tak layak dan zalim saat itu, dan menjadikan perlawanan Imam Husain as sebagai pelajaran berharga bagi seluruh bentangan sejarah.
Pengorbanan diri itu berada di puncaknya. Aspek lainnya adalah kehormatan dan kebanggaan bahwa Imam Husain as, ketika dibunuh adalah mulia dan akan tetap terhormat. Karena, kemuliaan hakiki hanyalah milik Allah Swt, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Imam Husain as adalah figur pembaharu besar yang membela tujuan sucinya hingga kematian menjemput. Dalam gerakan besar ini, mati syahid berarti terbunuh di jalan Tuhan dan perjuangan tanpa henti melawan tirani saat itu. Aspek terpenting yang mempengaruhi aspek lainnya adalah keyakinan pada Tuhan dan Hari Pembalasan, yang telah menjadikan Imam Husain as sebagai sosok pemberani, tak kenal lelah, mulia, reformis, dan syahid abadi.
Irib Indonesia, Bersama Imam Husain
Baca juga : Detik-detik Terjadinya Mubahalah