14 Manusia Suci
Biografi Singkat Imam Ali bin Abi Thalib
Biografi singkat Imam Ali Amiril Mukminin a.s.
Nama: Ali bin Abi Thalib
Gelar: Amiril Mukminin
Panggilan: Abul Hasan
Kelahiran: Makkah, 23 th Sebelum Hijrah (13 Rajab).
Kesyahidan: Tahun 40 H.
Masa Khilafah: 5 Tahun
Usia: 63 Tahun
Makam: Najaf Asyaraf, Irak
Jumlah Anak: 36 orang. 18 Laki-laki 18 Perempuan.
Biografi Singkat
Amiril Mukminin Ali a.s. adalah anak keempat Abu Thalib. Ia dilahirkan di Makkah pada hari Jumat tanggal 13 Rajab tepatnya di dalam Ka’bah. Kelahirannya terjadi sekitar tiga puluh tahun sebelum peristiwa tahun Gajah dan dua puluh tiga tahun sebelum periode hijrah. Ibunya adalah seorang wanita luhur yang berjiwa mulia bernama Fathimah binti Asad bin Hisyam bib Abdi Manaf. Ia tinggal di rumah ayahnya hingga berusia enam tahun.
Ketika Rasulullah SAW. berusia lebih dari tiga puluh tahun, paceklik sedang menimpa kota Makkah dan barang-barang pangan serba mahal. Hal inilah yang menyebabkan Ali kecil hidup bersama Rasulullah SAW. selama tujuh tahun hingga tahun-tahun pertama Bi’tsah dan mendapatkan didikan langsung darinya.
Pada khotbah ke-192 Nahjul Balaghah ia bercerita tentang dirinya: “Aku selalu mengikutinya (Rasulullah SAW) sebagaimana anak kecil selalu membututi ibunya. Setiap hari ia menunjukkan kepadaku akhlak yang mulia dan memerintahkan untuk mengikuti jejaknya”.
Setelah Rasulullah SAW. diutus menjadi nabi, Imam Ali adalah orang pertama yang beriman kepadanya.
Abu Thalib untuk pertama kalinya melihat anak dan misanannya mengerjakan shalat bersama. “Anakku, apa yang sedang kau lakukan?”, tanyanya heran. Ia menjawab: “Wahai ayah, aku telah memeluk agama Islam dan mengerjakan shalat bersama misananku”. “janganlah kau berpisah darinya, karena ia tidak mengajakmu kecuali kepada kebaikan”, sang ayah menimpali.
Ibnu Abbas berkata: “Orang pertama yang melaksanakan shalat bersama Rasulullah SAW. adalah Ali a.s.”
Rasulullah SAW. diutus menjadi nabi pada hari Senin dan Ali a.s. mengerjakan shalat pada hari Selasa.
Pada tahun ketiga Bi’tsah, setelah ayat “Dan berilah peringatan kepada keluarga dekatmu” turun, Rasulullah SAW. mengundang seluruh keturunan Abdul Muthalib ke rumahnya. Mereka berjumlah empat puluh orang. Setelah makan siang, Rasulullah SAW. tidak mendapat kesempatan untuk berbicara. Pada hari berikutnya ia mengundang mereka lagi untuk makan siang ke rumahnya. Setelah usai makan, Rasulullah SAW. mencuri kesempatan seraya berbicara di hadapan mereka: “Siapakah di antara kalian yang siap untuk menolongku dan beriman kepadaku sehingga ia akan menjadi saudara dan penggantiku setelah aku wafat?” Ali bin Abi Thalib as berkata: “Aku siap untuk menolongmu dalam menempuh jalan ini!”. “Duduklah”, jawab Rasulullah SAW. singkat.
Rasulullah SAW. mengulangi ucapannya, dan tidak ada seorang pun yang bangun menyatakan kesiapannya kecuali Imam Ali as.
Untuk yang ketiga kalinya Rasulullah SAW. mengulangi ucapannya, dan hanya Ali a.s. yang menyatakan kesiapannya. Akhirnya ia bersabda: “Sesungguhnya orang ini (Ali) adalah saudaraku, washiku, wazirku, pewarisku dan khalifahku untuk kalian sepeninggalku”.
Setelah tiga belas tahun berdakwah di Makkah, akhirnya segala faktor pendukung dan persiapan untuk hijrah ke Madinah tersedia. Pada malam hijrah, Rasulullah SAW. berkata kepada Ali a.s.: “(Malam ini) engkau harus tidur di atas ranjangku!”. Malam itu Ali a.s. tidur di atas ranjang Rasulullah SAW. malam itu yang bertepatan dengan tanggal 1 Rabi’ul Awal tahun keempat Bi’tsah dikenal dengan nama Lailatul Mabit. Berdasarkan beberapa riwayat, pada malam itu satu ayat turun berkenaan dengan keutamaan Imam Ali a.s.
Beberapa malam sebelum hijrah, Rasullah SAW. pergi menuju Ka’bah bersama Ali a.s. ia berkata kepada Ali a.s.: “Naiklah di pundakku!” Setelah Ali a.s. naik ke atas pundaknya, mereka mengahancurkan beberapa buah patung yang mengelilingi Ka’bah. Setelah itu mereka bersembunyi supaya kaum Quraisy tidak mengetahui siapa yang melakukan itu.
Setelah Rasulullah SAW. Hijrah, Imam Ali a.s. baru dapat hijrah tiga hari setelah itu bersama ibunya, Fathimah binti Asad, Fathimah Az-Zahra, Fahimah binti Zubair dan Muslimin lainnya yang belum sempat berhijrah karena ia harus mengembalikan amanat-amanat Rasulallah SAW. kepada para pemiliknya.
Ketika ia sampai di Madinah, ketika Rasullah SAW. mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, ia berkata kepada Imam Ali a.s.: “Engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat”. Pada tahun kedua hijrah, Imam Ali a.s. menikah dengan Fathimah Az-Zahra a.s.
Bulan Ramadhan tahun kedua hijrah adalah bulan kemuliaan dan kebanggaan bagi Imam Ali bin Abi Thalib a.s. Pada tanggal 15 Ramadhan Allah mengaruniai Imam Hasan a.s. kepadanya dan pada tanggal 17 Ramadhan terjadi perang Badar yang telah membuktikannya sebagai pahlawan pemberani, dan hal itu menjadi buah bibir masyarakat Madinah …
(Sumber – Buku: Manusia Suci; Biografi Singkat, Mutiara Hikmah dan Adab Menziarahinya / Muhammad Taufiq Ali Yahya)