Berita
Ziarah Arbain, Memahat Jalan Peradaban
Jerit tangis terdengar di Karbala hingga Madinah
Ketuk harap Syafaat Nabi, Ali serta Fathimah …
Long march Arbain bukan perjalanan panjang yang sunyi dan bisu. Long march atau perjalanan panjang identik dengan perjalanan perjuangan.
Negara Cina memotret long march ‘yin an ke yin in’ sebagai tonggak awal revolusi Cina.
Bangsa Indonesia memahat perjalanan panjang Jenderal Sudirman sebagai periode revolusi mempertahankan kemerdekaan RI.
Dalam teologis, long march bukan hal baru. Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., memimpin umatnya dari Mesir ke Palestina guna melawan hegemoni Fira’un. Bukan hanya sukses dan berhasil, bahkan TUHAN pun menganugerahkan hari long march tersebut menjadi hari Sabath.
Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad Saw pun melakukan perjalanan panjang dari Mekkah ke Madinah. Long march tersebut membuahkan hasil dengan kembalinya “Sang Nabi” ke Mekkah sebagai pemenang.
Lalu, ada apa dengan long march Arbain dari Najaf ke Karbala?
Perjalanan panjang Arbain Imam Husein a.s selain mengenang tragedi Asyura, juga mengenang adanya penindasan yang terjadi.
Asyura adalah momentum pengorbanan Imam Husein a.s. beserta keluarga dan sahabatnya guna membuktikan arti cinta dan pengabdian kepada TUHAN SEMESTA ALAM yang telah menurunkan kebenaran dan kebaikan melalui turunnya agama Islam.
Imam Husein a.s secara sadar dan konsisten berkorban demi tegaknya Nur ILahi melalui Nur Muhammad agar tetap terpancar di alam semesta.
Teriakan haihat minna dhillah, bagaikan gemuruh yang memberikan pesan bahwa kecintaan, pengorbanan dan penghambaan terhadap ALLAH adalah semulia-mulianya gerakan hidup.
Saat itu, Imam Husein a.s. berteriak dalam kesendirian di tengah genangan darah dan air mata keluarga dan sahabatnya.
Haihat minna dhillah…
40 hari setelah tragedy Asyura, seruan Imam Husain a.s. pun berubah. Sang kerudung hitam bernama Sayidah Zaenab bersama Imam Ali Zainal Abidin, mentransformasi dan meneruskan Asyura menjadi Arbain. Dengan lantang kafilah Imam Zainal Abidin dan Sayidah Zaenab berteriak “Labbaika ya Husain…”
Haihat minna dhillah pun tersambut dengan Labbaika ya Husain…
Arbain 2017 adalah manivestasi teriakan Sayidah Zaenab. Jutaan orang dari berbagai penjuru negeri juga meneriakkan hal yang sama, “Labbaika ya Husain…!”
Mengapa teriakan itu bergetar dan menggema? Karena teriakan itu adalah tanda awal bersatunya akal dan jiwa, cinta dan pengorbanan, penghambaan dan kemuliaan. Tak heran jika saban tahun peristiwa Arbain selalu diminati penduduk bumi.
Peristiwa Arbain adalah peristiwa abadi dan pancaran pertarungan kebaikan vs kebatilan. Pertarungan antara pemimpin baik (al-Husein a.s.) vs pemimpin jahat (Yazid bin Muawiyah) akan terus berlangsung sepanjang zaman dengan diperankan oleh tokoh yang berbeda.
Pertarungan klasik antara kebaikan vs kejahatan akan sampai pada penutup zaman kehidupan, di mana al-Husein a.s. akan diwakili al-Mahdi afs., dan akan keluar sebagai pemenang.
Dan pada saatnya nanti seruan “Labbaika ya Husein” akan berganti menjadi “Labbaika ya Mahdi.”
Oh Arbain, semoga kami tidak hanya berteriak “Labbaika ya Husein” tapi juga bisa menyambut seruan “Labbaika ya Mahdi.”
Arbainmu ya Husein
Arbainmu ya Zaenab
Dan Arbainmu ya Mahdi