Berita
Waspada! Kekerasan Seksual Pada Anak di Indonesia Meningkat
Anak adalah masa depan bangsa. Mereka yang di masa emasnya berkembang dengan lingkungan dan pendidikan yang baik akan tumbuh besar menjadi sosok yang membanggakan. Bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Namun bagaimana jika pada masa emas si anak hancur karena kekerasan seksual? Dan bagaimana jika itu terjadi terhadap anak-anak kita?
“Terjadi peningkatan kekerasan seksual pada anak, dari jumlah juga variasinya. Pelakunya juga umurnya makin dini,” keluh Sri Kusyuniati, dewan pengurus Rifka Annisa dalam acara diskusi ‘Memahami & Merespon Informasi Anak Dalam Kekerasan Seksual’ di Crowne Hotel, Jakarta, Rabu (4/3).
A. Kasandra Putranto, psikolog dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia yang hadir sebagai salah satu pembicara pun membenarkan apa yang dikatakan Sri.
“KPAI mencatat dari tahun 2011-2013 ada 7.065 kasus kekerasan pada anak di Indonesia. Dan 2.131 kasusnya adalah kekerasan seksual,” tutur Kasandra. “Tahun 2013, laporan kekerasan pada anak menurun, tapi kekerasan seksual pada anak naik 60%. Dan periode Januari-Juni 2014 dari 1.039 kasus kekerasan pada anak, 60%nya adalah kekerasan seksual. Trennya terus meningkat.”
Pahami dan Dengarkan Anak Anda
Avni Yusro, S.Psi, M dari Dinas Sosial dalam paparannya menyebutkan adalah penting bagi orangtua untuk mau memahami dan mendengar anaknya.
“Orangtua jangan hanya ingin dengar yang positif. Tapi dengarlah juga hal yang negatif,” pesan Avni. “Dengarkan anak. Apapun yang dikataan anak, tolonglah didengar dulu. Jangan sampai karena tidak didengar orangtua, si anak malah bicara dengan orang lain.”
Menekankan pentingnya orangtua agar mendengarkan anaknya ini Avni mencontohkan satu kasus seorang anak kecil yang bertanya kepada anak SMP yang kemudian memanfaatkan kepolosan si anak itu sehingga si anak disodomi.
“Tolong dengarkanlah suara anak. Ingat, ketika itu terjadi, waktu tak bisa diputar lagi…”
Lindungi Anak Dari Kekerasan Seksual
Orangtua harus berhati-hati dalam menjaga anaknya. Anak amat rentan terhadap kejahatan kekerasan seksual karena ketidakbedayaannya. Celakanya pelaku kekerasan seksual ini kebanyakan dari pihak terdekat.
“Pelaku kekerasan seksual ke anak itu 90% dikenal anak, 30% adalah keluarga dekat, 60% pelaku adalah orang dekat lain seperti guru, tetangga, atau teman dari keluarga,” ujar Kasandra. “Hanya 10% kasus di mana pelakunya adalah orang asing.”
Ketika anak terkena kekerasan seksual ini, orangtua atau keluarga juga harus ekstra hati-hati dalam menangani si anak. Jangan sampai malah salah sikap dan jadinya justru jadi sumber kekerasan baru bagi si anak.
“Bertanyalah dengan open ended question, jangan mengarahkan dan memaksa. Jangan sampai kita bertanya malah jadi bumerang buat anak. Malah jadi sumber kekerasan baru pada anak,” ujar Kasandra. “Kalau tidak bisa, saya sarankan bawalah si anak kepada orang yang ahli.”
Menurut Avni, pelaku kekerasan seksual pada anak ini dulunya adalah juga korban kekerasan seksual anak. Ada lingkaran setan di sini.
“Dalam penelitian akademik, pelaku yang sekarang melakukan kekerasan dulu itu korban. Ayahnya juga korban. Ada lingkaran setan di sini. Maka persoalan kita adalah memutus rantai kekerasan ini,” ujar Avni. (Muhammad/Yudhi)