Berita
Wasiat Nabi Muhammad tentang Dua Belas Imam
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Baqarah [2]: 180)
Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu ragu-ragu: ”(Demi Allah) Kami tidak akan membeli dengan sum-pah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) Kami menyembunyikan persaksian Allah; Sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa”.(QS. Al-Mâidah [5]: 106)
Dalam dua ayat tersebut, pesan Alquran adalah kewajiban untuk memberikan wasiat sebelum wafat, dan Nabi mengetahui bahwa beliau akan wafat. Jika ayat tersebut hanya dibatasi wasiat atas warisan harta, maka Nabi Saw tidak mungkin mengabaikan urusan yang lebih penting dari sekadar harta, yaitu kepemimpinan yang bersifat spiritual dan ukhrawi. Tentu Nabi Saw lebih memahami bahwa urusan kepemimpinan sangat penting untuk diwasiatkan kepada umatnya sebagai pelanjut pemegang kendali syari’ah.
Kedua, adanya perbedaan pendapat terkait jumlah para Imam justru menjadikannya sebagai bukti adanya wasiat Nabi Saw kepada imam setelah Nabi, terlepas berapa pun jumlahnya. Boleh jadi setiap orang /golongan akan mengklaim kebenaran atas jumlah imam seperti yang telah mereka yakini, namun klaim hanya akan dikatakan benar, manakala didukung oleh segepok dalil, riwayat dan hadis yang benar-benar berasal dari Nabi Saw, sehingga dapat dikatakan bahwa golongan itulah yang benar dan diakui.
Ketiga, perlu kita ketahui bahwa riwayat adanya 12 imam / khalifah setelah Rasulullah Saw tertera dengan jelas di dalam kitab-kitab ulama muslimin, di antaranya;
- Imam Muslim meriwayatkan dalam Kitab Sahîh-nya, Jabir bin Samurah berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Agama Islam ini akan tetap mulia sampai (berlalu) dua belas khalifah.” Jabir berkata, ‘Rasulullah kemudian mengatakan sesuatu yang tidak aku pahami. Aku pun bertanya kepada ayahku apa yang beliau ucapkan?’ Dia berkata, ‘Mereka semua (khalifah) itu dari Quraisy.’”(1)
- Selain riwayat di atas, hadis dua belas khalifah/amir juga tercantum di dalam beberapa kitab berikut: Imam Bukhari dalam Shahîhnya meriwayatkan sebuah hadis dari Jabir bin Samurah, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Akan ada dua belas amir.’ Maka beliau menyebutkan kata yang aku tidak mendengarnya, ayahku berkata, Rasulullah bersabda, ‘Mereka semua dari Quraisy.’ (2)
- Imam Muslim bin Al-Hajjaj meriwayatkan beberapa hadis lain tentang dua belas khalifah, yaitu; Jabir bin Samurah dengan sanad berbeda berkata, “Aku dan ayahku datang kepada Nabi Saw dan mendengarnya bersabda, ‘Urusan umat ini tidak berlalu selama mereka dipimpin dua belas orang.’ Kemudian beliau berbicara perlahan kepadaku. Aku bertanya kepada ayahku, ‘Apa yang Rasulullah Saw katakan?’ Beliau bersabda, ‘Semuanya berasal dari Quraisy.’” (3)
- Jabir bin Abdullah dengan sanad berbeda berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Islam senantiasa mulia hingga dua belas khalifah.’ Kemudian beliau mengucapkan kata yang tidak aku pahami. Maka aku bertanya kepada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’ Beliau bersabda, ‘Mereka semua berasal dari Quraisy.’” (4)
- Dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqas, ia berkata, “Aku bersurat kepada Jabir bin Samurah melalui pembantuku, Nafi’ bahwa aku mendengar sesuatu yang ia dengar dari Rasulullah Saw.” Maka ia menulis, ‘Aku mendengar Rasulullah Saw pada sore hari Jum’at bersabda, ‘Agama ini akan senantiasa tegak sehingga hari Kiamat, atau datang kepada kalian dua belas khalifah. Mereka semua berasal dari Quraisy.’” (5)
- Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241/855 M), Abu Ya’la Al-Maushili (w. 307/919 M) dan Al-Hakim (w. 405/1015 M) meriwayatkan hadis dengan matan dan sanad yang sama perihal dua belas khalifah, dari Masruq, ia berkata, “Kami pernah berkumpul bersama Abdullah bin Mas’ud dan ia membacakan kami Alquran. Seseorang bertanya kepadanya, ‘Wahai Abu Abdurrahman, apakah kalian bertanya kepada Rasulullah Saw tentang jumlah khalifah umat ini?’ Abdullah bin Mas’ud menjawab, ‘Tidak seorang pun sebelum kamu bertanya kepadaku perihal itu sejak aku datang ke Irak.’ Kemudian berkata, ‘Ya, sungguh kami menanyakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Beliau bersabda, ‘Dua belas sejumlah pemimpin (nuqaba’) Bani Israil.’” (6)
- Imam Ahmad meriwayatkan hadis berasal dari Jabir bin Samurah tentang dua belas khalifah/amir dengan berbagai redaksi dan sanad hingga mencapai tiga puluh dua hadis:
– Pertama, tiga buah hadis dengan redaksi ( لا يزال الإسلام عزيزا إلى اثنيعشر خليفة كلهم من قريش) (“Islam senantiasa mulia sampai datang dua belas khalifah” )“Mereka semua dari Qurasiy”. (7)
– Kedua, sebuah hadis dengan redaksi “Agama ini senantiasa tegak sehingga hari Kiamat, atau datang dua belas khalifah dari Quraisy”. (8)
– Ketiga, sebuah hadis dengan redaksi ( لا يزال الدين قائما حتى يكون اثنا عشر خليفة من قريش ) “Agama ini senantiasa tegak sehingga dua belas khalifah dari Quraisy”. (9)
– Keempat, dua buah hadis dengan redaksi “Urusan ini senantiasa baik sehingga dua belas amir”. (10)
– Kelima, lima buah hadis dengan redaksi “Urusan ini senantiasa mulia dan kuat sehingga dipangku dua belas. Mereka semua dari Quraisy.” (11)
– Keenam, dua buah hadis dengan redaksi “Urusan ini senantiasa berlalu sehingga datang dua belas amir” “Mereka semua dari Quraisy”. (12)
– Ketujuh, sebuah hadis dengan redaksi “Urusan ini senantiasa selaras sehingga tampil dua belas khalifah.” (13)
– Kedelapan, dua hadis dengan redaksi (لا يزال هذا الدين عزيزا إلى اثني عشر خليفة ) “Agama ini senantiasa mulia sampai dua belas khalifah.” (14)
– Kesembilan, lima hadis dengan redaksi “Agama ini senantiasa menang atas penentangnya, tidak ada perpecahan dan perbedaan sehingga berlalu dua belas amir. Mereka semua… Mereka semua dari Quraisy.” (15)
– Kesepuluh, sebuah hadis dengan redaksi “Agama ini senantiasa mulia dan kuat menang atas penentang mereka sampai dua belas khalifah.” (16)
– Kesebelas, tiga buah hadis dengan redaksi “Akan datang dua belas amir” “Mereka semua dari Quraisy”. (17)
– Keduabelas, empat buah hadis dengan redaksi “Akan datang setelah aku dua belas amir” “Mereka semua dari Quraisy”. (18)
– Ketigabelas, sebuah hadis dengan redaksi (يكون بعدي اثنا عشر خليفة، كلهم من قريش ) “Akan datang setelah aku dua belas khalifah. Mereka semua dari Quraisy”. (19)
– Keempatbelas, sebuah hadis dengan redaksi “Akan datang atas umat ini dua belas khalifah.” (20) - Imam Al-Tirmidzi meriwayatkan dan menyahihkan hadis dari Jabir bin Samurah yang berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Akan datang setelah aku dua belas amir.’ Kemudian beliau berbicara se-suatu yang tidak aku pahami, maka aku menanyakannya. Maka ia bersabda, ‘Mereka semua dari Quraisy.’” (21)
- Abu Dawud Al-Sijistani (w. 275/888 M) meriwayatkan dua hadis dari Jabir bin Samurah.
– Pertama, dari Jabir bin Samurah. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Agama ini senantiasa tegak sehingga berlaku atas kalian dua belas khilafah. Mereka semua mengayomi umat.’ Maka aku mendengar pembicaraan Nabi yang tidak aku pahami. Aku berkata kepada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’Ia bersabda, ‘Mereka semua dari Quraisy.’”
– Kedua, dari Jabir bin Samurah, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Agama ini senantiasa mulia sampai dua belas khalifah.’ Maka manusia bertakbir dan berteriak, kemudian beliau menyebut kata perlahan. Aku berkata kepada ayahku, ‘Wahai ayahku, apa yang beliau katakan?’ Ia bersabda, ‘Mereka semua dari Quraisy.’” (22)
Dari seluruh hadis di atas, maka ada tiga asumsi: asumsi pertama, pada saat Nabi Saw mengucapkan adanya dua belas khalifah yang akan menjadi Imam setelah beliau, mungkin tidak seorang sahabat pun bertanya siapa gerangan dua belas orang itu; asumsi kedua, mungkin para sahabat telah bertanya tentang siapa dua belas khalifah tersebut, namun Nabi Saw tidak memberikan jawabannya; asumsi ketiga, Rasulullah Saw telah menjelaskan setiap nama dua belas Imam tersebut.
Sebagian ulama Sunni sesungguhnya juga meyakini wasiat Nabi atas dua belas imam tersebut. Ibnu Taimiyah pernah mereka-reka siapa gerangan dua belas orang yang pernah dijanjikan oleh Nabi Saw, “Para khalifah itu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Lalu diangkatlah seseorang yang disepakati oleh manusia. Dia meraih kemuliaan, dan kekuasaan; dia adalah Muawiyah bin Abi Sufyan dan Yazid anaknya, yang dilanjutkan Abdul Malik bin Marwan dan ke empat anaknya, di antaranya Umar bin Abdul Aziz. Khalifah yang kedelapan dari dua belas khalifah itu dari para pembesar bani Umayyah…. Dua belas khalifah itu telah disebutkan dalam Taurat dimana Nabi Ismail as telah memberikan kabar gembira tentang mereka, ‘Akan lahir dua belas pembesar.” (23)
Sementara itu, Muhammad bin Abdul Wahab dalam Kitab Mukhtashar Sîrah Al-Rasûl Saw berkata, “Muawiyah bin Abi Sufyan meninggal dunia…dan mengangkat anaknya sebagai khalifah …. Sampai Yazid bin Walid bin Abdul Malik… dan sepeninggal dia berakhirlah kekhalifahan secara sempurna, dan umat tidak sepakat sepeninggalnya kepada satu imam sampai saat ini, dia adalah yang terakhir dari para khalifah dua belas yang telah disebutkan Nabi Saw dalam hadis sahih.” (24)
Jika pada Buku Putih Mazhab Syiah disebutkan seorang Al-Qunduzi meriwayatkan nama-nama dua belas Imam, maka seorang muslim Ahlusunah bermazhab Maliki juga merinci nama-nama tersebut di dalam kitabnya. Beliau adalah Ibnu Shabbagh Al-Maliki penulis Kitab Al-Fushûl Al-Muhimmah fî Ma’rifah Al-Aimmah. Ia mengatakan, “Aku menyebutkan dalam kitab ini, beberapa bab-bab penting di dalam mengenal para imam, yang dimaksud imam di sini adalah dua belas Imam, yang diawali oleh Amirul Mukminin Ali Al-Murtadha, dan diakhiri oleh Al-Mahdi…….. dan aku menyiapkan satu bab untuk masing-masing imam…..
- (Bab Pertama) menyebutkan tentang lautan luas, gunung kokoh, saudara Rasul, sitri Al-Batul, pedang Allah yang maslul, penakluk batalion, sumber keajaiban, singa Bani Ghalib, Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib kw.
- (Bab Kedua) menyebutkan tentang putranya, Al-Hasan.
- (Bab Ketiga) menyebutkan tentang saudaranya, Al-Husein.
- (Bab Keempat) menyebutkan tentang putranya, Zainal Abidin Ali bin Al-Husein.
- (Bab Kelima) menyebutkan tentang putranya Muhammad Al-Bagir.
- (Bab Keenam) menyebutkan tentang putranya Ja’far Al-Shadiq.
- (Bab Ketujuh) menyebutkan tentang putranya Musa Al-Kadzim.
- (Bab Kedelapan) menyebutkan tentang putranya, Ali bin Musa Al-Ridha.
- (Bab Kesembilan) menyebutkan tentang putranya, Muhammad bin Ali Al-Jawad.
- (Bab Kesepuluh) menyebutkan tentang putranya, Abul Hasan Ali Al-Hadi.
- (Bab Kesebelas) menyebutkan tentang putranya, Al-Hasan Al-’Askari.
- (Bab Kedua belas) menyebutkan tentang putranya, Muhammad Al-Qaim Al-Mahdi.
Aku menamakannya “Al-Fushûl Al-Muhimmah fî Ma’rifah Al-Aimmah.” (25)
Bermazhab apakah Ibnu Shabbagh yang telah meriwayatkan nama-nama dua belas Imam tersebut? Al-Sakhawi menyebutkan dalam Kitab Al-Dhau’ Al-Lâmi’, Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdillah Nur Al-Din Al-Asfaqasi Al-Ghazi Al-Ashl Al-Makki Al-Maliki, dikenal dengan Ibnu Shabbagh, lahir pada bulan Dzulhijjah tahun 748 H. Dia menghafal Alquran juga risalah fikih Imam Malik, dan menunjukkan keduanya kepada Syarif Al-Rahman Al-Fasi dan Abdul Wahhab bin Afif Al-Yafu’i juga Al-Jamal bin Zhahir….. dia mempunyai banyak karangan, di antaranya Al-Fushûl Al-Muhimmah fî Ma’rifah Al-Aimmah……………..” (26)
Umar Ridha Kuhalah dalam Mu’jam Al-Muallifîn menyebutkan, “Ali bin Muhammad Ahmad (Nur Al-Din, Ibnu Shabbagh), seorang ahli fiqih Maliki berasal dari Safaqas dan wafat di Mekkah. Di antara tulisannya adalah Al-Fushûl Al-Muhimmah lima’rifah Al-Aimmah.” (27)
(Dikutip dari Buku “Syiah Menurut Syiah” Tim Penulis Ahlulbait Indonesia)
Catatan kaki
- Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj, op.cit., hal 925-6, hadis 4598 dan yang senada dengannya hingga hadis 4604.
- Imam Al-Bukhâri, Shahîh Al-Bukhârî, h. 1812, hadis 7223-3, kitab Al-Ahkâm, bab sebelum Ikhrâj Al-Khushum, cet. 1, Dar Al-Fikr, Beirut, Lebanon, 2000 M, 1420 H.
- Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj, Shahîh Muslim, hal 926, hadis 4599.
- Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj, Shahîh Muslim, hal 926, hadis 4601.
- Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj, Shahîh Muslim, hal 926, hadis 4604.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 6, h. 321, hadis 3781, dan h. 406, hadis 3859, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, cet. 1, 1996 M (1416 H).
- Ahmad bin Ali Al-Tamimi, Musnad Abî Ya’lâ Al-Maushili, j. 8, h. 444, hadis 5031, dan j. 9, h. 222, hadis 5322, Dar Al-Ma’mun li Al-Turats, Damaskus, Suriah, cet. 1, 1986 M (1406 H). Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘alâ Al-Shahîhain, j. 4, h. 546, hadis 8529, cet. 2, Dar Al-Kutub Al-Al-’Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, 2002 M (1422 H).
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 427 hadis 20838, h. 482-3 hadis 20951, h. 518-9 hadis 21020.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 421 hadis 20830.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 401 hadis 20805.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 468 hadis 20922, h. 525 hadis 21039.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 449 hadis 20880, h. 471 hadis 20926, h. 472 hadis 20927, h. 476 hadis 20937, dan h. 490 hadis 20966.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 469 hadis 20923, dan h. 487 hadis 20962.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 523 hadis 21033.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 449, hadis 20879 dan h. 469 hadis 20924.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 409 hadis 20814, h. 413 hadis 20817, h. 429 hadis 20841, h. 461 hadis 20905 dan 20906. Bandingkan dengan h. 476 hadis 20938 yang terputus redaksi dua belas khalifah/amirnya.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 477, hadis 20939.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 426 hadis 20836, h. 445 hadis 20872, dan h. 456 hadis 20896.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 440 hadis 20862, h. 454 hadis 20889, h. 477-8 hadis 20941, h. 529 hadis 21050.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 439-40 hadis 20860.
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 34, h. 515 hadis 21013.
- Muhammad bin Isa Al-Tirmidzi, Jâmi’ Al-Tirmidzi, h. 368, hadis 2223, kitab Al-Fitan, bab Ma Ja’a fi Al-Khilafah, Bait Al-Afkar Al-Dauliyyah, Riyadh, Saudi Arabia, 1999 M (1420 H).
- Abu Dawud, Sulaiman bin Al-Asy’ats Al-Azdi Al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, juz 6, h. 335-6, hadis 4279 dan 4280, kitab Al-Mahdi, Dar Al-Risalah Al-’Ilmiyyah, Damaskus, Suriah, 2009 M (1430 H).Ibnu Taimiyah, Minhâj Al-Sunnah Al-Nabawiyyah, juz 8, h. 238-241, cet. 1, Jami’ah Al-Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Saudi Arabia, 1986 M, 1406 H.
- Muhammad bin Abdul Wahab, Mukhtashar Sîrah Al-Rasûl, h. 291-3, peristiwa tahun 60 H, tahkik Muhammad Al-Ali Al-Barrak, Jami’ah Al-Imam Muhammad bin Saud, Saudi Arabia, TT.
- Ibnu Shabbagh, Ali bin Muhammad bin Ahmad Al-Maliki Al-Makki, Al-Fushûl Al-Muhimmah fî Ma’rifah Al-Aimmah, h. 17-18, cet. 2, Majma’ Al-’Alami li Ahli Al-Bait, Beirut, Lebanon, 2011 M, 1432 H.
- Al-Sakhawi, Syams Al-Din Muhammad bin Abdurrahman, Al-Dhau’ Al-Lâmi’ li Ahl Al-Qarn Al-Tâsi ,’
j. 5, h. 283, Dar Al-Jil, Beirut, Lebanon, TT. - Umar Ridha Kuhalah, op.cit., j. 2, h. 492.