Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Warga Syiah Sampang yang di Pengungsian Berhak Memilih di Kampungnya

Petugas KPU Sampang melakukan sosialisasi di tempat tinggal pengungsi Syiah Sampang di Sidoarjo, Jatim. [Media Indonesia]

Sidoarjo 6 dari 224 orang pengikut Mazhab Syiah asal Sampang, Jawa Timur, dipastikan bisa memilih di tempat tinggal mereka di Kecamatan Karang Penang. Sebab, nama mereka tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan (DPTPb) Sampang.

Ketua KPU Sampang Syamsul Muarif mengaku belum mengetahui hal tersebut dan masih akan melakukan pengecekan data.

Namun, Syamsul menjelaskan enam orang pemilih dari pengikut Islam Syiah itu memiliki dua pilihan, yakni mencoblos di TPS tempat tinggalnya atau memilih mencoblos di lokasi pengungsian sebagai pemilih pindah TPS.

“Mereka bisa memilih mencoblos di Sampang atau di lokasi pengungsian di Sidoarjo,” katanya, Kamis (11/4).

Syamsul tidak menjelaskan langkah pengamanan yang akan dilakukan KPU jika enam pengungsi Syiah itu memilih mencoblos di Sampang.

Ketua Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Sampang Faisol Ramadani meminta KPU menyiapkan pengamanan untuk keenam orang warga Syiah.

Sebab, berdasar pengalaman saat ada warga Syiah pulang kampung, membutuhkan pengamanan ketat karena masih ada penolakan dari lingkungan tempat tinggalnya.

“Kami akan minta KPU fasilitasi pengamanan mereka untuk salurkan hak pilih jika mereka akan mencoblos di Sampang,” katanya.

Ratusan warga Syi’ah asal Kabupaten Sampang, dipastikan tidak bisa memilih di tempat tinggal mereka karena tercantum dalam DPT Tambahan di Sidoarjo dan tidak masuk dalam DPT di Sampang.

Akibatnya mereka yang saat ini masih berada di lokasi pengungsian Jemundo, Sidoarjo itu, hanya bisa menyalurkan suara untuk anggota DPD RI dan Presiden-Wakil Presiden.

Pengungsi Syiah Sampang, Madura, berada di Rusunawa Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo, Jawa Timur. [antaranews]

Sebelumnya diberitakan oleh Media Indonesia  pada Pilkada 2018 pengungsi Syiah asal Sampang, Madura bisa menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur, serta pemilihan Bupati Sampang. Bagi warga Syiah disediakan dua tempat pemungutan suara (TPS) di Pengungsian Rumah Susun Puspa Agro di Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. DPT tercatat 235 pengungsi Syiah bisa menunaikan hak pilihnya pada dua TPS di lokasi pengungsian. Selain itu, perihal pengamanan Polisi dan TNI terus memantau dan mengawasi lokasi pengungsian. Pihak KPU, Panwaslu Sampang juga sudah melakukan persiapan dibantu petugas KPUS dan Panwaslu Sidoarjo. Pemilihan ini baru pertama kali digelar di lokasi pengungsian, sebab pada pilkada sebelumnya pengungsi Syiah yang akan menggunakan hak suara politiknya harus bergabung dengan TPS di wilayah desa yang berdekatan dengan lokasi pengungsian.

Saufiq (21) sudah delapan tahun lebih tinggal di Rumah Susun (Rusun) Jemundo Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Kini ia tidak betah, dan ingin bisa pulang ke kampung halaman di Madura.

“Harapan kami agar Gubernur Khofifah bisa memulangkan kami. Karena itu sudah menjadi hak warga,” kata Saufiq di Rusun Jemundo, Kamis (14/2/2019). Gara-gara konflik yang terjadi pada 2011, Saufik bersama puluhan orang lainnya meninggalkan kampung halaman di Desa Buluran, Kecamatan Karangpenang, Kabupaten Sampang.

Presiden Joko Widodo telah melantik Khofifah Indar Parawansa sebagai Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, pada Rabu (13/2/2019) di Istana Merdeka Jakarta. Hadirnya gubernur baru memunculkan harapan dari Saufiq dan warga Syiah lainnya untuk bisa pulang kampung.  Selama tujuh tahun di pengungsian, Saufiq mengaku ia dan warga lainnya hidup menderita. Mereka merasa terkekang dan tidak bisa beraktivitas secara normal, tidak bisa hidup dan bekerja layak.

“Nggak kerasan sama sekali. Kami hidup disini karena terpaksa, untuk menghindari penindasan,” kata Saufiq.

Ada 81 keluarga warga Syiah yang masih mengungsi di Rusun Jemundo, Taman, Sidoarjo. Mereka bekerja serabutan karena tidak bisa bercocok tanam lagi.

“Saya jadi pengupas kelapa. Karena mau bertani tidak punya lahan,” tambahnya.

Saufiq beberapa kali pulang ke kampungnya di Sampang secara perorangan. Ia mengklaim sebetulnya tetangga mereka di Sampang sudah bisa menerima kembali warga Syiah. Namun, kata Saufik, pemulangan mestinya bisa difasilitasi pemerintah.

“Mereka sangat baik dan menerima saya. Karena itu harus ada solusi,  jangan kami dibiarkan seperti ini,” tambahnya.

Saufiq dan warga Syiah lainnya meninggalkan Sampang sejak 2011. Mereka sudah sembilan tahun hidup terkatung-katung di lokasi pengungsian.

“Ingin rasanya merasakan hidup bebas, kayak dulu. Bisa bertani dan menanam padi di sawah,” katanya.

Media Indonesia / KBR.ID

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *