Berita
Wajah Nelayan Dalam Rayuan Pulau Palsu
Penolakan proyek reklamasi Teluk Jakarta dari kaum nelayan yang terancam kehidupannya semakin menggema. Tak rela lahan pencahariannya hancur karena reklamasi, warga Muara Angke terus melawan menyerukan penolakannya terhadap mega proyek “memunggungi lautan” ini.
Hal inilah yang menginspirasi Watchdoc menggelar premiere film dokumenter Rayuan Pulau Palsu dalam acara Nonton Bersama (Nobar) di jantung Kampung Nelayan Muara Angke, Sabtu (30/4).
“Kalau uploadnya di YouTube, itu menang ngetrennya doang, tapi hasilnya dalam bentuk yang kita inginkan, yaitu pesan ke masyarakatnya gak nyampai,” ujar Rudi, sutradara film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.
“Kalau sekarang, kita pakai layar tancap, warga bisa melihat sendiri secara langsung,” tambah Rudi.
Suara Nelayan
Meski angin kencang sempat melepas kain layar tancap dan gerimis kecil turun, serta infocus yang dipakai error hingga 2 jam, minat warga Muara Angke tak surut. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun ramai menonton meski harus menunggu lama.
Saefudin, salah seorang nelayan yang didokumentasikan oleh Watchdoc dalam film Rayuan Pulau Palsu ini menyatakan dengan tegas bahwa ia menolak reklamasi.
“Saya gak mau reklamasi. Itu namanya menghilangkan nasib nelayan,” tolak Saefudin.
“Kesempatan kita dapat ikan jadi berkurang sekali. Dulu kita bisa dapat ikan 3 ton, 2 ton, sekarang paling 50 kilo,” keluh Sefudin.
“Reklamasi ini untuk siapa sih? Untuk nelayan kah atau untuk orang berduit kah, cukong-cukong itu kah?” protes Saefudin.
Salah seorang warga lainnya, Sugiarti, ibu dua orang anak yang ikut nobar dan melihat sendiri bagaimana nelayan dirugikan, menyayangkan sekaligus keberatan kenapa harus ada reklamasi.
“Jangan gitu lah. Jangan mentang-mentang banyak duit, berkuasa, mau nginjek yang kecil gitu,” ujar Sugiarti.
“Apalagi sampai ada yang digusur sampai ada yang tinggal di perahu, kasian kan?” tambahnya.
Reklamasi yang merugikan nelayan-nelayan kecil harus dihentikan. Dulu Jokowi seringkali mengatakan bahwa ia akan menjadikan Indonesia negara berporos maritim. Namun bagaimana bisa menjadi poros maritim jika lautnya saja ditimbun? (Muhammad/Yudhi)