Berita
Viva Palestina
Ribuan warga turun ke jalan di sejumlah kota Palestina, seperti Gaza dan Khan Younis untuk merayakan tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Palestina dan Israel setelah agresi rezim Zionis itu berlangsung hampir tujuh minggu lamanya.
Mengapa kesepakatan itu dinilai sebagai tonggak penting kemenangan bagi kelompok-kelompok perlawanan di Palestina?
Lebih dari 40.000 pasukan Israel menyerang Gaza dari darat dalam pertempuran selama hampir 50 hari. Namun ternyata militer yang konon terkuat urutan ke 11 sedunia menurut website Global Firepower ini, tak mampu menguasai Gaza. Israel hanya mampu melakukan serangan udara yang membabi buta hingga mengakibatkan banyak warga sipil Palestina yang menjadi korban serangan itu.
Itulah keterangan dari Joserizal, salah satu Prisedium Relawan kemanusiaan Mer-C melalui telpon kepada ABI Press.
Sebaliknya menurut Jose, di pihak kelompok perlawanan Gaza menunjukkan kemampuan yang menakjubkan dengan mampu menyusup masuk ke wilayah Isarel dan mampu menangkap serdadu Israel serta menyerang posko milik pasukan Israel. Yang lebih dasyat lagi menurut Jose bahwa roket dan rudal milik para pejuang Palestina ditengarai mampu mengganggu jadwal penerbangan di bandara Tel Aviv. Tapi yang lebih ditakukan oleh Israel menurut Jose adalah bila rudal milik para pejuang diarahkan ke reaktor nuklir Israel di Nigret.
“Kalau ditekan terus, bukan tidak mungkin para pejuang perlawanan Palestina akan mengarahkan rudalnya ke reaktor Nuklir Israel di Nigret,” terang Jose, ”Kalo gitu ya udah, mati siji, mati kabeh” tambah Jose, dalam bahasa Jawa yang artinya ‘mati satu, mati semua’ untuk menegaskan bahwa bila terpaksa, maka para pejuang Palestina akan menembakkan rudal mereka ke reaktor nuklir Israel dengan risiko semua akan musnah, baik Israel maupun Palestina.
Sementara itu Direktur Voice Of Palestine (VOP) Indonesia, Mujtahid Hashem menjelaskan bahwa semua tujuan perang Israel kali ini tidak tercapai. Pertama, tujuan perang Israel adalah mencari tiga pembunuh pemuda Israel di Tepi Barat dan hingga kini mereka belum juga menemukan siapa pembunuhnya. Kedua, adalah memberikan hukuman kepada kelompok perlawanan di Palestina sehingga tidak mampu lagi melancarkan serangan roket ke Israel dan ternyata hingga detik terakhir perundingan, roket dan rudal kelompok perlawanan masih terus menggempur Israel. Ketiga, adalah menghancurkan lorong-lorong milik para pejuang perlawanan yang ada di bawah tanah, ternyata hak itu juga tak bisa tercapai.
Hal tersebutlah yang dianggap sebagai kemenangan bagi Palestina yang kali ini menurut Mujtahid dapat dianggap sebagai kemenangan terbesar bangsa tertindas itu karena telah membuat moral Israel jatuh. Padahal sesuai doktrinnya, Israel menyebut diri mereka kaum pilihan Tuhan dan mustahil kalah perang. Tapi klaim tersebut ternyata gagal dibuktikan kali ini.
Mujtahid menyebut pilihan menyerang yang dilakukan Israel kali ini sesungguhnya sudah sangat tepat.
“Pilihan waktu Israel untuk memulai perang sebenarnya tepat, disaat wilayah Timur Tengah, khususnya Suriah dan Irak dipenuhi ekstrimis yang didatangkan dari berbagai negara untuk mendestalibisasi kawasan,” jelas Mujtahid, “Tetapi kan ternyata Israel tetap kalah juga,” lanjutnya.
Kegagalan perang ini membuat Israel merugi di beberapa sektor, seperti ekonomi dan pariwisata. Kerugian yang lain menurut Mujtahid adalah opini warga Israel yang menyatakan bahwa Netanyahu harus segera turun dari jabatannya karena dia sudah membuat tentaranya kalah perang.
“Jadi sebenarnya kekalahan Israel kali ini bukan cuma klaim kelompok perlawanan Palestina, melainkan sudah diakui juga oleh rakyat Israel sendiri,” terang Mujtahid, saat ditemui ABI Press di Kantor VOP Kalibata, Jakarta Selatan.
Fakta-fakta itulah yang menurut Jose dan Mujtahid memaksa Israel akhirnya mengajukan gencatan senjata yang diprakarsai Mesir dan memaksa Israel menerima poin-poin-persyaratan yang diajukan kelompok perlawanan Palestina.
Sejumlah kesepakatan itu di antaranya adalah dibukannya blokade atas Gaza, penghentian tembak-menembak, serta penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Makna Kesepakatan
Bagi Jose, kesepakatan gencatan senjata ini merupakan suatu hal yang baik, sebab tentu saja akan mengurangi jumlah korban yang jatuh dan sebagai pegiat kemanusiaan dia bersama timnya akan bisa melakukan aktivitas bantuan kemanusiaan dengan lebih leluasa.
Bukan cuma itu, gencatan senjata ini juga merupakan momen terbaik untuk menyuplai peralatan medis bagi sejumlah Rumah Sakit yang ada di Gaza, sehingga dapat melakukan pelayanan kemanusiaan dengan lebih baik lagi.
Bahkan Jose menambahkan dengan dibukanya blokade akan membuat Palestina lebih mandiri dengan kembali melakukan kegiatan bisnis mereka, sehingga tidak akan tergantung lagi pada bantuan dari luar.
Sementara itu bagi Mujtahid, kesepakatan ini merupakan kemenangan dari seluruh kelompok perlawanan yang berada di Palestina dan juga di sekitar kawasan. Secara umum, juga merupakan kemenangan bagi seluruh pendukung kelompok perlawanan terhadap Israel di seluruh dunia.
Secara khusus, VOP Indonesia melalui Direkturnya, Mujtahid Hashem dan Mer-C melalui salah seorang Presidiumnya, Joserizal mengucapkan salut dan selamat kepada bangsa serta rakyat Palestina yang berada di Gaza, kepada kelompok-kelompok perlawanan seperti Brigade Al-Qassam yang berafiliasi dengan Hamas, Brigade Al-Quds yang berafiliasi dengan Jihad Islam, Brigade Al-Aqsa yang berafiliasi dengan Gerakan Fatah, Brigade Abu Ali Musthafa yang berafiliasi dengan PFLP, Brigade As-Shobirin, Brigade Nasr Salahudin dan juga kepada Brigade Komite Perlawanan Rakyat Palestina.
“Alhamdulillah, ini menunjukkan bahwa hanya perlawananlah yang bisa memerdekakan bangsa palestina,” tegas Mujtahid.
Melihat catatan sejarah perjanjian yang pernah dibuat oleh Palestina dengan Israel, Jose dan Mutjtahid mengingatkan agar kelompok-kelompok perlawanan di Palestina tetap berhati-hati dengan Israel.
“Sebab Israel bisa melanggar apa saja,” ungkap Jose.
Mengutip apa yang disampaikan Pempimpin Jihad Islam, Ramadhan Salah, Mujtahid mengatakan bahwa dengan kemenangan ini, kelompok-kelompok perlawanan yang ada di Gaza akan terus memperkuat diri mereka untuk mengantisipasi perang-perang berikutnya yang diprediksi lebih besar.
“Kedepan saya lihat merupakan fase kemenangan bagi kelompok-kelompok perlawanan yang ada di Palestina,” terang Mujtahid.
Kegigihan kelompok-kelompok perlawanan yang ada di Palestina hingga mampu memaksa bangsa yang mengaku kaum pilihan Tuhan bertekuk lutut dan memenuhi semua tuntutan dasar bangsa Palestina, patut kita acungi jempol. Akan tetapi seperti yang disampaikan oleh Jose, Mujtahid, dan Ramadhan Salah, bahwa perjuangan Palestina belum bisa dikatakan benar-benar berakhir hingga Palestina mampu merdeka; mampu terlepas dari penjajahan Israel, menjadi bangsa yang berdaulat dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. (Lutfi/Yudhi)