Berita
Ustaz Fuad Hadi: Kenali dan Cintailah Sayidah Fatimah
Jumat 10 April 2015, bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1436 H, merupakan hari kelahiran Fatimah Az Zahra, wanita surga semerbak bunga. Rasul menyebutnya sebagai wanita mulia sepanjang masa, lebih utama di antara wanita-wanita agung lainnya. Tak heran jika orang yang mengenalnya akan jatuh cinta walau hidup di masa yang berbeda.
Terpaut jarak waktu lebih dari 1400 tahun berlalu, putri Nabi yang suci selalu melekat di hati para pencintanya hingga saat ini. Salah satu bentuk kecintaan itu kemudian terwujud menjadi amalan-amalan; di antaranya, memperingati hari ia dilahirkan.
Yayasan Fatimah di Jakarta misalnya, dalam memperingati kelahiran putri Nabi tercinta, membuat acara “wiladah” untuk dipersembahkan kepada Sayidah Fatimah.
Rangkaian acara yang terselenggara pada Minggu (12/4) siang itu meliputi tausiyah, diselingi nasyid dan alunan rebana. Bunga-bunga mawar pun menghiasi suasana.
“Di bulan ini kita juga memperingati kelahiran wanita besar yaitu Raden Ajeng Kartini (R.A Kartini). Mungkin R.A Kartini, pahlawan nasional kita, semua orang sudah tahu. Tapi tentang Sayidah Fatimah, tidak semua orang tahu. Alhamdulillah bagi kita yang termasuk mengenal beliau. Namun, tidak sekadar mengenal, bagi pencinta Ahlulbait dan Sayidah Fatimah, kita juga harus turut serta memperkenalkan sosok beliau kepada masyarakat,” kata Syarifah Maisarah, Ketua Panitia penyelenggara dalam sambutannya.
Kemudian, tausiyah hikmah wiladah disampaikan Ustaz Fuad Hadi.
“Semoga kita bergembira dengan kelahiran Ahlulbait. Hari ini kita berbahagia dengan kebahagiaan Ahlulbait dikarenakan Wiladah Sayyidatun nisa’il ‘alamin yang tentunya, berbicara tentang beliau bukan sesuatu yang mudah. Karena rahasia yang terkandung dalam diri ‘Al-Batul’ bukan sesuatu yang dapat digapai umat manusia,” tutur Ustaz Fuad Hadi usai mengucap salam dan shalawat atas Nabi.
“Yang mengetahui hakikat beliau hanyalah ayahnya, Sayyidul Wujud saw, kedua putranya, Hasan dan Husain, dan para maksumin. Tetapi, bukan kita tidak boleh mengenalnya, ketika kita mengabaikan makrifat tentang Sayidah Fatimah maka keberagamaan kita dipertanyakan oleh Allah Swt.”
“Setiap insan, setiap umat Nabi saw wajib mengenal Sayidah Fatimah. Apa dalilnya mengenal Sayidah Fatimah itu wajib bagi kita?”
“….Katakanlah, ‘Aku tidak meminta upah apa pun atas hal itu (risalah yang kusampaikan), kecuali kecintaan dan kasih-sayang kepada keluarga (al-Qurba),’….. (QS Asy-Syura, 42:23).”
“Kata mawaddah, dari ayat itu lebih tinggi dari mahabbah. Mawaddah, menampakkan kecintaan. Sesuatu yang dilihat dari luar, dilihat oleh umat manusia… Mawaddah adalah bentuk dari mahabbah (kecintaan). Setiap orang yang memiliki mahabbah kepada Ahlulbait harus ditampakkan. Maka bentuk penampakan dari mahabbah salah satunya, adalah seperti yang kita lakukan sekarang ini. Memperingati Wiladah Sayidah Fatimah itu bentuk dari mawaddah.”
“Tapi apakah mungkin seseorang bisa mencintai tanpa mengenal? tidak mungkin kita bisa mencintai tanpa makrifah.”
“Sayidah Fatimah satu-satunya wanita yang tidak menstruasi (selalu suci), tidak seperti umumnya manusia khususnya wanita biasa. Kalau dalam kacamata kedokteran Az Zahra as bukan wanita normal dan sehat. Karena menurut kedokteran, wanita yang sehat, yang setiap bulannya datang bulan. kenapa Az Zahra justru sebaliknya?”
“Ingat, proses terjadinya Sayidatuna Fatimah ialah di saat Nabi saw diperintah Allah meninggalkan istrinya Khadijah Al-Qubra, selama 40 hari. Rasulullah saw di gua, bermunajat, sujud, doa dilakukannya. Berhari-hari, muncul kerinduan dua pasang manusia suci, Khadijah Al-Qubra dengan Sayyidul Wujud Al Mustafa saw. Ketika datang hari ke-40 Allah Swt mengutus Jibril as, memberikan buah-buahan dari surga yang disebut dalam riwayat, yaitu apel dari surga untuk diberikan kepada Rasulullah, dan Allah meminta kepada Nabi saw untuk memberikan juga kepada Sayidah Khadijah. Kemudian Rasul membawa pulang dan mereka memakan apel tersebut (apel dari surga). Lalu malamnya rasul bertemu dengan Sayidah Khadijah sebagaimana hubungan suami istri. Apa yang terjadi? dari hubungan tersebut yang berangkat dari bentuk fisiknya apelnya surgawi, muncul benih suci (Sayidah Fatimah).
“Kalau Sayyidah Fatimah asal muasalnya bukan dari makanan surga, maka ketika tidak menstruasi itu hal yang perlu dipertanyakan. Tetapi karena benih itu datangnya dari surga maka tidak mungkin orang yang makan makanan surga akan muncul darah yang kotor. Maka hal itu merupakan salah satu kesempurnaan Sayidah Fatimah.”
“Rasulullah saw dalam mendapatkan buah tersebut harus puasa, salat, qiyamul lail, harus munajat dengan menjauhi istrinya. Maka dari itu, dari sisi penciptaannya, Sayidah Fatimah berbeda dengan cikal-bakal terjadinya kita. Berbeda dengan manusia biasa yang ketika istri mengandung, asupan yang masuk adalah apa yang lewat di depan rumah, tidak menjaga asupan yang akan menjadi benihnya. Ini pelajaran buat kita.”
Kemudian Ustaz Fuad Hadi melanjutkan beberapa hal terkait pentingnya mengenal Ahlulbait, termasuk Sayidah Fatimah. Selain itu, beliau juga menyampaikan betapa pentingnya bertawassul kepada mereka. “Karena tanpa tawassul itu kita tidak akan sampai kepada Allah,” tegas Ustaz Fuad Hadi.
Bahkan dalam salat pun tidak akan diterima tanpa bershalawat kepada Rasul dan Ahlulbait. “Shalawat dalam salat juga merupakan bentuk tawassul,” pungkas Ustaz Fuad. (Malik/Yudhi)