Berita
Usep: Ajaran Ahlulbait Ada di Indonesia Sejak Dulu
“Siapa yang berjumpa dengan orang Syiah, bunuh mereka! Karena mereka adalah musyrik.”
Perintah Abu Jibril dalam Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di Bandung dua tahun lalu itu mengawali diskusi “Konflik Sunni dan Syiah di Indonesia” di Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis (19/5).
Pemateri diskusi Usep Abdul Matin, Ph.D mengatakan bahwa setelah pidato provokatif tersebut tidak ada reaksi apa-apa dari kalangan Muslim Syiah. Padahal kediaman Jalaludin Rakhmat, ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) berjarak 20 menit naik angkot dari tempat deklarasi ANNAS di Bandung tersebut.
“Biasa-biasa saja, tidak menggerakkan massa,” ujar Usep.
Bahkan menurut Usep, Kang Jalal memberikan arahan kepada jemaahnya agar tidak memberikan pernyataan-pernyataan yang tempramental. Begitupun dengan mereka yang mendengarkan provokasi dari Abu Jibril tidak ada yang menindaklanjuti dengan mendatangi tempat kediaman Kang Jalal.
Sebab menurut Usep, masyarakat Sunda sudah mengenal dengan baik siapa Kang Jalal. Bahkan masyarakat Sunda juga sudah mengenal baik ajaran Ahlulbait sejak abad ke 7. Hal ini terbukti dengan adanya kisah-kisah yang terdapat di tanah Sunda seperti halnya kisah Kian Santang yang hidup pada zaman itu.
“Orang Sunda sudah mengenal Sayyidina Ali, sejak masa Kian Santang,” terang Usep.
Tak hanya itu, Usep juga menceritakan tentang kota Jepara di Jawa Tengah yang menurut ceritanya, Imam Ja’far ash-Shadiq, Imam Syiah ke enam pernah mengunjungi kota tersebut. Hingga akhirnya kota tersebut saat ini diberi nama “Jepara” yang diambil dari nama “Jafar”.
Naskah-naskah tentang Ahlulbait seperti yang ada di Sunda dan Jepara itu tersebar di seluruh Indonesia. Naskah-naskah tersebutlah yang menurut Usep membuat masyarakat tidak dapat terprovokasi oleh ujaran-ujaran kebencian untuk menyerang Syiah yang ada di Indonesia.
“Naskah-naskah seperti itulah yang digunakan di Sunda ketika mereka diprovokasi,” terang Usep.
Dalam salah satu kesimpulannya Usep mengajak untuk belajar lebih jauh lagi tentang Sunni dan juga Syiah sehingga dapat saling memberikan simpati. Sementara salah satu rekomendasi yang disampaikannya dalam diskusi itu adalah menyusun kurikulum pendidikan agama yang tidak bernuansa sektarian. (Lutfi/Yudhi)