Berita
Usaha Menghentikan Peziarah Abi Abdillah
Mengenang Imam Husein di hari Asyura atau Arbain adalah mengambil pelajaran yang beliau pampangkan kepada umat ini. Pelajaran demi pelajaran yang disampaikan oleh Abi Abdillah di padang Karbala, tidak beliau sampaikan dengan tulisan tetapi beliau sampaikan dengan darah. Maka selagi darah kita mengalir, maka harus selalu kita ingat Abi Abdillah Al Husein.
Begitulah di antara ungkapan tausiyah yang disampaikan oleh Ustaz Muhammad Alwi BSA dalam peringatan Arbain atau 40 hari syahidnya Imam Husein di Aula ICC, Jakarta Selatan pada Sabtu (13/12) malam dan dihadiri oleh seribu lebih jemaah Muslim Syiah yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
Lebih jauh Ustaz Muh menjelaskan bahwa Abi Abdillah telah memberikan segala yang dimiliki untuk Allah. Maka kita harus mulai selalu mengingat beliau. Itu rahasia yang disebutkan dalam semboyan Kullu Yaumin Asyura, wa Kullu Ardin Karbala; bahwa setiap hari adalah Asyura, setiap hari mengingat Abi Abdillah, setiap hari mengingat perjuangan Abi Abdillah, setiap hari mengingat pengorbanan Abi Abdillah, dan di setiap jengkal tanah di bumi Allah dimana pun ada kezaliman maka, setiap saat kita harus bangkit melawan kezaliman itu sebagaimana telah diajarkan Abi Abdillah kepada kita.
Dalam tausiyahnya Ustaz Muh juga menyebut adanya upaya sistematis untuk melupakan dan menjauhkan umat dari makam Imam Husein itu begitu dahsyat, dengan berbagai macam cara. Salah satu contohnya adalah yang terjadi pada jaman Mutawakil. Saat itu, meski mendapat ancaman, orang-orang tetap saja melakukan ziarah. Akhirnya Mutawakil pun mengeluarkan undang-undang: siapapun yang berziarah harus membayar 1000 dinar. Tujuannya lagi-lagi demi menjauhkan orang dari berziarah, tapi semua orang tetap saja rela mengeluarkan hartanya untuk berziarah.
Disebutkan dalam satu riwayat, pada salah satu pos penjagaan yang tidak bisa dilewati orang kecuali membawa seribu dinar untuk berziarah, disebutkan ada seorang wanita tua mendekati pos tersebut. Orang-orang yang menjaga pos menertawakan wanita tua tersebut. Tiba-tiba si wanita tua masuk ke dalam pos dan melemparkan uang 1000 dinar di hadapan para penjaga tersebut.
“Demi Allah aku kurangi jatah makanku, aku kurangi belanjaku, aku kurangi semua kebutuhan kehidupanku, demi aku bisa mengumpulkan uang seribu dinar dan sekarang ambillah. Lalu biarkan aku pergi ke Maulaku Abi Abdillah”, cerita Ustaz Muh menirukan ucapan wanita tua itu.
Karena merasa tidak mampu membendung para peziarah dengan uang, Mutawakil mengubah siasatnya dengan mengeluarkan undang-undang yang lain: bahwa untuk setiap sepuluh peziarah, maka satu orang harus dibunuh. Karena Mutawakil yakin dengan ini sudah tidak akan ada lagi yang berani datang untuk berziarah ke pusara Abi Abdillah.
Kemudian datang rombongan peziarah yang masing-masing berkata “Jangan leher dia yang dipenggal. Biar aku saja yang disembelih, jangan mereka,” tiru Ustaz Muh menunjukkan betapa setiap orang peziarah berebut untuk berkorban dan menjadi orang yang paling pertama kali dibunuh agar yang lain dapat melakukan ziarah ke pusara Imam Husein.
Sia-sialah segala upaya banyak pihak yang begitu benci kepada Imam Husein dan para pencinta beliau, karena faktanya hingga detik ini darah Imam Husein masih terus mengalir layaknya para peziarah yang tidak akan pernah berhenti mendatangi Imam Husein. Mereka berdatangan dari 80 negara di seluruh dunia, dengan segala perbedaan yang ada, namun dengan satu kata dan teriakan yang sama “Labbayka Ya Husein!” (Lutfi/Yudhi)