Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Update Terkini Kelud (1)

Debu Vulkanis dari Letusan Gunung Kelud

Hari ketiga pasca letusan gunung Kelud, tujuh bandara masih ditutup. Meski intensitas hujan abu sudah reda, namun kondisi bandara masih terdampak abu erupsi. Ketujuh bandara itu adalah bandara internasional Juanda, Surabaya; Adi Sumarno, Solo; Adi Sucipto, Yogyakarta; Abdulrahman Saleh, Malang; Ahmad Yani, Semarang; Husein Sastra Negara, Bandung dan Tunggu Wulung, Cilacap.

Deni, koordinator relawan Kelud mengatakan telah berhasil menembus jalur desa Pagersari-Ngantang, Kabupaten Malang yang sebelumnya tak dapat dijangkau siapapun. Untuk sampai di dua lokasi itu dia dan para relawan harus ekstra hari-hati sebab abu erupsi Kelud masih menutupi jalan dan atap-atap rumah penduduk.

Pagersari dan Ngantang adalah dua desa terdampak erupsi Kelud paling parah. Debu pekat yang beterbangan diterpa angin membuat penglihatan dan jarak pandang terganggu. Suasana kedua perkampungan itu tak ubahnya kota mati. Tak satu pun makhluk hidup tampak di sana. Hanya ada satu pemandangan: hamparan abu menutup seluruh wilayah. Tak hanya pohon, rumah, dan aspal jalan berselimut debu tebal, kacamata para relawan pun tak sepenuhnya mampu melindungi mata saat debu tebal itu berhamburan ditiup angin kencang.
Belum lagi kerikil tajam berserakan yang terkadang menembus sepatu, membuat kaki para relawan terasa perih tak terhingga. Itulah yang membuat Deni dan para relawan lain mengalami kesulitan dalam perjalanan ini. Hanya untuk menyusuri jalur dua desa berjarak 18 km yang kondisinya cukup berat saja, diperlukan waktu tempuh selama 4 jam.

Sepanjang perjalanan, para relawan selalu berhenti di setiap perkampungan. Mereka biasanya turun beberapa saat untuk memeriksa kondisi sekitar, sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Tak jarang mereka temukan sejumlah rumah roboh karena atapnya tak mampu menahan tumpukan beban abu erupsi.

“Sesekali asap tebal terlihat mengepul dari kepundan gunung Kelud. Terkadang asap putih tapi tak jarang lalu berubah hitam pekat. Saat ini, bunyi gemuruh sih sudah tak terdengar lagi. Oke. Sementara begitulah perjalanan berat kami bersama tim hari ini (15/02) saat coba menerobos jalur Pegersari-Ngantang,” lapor Deni kepada ABI Press via telepon, langsung dari lokasi bencana. (Deni-Lutfi/Yudhi)