Ikuti Kami Di Medsos

Akidah

Universalitas dan Keabadian Alquran

Pembahasan sebelumnya Argumentasi atas Keutuhan Alquran dari Perubahan (Tahrif)

Telah kita ketahui dari pelajaran yang lalu bahwa mengimani seluruh nabi dan membenarkan semua risalah mereka adalah perkara yang penting. Mengingkari salah seorang dari mereka, atau salah satu hukum dan syariat mereka berarti mengingkari seluruh syariat Ilahi, dan hal ini sama dengan kekufuran iblis. Karenanya, setelah terbukti risalah Nabi Islam saw, hal penting lainnya adalah mengimani risalah beliau tersebut dan segenap ayat yang turun kepadanya serta seluruh hukum dan ajaran yang datang dari Allah Swt. Akan tetapi, beriman kepada setiap nabi dan kitabnya tidak berarti kita pun harus menjalankan syariatnya.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa seluruh kaum muslim diwajibkan beriman kepada seluruh nabi as dan semua kitab samawi mereka, kendati tidak mungkin dan bahkan tidak boleh mengamalkan syariat-syariat yang telah lalu tersebut. Sebagaimana pada pelajaran yang lalu, kewajiban setiap umat adalah mengamalkan syariat dan ajaran nabi yang diutus kepada mereka. Maka itu, seluruh umat manusia diwajibkan untuk mengamalkan syariat Islam itu apabila telah terbukti bahwa risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw itu tidak hanya untuk satu umat saja (bangsa Arab), juga tidak ada nabi lain yang akan diutus setelahnya untuk menghapus risalahnya itu.

Dengan kata lain, Islam adalah agama yang universal dan abadi. Untuk itu, poin yang perlu kita bahas berikutnya adalah: Apakah risalah Nabi Muhammad saw itu bersifat universal dan abadi? Ataukah khusus untuk satu kaum atau pada zaman tertentu saja?

Yang jelas, masalah ini tidak dapat dibahas hanya dengan jalur akal, tetapi harus mengikuti metode kajian di dalam ilmu-ilmu nakli dan sejarah. Artinya, kita harus merujuk referensi-referensi yang valid. Tentu, bagi orang yang telah membuktikan dan meyakini kebenaran Alquran, kenabian Muhammad saw dan kemaksuman beliau, tidak ada sumber dan referensi yang lebih valid selain Alquran dan sunnah itu sendiri.

Universalitas Islam

Universalitas Islam dan ketakterbatasannya untuk satu kaum atau kawasan tertentu, adalah salah satu kepercayaan yang dharuri (jelas dan pasti) dalam agama Ilahi ini. Bahkan orang-orang nonmuslim pun mengetahui bahwa risalah Islam itu mendunia, tidak terbatas pada suatu daerah saja.

Di samping itu, banyak bukti sejarah yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw telah mengirimkan surat dakwahnya kepada penguasa-penguasa dunia pada saat itu, seperti Kaisar Romawi, Kisra Iran, raja-raja di Mesir, Syam (Suriah), Habasyah dan para pemimpin suku-suku Arab. Beliau juga mengutus duta-duta khusus kepada setiap penguasa itu untuk mengajak mereka kepada Islam, dan memberikan peringatan kepada mereka akan dampak buruk dari pengingkaran mereka terhadap agama suci ini.

Jika Islam bukan agama universal, dakwah seluas itu tidak akan dijalankan, dan setiap bangsa mempunyai alasan yang kuat tatkala mereka tidak memeluk Islam. Maka itu, tidak bisa dipisahkan antara iman pada kebenaran Islam dan keharusan beramal sesuai dengan syariatnya. Dan tidak ada pengecualian bagi siapa pun untuk konsisten pada agama Ilahi ini.

Dalil-Dalil Aquran atas Universalitas Islam

Telah kami singgung pada pelajaran yang telah lalu, bahwa Alquran itu sendiri-yang telah dibuktikan validitasnya-merupakan dalil dan referensi yang paling akurat untuk membuktikan persoalan ini. Dan setiap orang yang secara global saja menelaah kitab suci Ilahi ini, akan mengetahui dengan jelas bahwa dakwah Alquran itu bersifat universal, tidak khusus untuk suatu kaum atau suatu bahasa saja.

Di antara dalil al-Quran atas universalitas Islam adalah ayatayat yang berbicara kepada umat manusia dengan ungkapan, “Ya Ayyuhannas” (wahai sekalian manusia!), atau “Ya Bani Adam” (wahai anak-anak Adam). Dan Alquran memandang bahwa petunjuknya itu tertuju kepada seluruh umat manusia (al-nas) dan seluruh alam (al ‘alamin). Bahkan serta menegaskan Alquran telah menekankan melalui satu ayatnya ihwal risalah Nabi Muhammad saw sebagai misi dunia untuk segenap manusia yang mendengarnya. [QS. al-An’am: 19]

Dari sisi lain, dengan nada kecaman, Alquran berbicara kepada pengikut agama-agama yang lain dengan ungkapan Ahlilkitab dan membuktikan kebenaran risalah Nabi saw atas mereka. [QS. Ali Imran: 64, 70, 71, 98, 99, 110; Qs. al-Maidah: 15, 19] Alquran juga memandang bahwa tujuan penurunannya kepada Nabi saw adalah untuk mengangkat Islam dan mengunggulkannya di atas seluruh agama. [QS. al-Taubah: 33; al-Fath: 28; al-Shaff; 9] Dengan mempelajari ayat-ayat tersebut, tidak ada lagi keraguan akan universalitas dakwah Alquran dan Islam yang suci ini.

Keabadian Islam

Selain sebagai argumentasi atas universalitas Islam seperti ungkapan umum Bani Adam, al-nas, al alamin, dan ungkapan umum lainnya yang ditujukan kepada umat-umat selain bangsa Arab serta kepada pengikut agama lainnya seperti ungkapan: Ya Ahlilkitab, ayat-ayat itu juga-secara ithlaq zamani (kemudakan waktu)-menafikan batasan masa tertentu, terutama pada ungkapan “Liyuzhhirahu ‘alaa’ddini kullih” (demi mengunggulkan Islam di atas segenap agama), sehingga tidak tersisa lagi keraguan akan hal ini. Kenyataan ini pun dapat disimak pada dua ayat 41 dan 42 dari surah Fushshilat,

Dan Alquran itu sungguh kitab yang mulia, yang tak tersentuh kebatilan, dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan yang Mahabijaksana lagi Mahaagung.

Ayat ini menunjukkan bahwa Kitab suci Alquran sama sekali tidak pernah mengalami kehilangan validitas dan akurasinya. Begitu pula dalil-dalil yang membuktikan diakhirinya kenabian oleh Nabi Muhammad saw menggugurkan seluruh dugaan tentang dihapusnya agama Ilahi ini melalui nabi atau syariat yang lain.

Sehubungan dengan keabadian Islam ini, terdapat riwayat yang banyak sekali, seperti, “Halal Muhammad adalah halal sampai Hari Kiamat, dan haramnya adalah haram sampai Hari Kiamat.” [Riwayat ini bisa Anda lihat pada al-Kaji, juz 1, hal.58; juz 2, hal.17; Bihar alAnwar, ji1.2, hal.260; jil.4, hal.288; Wasail al-Syi’ah, ji1.18, hal.124]

Di samping itu, kelanggengan Islam -sebagaimana keuniversalannya- termasuk dharuriyat (doktrin yang jelas dan pasti) agama Ilahi ini, dan tidak perlu kepada dalil selain dalil-dalil yang membuktikan kebenaran Islam.

Menjawab beberapa Keraguan

Aneka ragam keraguan dari musuh-musuh Islam yang berusaha keras menentang dan mencegah penyebarannya, telah diupayakan untuk membuktikan bahwa Islam hanya diturunkan untuk bangsa Arab saja, dan risalahnya tidak meliputi segenap umat manusia. Dalam rangka melontarkan keraguan-keraguan tersebut, mereka menggunakan ayat-ayat Alquran yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw hanya diperintahkan oleh Allah untuk memberi hidayah kepada keluarga, kerabat dan kabilahnya atau warga Mekah dan sekitarnya saja. [QS. al-Syu’ara: 7, 214; al-An’am: 92; al-Sajdah: 3; al-Qashash: 46; Yasin :5-6; al-Maidah: 69]

Misalnya, setelah menyinggung orang-orang Yahudi, Shabiin dan Kristen, ayat 69, surah al-Maidah menyatakan bahwa sumber kebahagiaan itu terletak pada iman dan amal saleh saja, tanpa Islam terhadap hak-hak mereka demi beberapa maslahat. Dan dalam pandangan Syiah, belas kasih itu bersifat sementara, dan pada saat kehadiran Imam Mahdi afs nanti akan diputuskan hukum final mereka. Kesimpulan ini dapat diambil dari firman Allah Swt, “Liyuzhhirahu ‘alaa’ddini kullih” (untuk mengunggulkan Islam di atas segenap agama ).

Dikutip dari buku karya Ayatulah Taqi Misbah Yazdi, Merancang Piramida Keyakinan

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *