Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Tunjukkan Islam Cinta

Islam adalah agama cinta. Agama yang berprinsip rahmatan lil ‘alamin. Tapi dewasa ini, fitnah besar melanda Islam. Oleh media-media anti Islam, juga oleh ulah sekelompok umat Islam yang ekstrem, Islam justru dicitrakan sebagai agama kebencian, agama kekerasan dan terorisme.

Hal ini diungkapkan oleh Imam Malik, Direktur Pusat Kajian Indonesia Jaya, Universitas Surya dalam acara Nobar Film Islam Cinta di UIN Syarif Hidayatullah, Rabu (3/6).

“Anak muda Islam harus menjadi duta bagi Islam itu sendiri. Dicitrakan di media-media bahwa Islam itu teroris, Islam itu kasar, Islam itu keras, uneducated,”ujar Malik. “Kenapa dicitrakan begitu? Karena memang yang tampak di permukaan (media) seperti itu.”

“Sementara sebenarnya ada banyak anak muda yang hebat, yang pinter, yang ilmiah, yang berpikir untuk masyarakat, tapi mereka tidak bermain di media. Jadi mereka tidak tampak,”terang Malik.

Imam Malik yang menggunakan media video sebagai pembelajaran itu mengajak agar para pemuda Islam ikut bangkit bersuara menggunakan media untuk mencitrakan Islam yang sebetulnya baik.

“Caranya bagaimana? Tampakkan bahwa Anda ini bagus, bersih, santun, cerdas, berprestasi. Bukan untuk sombong-sombongan, tapi untuk menunjukkan bahwa Islam itu seperti itu,” ujar Malik.

Manfaatkan Media Sosial

Malik menyebutkan, dalam riset di Pusat Kajian Indonesia Jaya ditemukan fakta bahwa lewat akun dakwah media sosial sangat efektif dan dipercaya oleh generasi muda.

“Dalam riset kami, seorang pemuda memiliki 4-6 akun media sosial,”ujar Malik. “Sekitar 78% mahasiswa Indonesia ikuti akun dakwah, 59% memikirkan dan terpengaruh isi akun dakwah itu, dan 85% koresponden mengaku itu efektif sebagai media dakwah.”

Di tengah gencarnya paham takfirisme dan dakwah penuh fitnah, ini adalah tantangan realitas sosial zaman ini yang anak muda Islam harus tanggap dan ikut membendungnya.

“Nah, tantangan memang, para pemfitnah itu tak berpikir ilmiah untuk berbicara. Orang-orang yang mencitrakan Islam buruk itu dia share berita-berita buruk tanpa memikirkan dampak apa pun, dia hanya ingin menyebar kebencian belaka,” keluh Malik.

“Sementara kita kan berpikir beribu-ribu kali apakah ini berdampak buruk atau tidak kalau mau share berita. Sekadar menjawab saja kita mikir. Sementara mereka gak mikir. Dari sinilah kita ada start yang berbeda,”tambah Malik.

“Tapi jangan pernah pesimistik dengan itu. Karena semakin lama manusia semakin cerdas, hal-hal yang tidak ilmiah ini tidak akan laku. Kita yang logis, ilmiah, dan mengedepankan cinta ini akan semakin laku.”

“Lalu strateginya, jelaskan hal-hal yang filosofis dengan cara yang mudah. Atau minimal kita tahan dulu orang agar tidak mudah berkesimpulan, gitu,” tutup Malik. (Muhammad/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *