Berita
Tujuh Strategi Kebudayaan LESBUMI
Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (LESBUMI) yang lahir pada tahun 1962 dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan hingga sekarang masih menginduk pada Organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut, merayakan hari lahirnya yang ke-54 di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta (24/3) dengan tajuk “Anugerah SAPTAWIKRAMA LESBUMI PBNU”.
Ketua Umum LESBUMI, Agus Sunyoto menyatakan bahwa kita kehilangan identitas yaitu karakter sebagai bangsa Nusantara dan sibuk menjadi orang lain.
“Kta masih suka membebek, menjadi pengikut bahkan menjadi kaki-tangan bangsa-bangsa lain,” ungkap Agus.
Dalam kondisi seperti itu menurut Agus, LESBUMI merasa memiliki kewajiban untuk mengambil bagian menentukan arah sejarah bangsa ini. Bukan hanya berkepentingan memurnikan dan memverifikasi sejarah masa lalu tapi juga menyusun strategi dalam menyongsong kekinian dan masa depan.
“Semua itu untuk menegaskan kembali identitas kita sebagai sebuah bangsa dan sebagai sebuah peradaban,” tegas Agus.
Agus lebih jauh menerangkan bahwa khazanah yang dapat mempertegas identitas bangsa ini adalah keragaman melalui Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itu kita mesti menghidupkan kembali nilai kerukunan, kedamaian, toleransi, empati serta gotong-royong. Selain itu prinsip lain yang sangat penting untuk mempertegas identitas kita adalah prinsip kemandirian.
“Prinsip ini sangat penting dalam mengahdapi tantangan global saat ini,” ujar Agus.
Untuk itu Agus berupaya agar LESBUMI dengan sekuat kemampuan dan upaya siap berkhidmat menyusun strategi kebudayaan untuk kebangkitan umat di negeri ini demi kepentingan bangsa dan umat manusia di dunia.
Sikap budaya yang disebut SAPTAWIKRAMA atau Tujuh Strategi Kebudayaan Islam Nusantara itu adalah:
1. Menghimpun dan mengkonsolidasi gerakan yang berbasis adat-istiadat tradisi dan budaya Nusantara.
2. Mengembangkan model pendidikan sufistik (tarbiyah wa ta’alim), yang berkaitan erat dengan realitas pendidikan terutama yang dikelola lembaga pendidikan formal (ma’arif) dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah.
3. Membangun wacana independen dalam memaknai kearifan lokal dan budaya Islam Nusantara secara ontologis dan epistomologi keilmuan.
4. Menggalang kekuatan bersama sebagai anak bangsa yang bercirikan Bhinneka Tunggal Ika untuk merajut kembali peradaban Maritim Nusantara.
5. Menghidupkan kembali seni-budaya yang beragam dalam ranah Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan nilai kerukunan, kedamaian, toleransi, empati, gotong-royong, dan keunggulan dalam seni, budaya dan ilmu pengetahuan.
6. Memanfaatkan teknologi dan informasi untuk mengembangkan gerakan Islam Nusantara.
7. Mengutakaman prinsip juang berdikari sebagai identitas bangsa untuk menghadapi tantangan global.
Anugerah SAPTAWIKRAMA LESBUMI PBNU ini dihadiri oleh sejumlah anggota keluarga dari para pendiri LESBUMI pada tahun 1962, salah satunya adalah putra dari KH. Saifudin Zuhri, yaitu Lukman Hakim Saifuddin yang saat ini menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia. (Lutfi Yudhi)