Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Tujuan dan Pandangan Imam Ali Berkaitan dengan Pemerintahan

Di saat Imam Ali bin Abi Thalib mengemban tanggung jawab pemerintahan, beliau mengutarakan tujuan, falsafah, program-program, politik, dan asas kerja, di antaranya:

  1. Memerangi keberlimpahan kaum zalim dan kemelaratan kaum teraniaya. Berkaitan dengan ini beliau berkata, “Jika tidak ada yang mendukungku dan tidak ada hujah dari Allah serta tidak ada janji ilahi kepada ulama untuk tidak tinggal diam melihat keberlimpahan orang-orang zalim dan kemelaratan orang-orang teraniaya, maka aku telah melemparkan kekhalifahan dari bahuku. Dan kalian dapati bahwa dalam pandanganku dunia mereka tak lebih baik dari bersin seekor kambing.”
  1. Menghidupkan agama melakukan reformasi (di berbagai bidang). Berkaitan ini beliau berkata, “Ya Allah sungguh engkau mengetahui bahwa usahaku menuntut dan menerima pemerintahan bukan karena jerih payah dan persaingan untuk mencari kekuasaan, bukan pula keinginan untuk lebih memiliki kekayaan dunia melainkan demi mensyiarkan agama-Mu dan menunjukkan kebaikan kepada umat serta agar hamba-hamba-Mu yang teraniaya terlindungi dan hukum-hukum-Mu tegak.
  1. Menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan. Berkaitan dengan ini beliau berkata, “Demi Allah aku bersumpah, sepatu yang tidak bernilai ini lebih kusukai ketimbang kepemimpinan atas kalian, kalau bukan demi menegakkan kebenaran dan memusnahkan kebatilan.”
  1. Menghidupkan kembali nilai-nilai yang berlaku pada masa Nabi saw. Berkaitan dengan ini beliau berkata, “Jalan yang aku tempuh saat ini seperti jalan yang aku tempuh saat pertama kali berjuang untuk kemenangan Islam. Kebatilan pasti binasa dan kebenaran pasti tegak. Lalu apa yang diinginkan orang-orang Quraisy dariku?”
  1. Kekuasaan yang ideal dan pemerintahan manusia yang ideal. Berkaitan ini beliau berkata, “Rakyat tidak akan baik jika pemerintahan tidak baik, dan pemerintahan tidak akan berjalan baik  jika tidak didukung oleh rakyat.” Beliau a.s. juga berkata, “kalian tahu bahwasannya seorang pemimpin itu tidak patut menumpahkan darah kaum Muslimin, bertindak amoral, menumpuk harta, dan sewenang-wenang. Tidak patut seorang pemimpin itu kikir, tidak tahu hukum, pilih kasih, gampang disuap, dan tidak menjalankan sunnah Nabi saw.” Selain itu beliau a.s. berkata, “Perintah Allah akan tegak bila tidak kerjasama, menyamai, dan bersatu dengan musuh serta tidak rakus terhadap harta dunia.” Beliau a.s. berkata pula, “Demi Allah aku bersumpah, aku merindukan pertemuan dengan-Nya dan aku berharap akan karunia baik-Nya. Aku khawatir bahwa urusan umat akan jatuh ke tangan orang-orang dungu dan fasik, harta Allah dialihkan dari tangan ke tangan, menjadikan hamba-hamba-Nya sebagai budaknya, memerangi orang-orang saleh, sedangkan orang-orang fasik dibantu dan disatukan,”
  1. Menegakkan hak-hak baitul mal (harta publik). Berkaitan dengan ini beliau a.s. berkata, “Demi Allah aku bersumpah, jika aku jumpai mereka telah membayar mas kawin pernikahan dan membeli budak perempuan, maka aku akan kembalikan semuanya ke baitul mal. Itulah jalan keadilan. Siapa yang merasa sempit dengan keadilan, maka kezaliman lebih sempit baginya.”
  1. Persamaan dalam pembagian baitul mal. Berkaitan dengan ini beliau a.s. berkata, “Jika harta tersebut adalah milikku, maka aku akan bagikan sama rata, apalagi harta tersebut adalah milik Allah dan mereka adalah hamba-hamba-Nya yang memiliki hak dan saham di dalamnya. Sadarlah, memberikan harta bukan pada tempatnya adalah tabdzir (sia-sia).”
  1. Perang melawan kebencian dan pengucilan. Berkaitan dengan ini beliau a.s. berkata, “Beramallah dengan adil dan jauhi ucapan keji dan pelalaian hak.” Beliau a.s. juga berkata, “Janganlah berbicara kepadaku seperti engkau berbicara kepada penguasa zalim.”

Sumber: Buku “Jihad Melawan Korupsi: Jurus Khalifah Ali”

WhatsApp Image 2017-09-11 at 09.29.12

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *