Berita
Tradisi Peringatan Asyura di Banyak Negara
Bagi kaum Muslim, bulan Muharram termasuk bulan yang sakral. Bagaimana tidak? Di bulan ini, 14 abad silam, terjadi suatu tragedi kelam dan kejam. Imam Husain as dan keluarga agung beliau yang secara biologis merupakan cucu langsung dari pembawa risalah Islam, Nabi Muhammad saw, beserta para pengikut setianya, dibantai di padang gersang Karbala.
Tenda tempat berlindung kaum perempuan dan anak-anak Imam Husain as dan para pengikutnya dari terik matahari juga dibakar habis. Sebelumnya, akses menuju air untuk hilangkan dahaga telah ditutup. Jadinya, selama tiga hari, kafilah Imam Husain as tak meneguk air setetes pun.
Tragedi itu pun dicatat sejarah dengan tinta paling hitam. Hingga hari ini, seluruh umat Muslim terus mengenangnya dengan penuh kedukaan yang mendalam. Di Indonesia, peristiwa Asyura juga dikenang dan diperingati, bahkan sejak ratusan tahun silam. Hal ini tampak dari sejumlah tradisi lokal seperti Tabot di Bengkulu, Tabuik di Sumbar, Tari Saman Aceh, Larangan menikah di bulan Syuro, bubur merah bubur putih, dan lain-lain.
Berikut adalah ragam peringatan Asyura di banyak negara.
Republik Islam Iran
Sebagai negara Muslim, peringatan Asyura menjadi ritual yang tak terpisahkan dengan denyut kehidupan rakyat Iran. Ritual Asyura yang berkembang di Iran, menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern, antara lain adalah prosesi dan pertunjukan lakon tanpa gerak atau dialog tentang tragedi Karbala.
Para peserta prosesi terbagi dalam beberapa kelompok sinahzan (orang-orang yang memukuli dada mereka dengan telapak tangan). Lazimnya disertakan nakhl (pohon kurma). Sebab, menurut tradisi, jenazah suci Imam Husain as yang tidak berkepala dibawa dengan usungan yang terbuat dari cabang-cabang pohon kurma. Prosesi ini diiringi barisan musik dukacita dan perang. Prosesi teragung berlangsung di hari Asyura (10 Muharram).
Sementara dalam ritual “diam”, terdapat raudhah khvani, pembacaan dan pelantunan kisah ksatria Imam Husain as, keluarganya, dan para pengikut setianya dalam pertempuran berdarah di Karbala. Seorang narator martirologi duduk di mimbar dalam kemah hitam di hadapan hadirin atau di gedung khusus yang disebut Husainiyah. Ritual “diam” paling terkenal di Iran adalah ta’ziyah, satu-satunya drama serius yang dikembangkan di dunia Islam; sebuah drama yang menceritakan kesyahidan Imam Husain as di hari Asyura.
India dan Pakistan
Ritual Asyura di kedua negara ini nyaris sama dengan di Republik Islam Iran. Hal menarik dari peringatan Asyura di negara ini adalah fakta bahwa seluruh Muslim, baik Sunni maupun Syiah,, bahkan umat agama lain seperti Hindu, ikut aktif dalam banyak ritual Asyura.
Ciri khas peringatan Asyura di anak benua India-Pakistan adalah tafsir artistik raksasa tentang mausoleum Imam Husain yang dibawa dalam prosesi Asyura. Di akhir peringatan Asyura, struktur-struktur ini, yang disebut ta’ziyah, dikuburkan di pemakaman lokal yang disebut Karbala atau dibenamkan di air. Kegiatan dilaksanakan di bangunan terbuka atau di gedung khusus yang disebut imambarah atau asyurkhanah.
Irak
Di Irak, sebagai tempat terjadinya tragedi memilukan ini, juga tak kalah semarak. Di negeri yang 60 persen penduduknya itu Muslim bermazhab Syiah, prosesi majelis duka menjadi pemandangan yang umum pada sepuluh hari pertama bulan Muharram, yang memuncak di hari Asyura. Bahkan peringatan itu berlangsung hingga 40 hari lamanya, terhitung sejak 10 Muharram hingga 10 Safar. Peringatan itu disebut dengan hari Arbain yang dihadiri hingga puluhan juta peziarah dari pelbagai pelosok dunia setiap tahunnya. Para peziarah itu melakukan prosesi long march dengan rute utama Kufah – Karbala sejauh ratusan kilometer.
Turki
Di Turki, hari Asyura (dalam bahasa Turki: Asure Gunu) selalu diperingati masyarakat Turki. Seperti di Indonesia, setiap tiba bulan Muharram, ibu-ibu di Turki membuat semacam bubur asyura untuk dibagikan kepada para tetangga. Bahan dasarnya adalah gandum khusus yang dikenal di Turki dengan nama bubur asure. Meski mayoritas Muslim warga Turki bermazhab Sunni, namun acara-acara duka itu cukup popular di negara ini. Bahkan Presiden Turki Racep Tayeb Erdogan berkali-kali ikut hadir dan memberi sambutan dalam peringatan duka itu.
Tentu saja selain dari negara-negara itu, masih banyak negara lain di dunia yang umat Muslimnya rutin menggelar acara duka Asyura sebagai tradisi turun temurun. Ya, pengorbanan Imam Husain as, keluarganya, dan para sahabat setianya di Karbala niscaya akan selalu senantiasa dikenang dan terus menghidupkan semangat untuk menegakkan niali-nilai luhur ketuhanan, keislaman, dan kemanusiaan di mana pun dan kapan pun jua. Karena Imam Husain as, sebagaimana ditegaskan Imam Ali Khamenei hf, adalah milik umat manusia seluruhnya, yang di dadanya tertanam rasa cinta pada kebenaran dan rasa rindu pada tegaknya keadilan.