Berita
Tingkatkan Toleransi Kemenag Gelar Dialog Lintas Guru Agama
Serpong – Pusat Litbang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Penda) menggelar Dialog Lintas Guru Pendidikan Agama di sekolah umum. Selain berdiskusi, para pendidik agama ini berkumpul untuk menyusun modul dialog lintas guru pendidikan agama.
Kabid Litbang Pendidikan Agama Nurudin Sulaiman mengatakan, kegiatan ini menjadi ruang para guru untuk saling memahami satu sama lain. Kesepahaman ini penting agar mereka juga dapat membangun karakter peserta didik untuk bisa menghargai perbedaan, peduli sesama, menumbuhkan rasa tanggungjawab sosial, serta mampu bekerjasama dengan pemeluk agama yang berbeda. Lebih dari itu, peserta didik juga mampu memecahkan masalah secara bersama dan bisa hidup bersama dengan penuh kedamaian dalam kebersamaan.
Nurudin berharap kegiatan sejenis juga bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan seluruh pemangku kepentingan. “Selaku penindak lanjut di daerah tentu Pemda dan stakeholders di sekolah. Isu kerukunan ini penting sekali untuk jadi perhatian bersama,” ujar Nurudin di Tangerang Selatan, Jumat (10/03) siang.
Kemenag Gelar Dialog Lintas Guru Agama. https://t.co/sEqyYj2H5j pic.twitter.com/BrPosXHS7s
— Kementerian Agama RI (@Kemenag_RI) March 10, 2017
Sebelumnya, saat membuka Lokakarya Modul Dialog Lintas Guru Pendidikan Agama, Kepala Puslitbang Penda Amsal Bakhtiar, menyebut kegiatan ini merupakan rangkaian dari dua agenda Puslitbang Penda Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI pada awal tahun 2017. Dua agenda tersebut, adalah seminar bertajuk ‘Menangkal Sikap Intoleransi di Madrasah’ dan lokakarya (workshop) Modul Dialog Lintas Guru Pendidikan Agama.
Salah satu peserta Lokakarya, Sumanto mengatakan, kegiatan Dialog Lintas Guru Agama merupakan Salah Satu Rekomendasi Simposium Internasional bertajuk: The Strategic Role of Religious Education in the Development of Culture of Peace. Simposium tersebut dihelat Puslitbang Penda di Hotel Salak Bogor pada 2012 lalu.
Dalam kegiatan tersebut, lanjut Sumanto, Guru Agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu) berkumpul dan berdialog untuk membuat rencana aksi Pendidikan Budaya Damai melalui Pendidikan Agama. “Dalam dialog tersebut tidak mendialogkan masalah-masalah yang bersifat doktrinal. Akan tetapi pada masalah kehidupan sosial. Kami sengaja menghindari isu-isu sensitif keagamaan,” kenangnya.
Sumanto menambahkan, rencana aksi yang disusun mencakup sejumlah materi, antara lain menghargai perbedaan, kepedulian sosial, tanggungjawab sosial, kerjasama, memecahkan masalah bersama-sama, dan kebersamaan lainnya.
“Rencana aksi tersebut dilaksanakan di sekolah baik oleh seorang guru agama maupun secara bersama-sama dengan guru agama yang lain. Pelaksanaanya di kelas bisa masuk ke dalam intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Diharapkan kegiatan ini diprogramkan di sekolah,” tandasnya. (Musthofa Asrori/mkd/mkd)