Berita
Tiga Permohonan Amir bin Abdullah bin Qais
Amir bin Abdullah bin Qais adalah sosok muslim yang taat dan termasuk pahlawan Islam. Dalam sebuah pertempuran, saat matahari terbenam, ia masuk ke semak-semak seorang diri. Kemudian ia mengikat kudanya, naik ke atas bukt, lalu sibuk beribadah dan bermunajat.
Seorang tentara Islam lainnya berkata, “Aku melihatnya, mengintainya, mendengar doanya.”
“Ya Allah, aku memintamu tiga hal. Engkau telah memberikan dua halnya padaku; berilah aku yang ketiga agar dapat beribadah kepada-Mu kapa saja kuinginkan.”
Kemudian ia sadar bawa dirinya sedang diawasi. Ia lalu bertanya, “Sepertinya engkau mengawasiku, kenapa?”
Temannya menjawab: “Janganlah membicarakan masalah ini. Katakanlah padaku, apakah keinginanmu yang ketiga itu di mana Allah telah memberikan dua keinginanmu dan belum memberikan (keinginanmu) yang ketiga?”
Amir berkata, “Janganlah engkau mnengatakan kepada siapapun selama aku masih hidup. Keinginanku yang pertama, keluarkanlah dari hatiku kecintaan pada kaum wanita, sebab tak ada sesuatu yang kutakuti selain kebrutalan dorongan seksual berkenaan dengan para wanita dalam merusak agamaku. Permohonanku itu telah terkabulkan dan kini wanita-wanita yang bukan muhrim di mataku tak ada bedanya dengan dinding.”
“Permohonanku yang kedua adalah, tiada yang kutakuti selain Allah; sekarang aku memohon yang ketiga, yaitu hendaknya Allah mengambil tidurku ahar aku dapat beribadah kepada-Nya kapan saja aku ingin; namun sampaii sekarang aku masih belum mendapatkan keinginanku ini.”
Suatu hari, dalam kondisi sakaratul maut, Amir menangis. Orang-orang pun bertanya, “Mengapa engaku menangis?”
Ia menjawab, “Aku menangis bukan karena takut mati dan cinta kepada dunia, melainkan karena aku tak akan dapat lagi berpuasa di hari-hari yang sangat panas, serta beribadah di malam-malam hari yang sangat dingin.”
Kebaikan adalah mati dalam cinta-Mu
Terjaga dalam rumahmu yang ganas ini adalah kematian
Bagiku yang bisa hidup di asrama ini adalah orang-orang yang tidak tahu
Biarlah mati orang yang mengetahui tirai rahasia rumah ini
tenggelamlah sudah semua jiwa
Tenanglah orang yang mengakui dan matilah orang yang mengingkari
Tiada usaha seperti melayani kekasih dan minuman keras
Wahai penuang minuman, tolonglah aku supaya mati dalam usaha ini
Hati yang berdarah dan letih serta sakitnya perpisahan
Wahai kekasih! Inginkah kau melihatku mati dalam ratapan seperti ini?
Apa yang bisa dilakukan untuk kekasih yang tak mampu menampakkan wajahnya kepada siapapun
Biarlah aku mati dalam sesalnya perjumpaan.
*Ahmad & Qasim Mir Khalaf Zadeh, Kisah-kisah Doa