Berita
Teror Bom Sarinah Bukan Rekayasa?
Headline tentang Bom Thamrin di banyak media mungkin sudah pudar, berganti pemberitaan tentang Gafatar. Tapi tetap saja sejumlah pemberitaan tentang Bom Sarinah Thamrin membuat gusar Prof. Hermawan Sulistyo Ph.D, Patron CONCERN & Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) yang biasa disapa Kiki.
Dalam Diskusi di LIPI, Jakarta (22/1) bertema Bom Thamrin & Database Bom, Kiki menegaskan bahwa tidak ada rekayasa dalam serangan teror Bom Sarinah Thamrin, sebab database menunjukkan bahwa pola-pola yang terjadi itu tidak ada yang berdiri sendiri.
“Saya sedih juga dibilang katanya rekayasa,” keluh Kiki.
Kiki menjelaskan bahwa sudah lama tim Densus 88 Mabes Polri bekerja beserta Satuan Tugas Wilayah Densus 88 di Jakarta yang meliputi wilayah Jakarta dan Banten.
Terbilang sejak November tahun lalu Densus sudah mulai menyebar di beberapa tempat yang dianggap rawan akan terjadinya teror.
“Jadi saya tidak rela kalau mereka ini dibilang bagian dari rekayasa, mereka ini mempertaruhkan nyawa,” tegas Kiki.
Untuk menjelaskan lebih detail seperti apa kejadian Bom Sarinah Thamrin, Kiki menghadirkan AKBP Achmad Untung Sangaji dan Ipda Tamat Suryani dari Pusdik Polair yang beraksi cepat di lokasi bom Sarinah dan berhasil melumpuhkan pelaku serta mengamankan sejumlah bom yang belum sempat diledakkan.
“Jadi setelah denger cerita ini semua jangan percaya pada sosmed tapi percayalah dengan para peneliti seperti dari LIPI ini,” tegas Kiki.
ISIS Paling Berbahaya
Sementara itu, pembicara lainnya, Ali Asghar, Sekretaris Puskamnas mengatakan bahwa berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Puskamnas dari media massa baik Internasional maupun Nasional selama tahun 2015 terdapat 361 serangan teror di seluruh dunia dengan korban tewas sebanyak 7.309 dan 8.512 lainnya mengalami luka-luka.
Dari semua serangan teror yang terjadi, ISIS masih menjadi kelompok teror paling menakutkan dengan aksi teror paling tinggi yaitu sebanyak 80 kali serangan teror yang diikuti oleh Boko Haram dengan 66 kali teror dan Taliban dengan 22 kali serangan teror.
“ISIS masih menjadi momok ancaman terhadap kejahatan terorisme,” terang Ali.
Sedangkan kelompok Al-Qaeda yang awalnya merupakan kelompok paling menakutkan dengan aksi teror mereka, pada tahun 2015 ternyata hanya melakukan aksi teror sebanyak 5 kali serangan teror. (Lutfi/Yudhi)