Ikuti Kami Di Medsos

Akhlak

Telaah Atas Hadis-Hadis Mistik Dan Akhlak: Hadits Tentang Jihad Al-Nafs [Bag. 7]

Kekuatan Batin

Dengan kekuasaan dan kearifan-Nya, Allah Swt telah menciptakan sejumlah daya dan fakultas di alam gaib dan batin manusia yang bermanfaat luar biasa bagi kita. Di sini, kita akan menyebutkan tiga di antaranya, yaitu al-quwwah al-wahmiyyah (daya imajinasi dan pencitraan), al-quwwah al-ghaddabiyah (daya amarah), dan al-quwwah al-syahwatiyyah (daya syahwat). Masing-masing daya tersebut memiliki berbagai manfaat besar seperti pelestarian spesies dan individu manusia serta pembangunan dunia maupun akhirat yang telah dibahas cukup panjang oleh banyak pemikir sehingga tidak perlu saya ulangi di sini. Yang penting dicamkan di sini adalah, ketiga daya itu merupakan sumber seluruh malakah (watak/karakter), yang baik maupun yang buruk, serta dasar bagi seluruh bentuk gaib yang tinggi.

Pembahasan sebelumnya Telaah Atas Hadis-Hadis Mistik Dan Akhlak: Hadits Tentang Jihad Al-Nafs [Bag. 6]

Penjelasannya: Allah Swt telah menciptakan manusia di dunia ini dengan sebentuk jasmani duniawi yang memiliki kesempurnaan dan keindahan komposisi yang menakjubkan akal pikiran seluruh filosof dan ilmuwan sedemikian, sampai-sampai ilmu anatomi hingga detik ini belum juga mampu mengungkap dan menguraikan cara kerjanya secara benar. Allah Swt juga menjadikan bentuk manusia lebih unggul dibandingkan seluruh makhluk dalam hal postur yang bagus dan tampilan luar yang indah. Meskipun demikian, ada pula bentuk dan wajah manusia yang berbeda, yang bersifat malakuti dan gaib yang ditentukan oleh karakter jiwa dan struktur batinnya.

Di alam setelah kematian, baik di alam barzah atau masa antara kematian dan kebangkitan, maupun di hari kiamat, jika struktur manusia di sisi batinnya, sisi karakter dan sukmanya (sarira) benar-benar bersifat manusiawi, niscaya penampilan malakuti gaibnya juga akan seperti manusia. Namun, jika wataknya tidak manusiawi, maka bentuk molekulnya di alam setelah kematian akan tampak tidak manusiawi.

Sebagai ilustrasi, jika watak kesyahwatan dan kebinatangan mendominasi batinnya, sehingga kerajaan batinnya berubah menjadi hutan rimba, maka tampilan malakutinya juga akan tampil tak ubahnya salah satu binatang yang sesuai dengan watak jiwanya. Jika daya amarah dan kebuasan mendominasi batin dan sukmanya sehingga kerajaan batin dan sukmanya ditegakkan atas hukum kekejaman, maka penampilan malakutinya juga akan menyerupai salah satu binatang buas yang sesuai dengan watak batinnya itu.

Demikian pula jika daya imajinasi dan manipulasi menjadi watak batinnya sehingga watak-watak setan seperti tipu muslihat, kecurangan, naminah (adu domba), dan menggunjing menjadi wataknya, maka ia akan memiliki penampilan gaib dan malakuti layaknya salah satu setan yang cocok baginya. Adakalanya mungkin pula seorang manusia memiliki penampilan yang menggabungkan dua atau beberapa watak kebinatangan sekaligus. Jika demikian, ia akan mengambil bentuk yang tidak menyerupai salah satu binatang, melainkan kombinasi bentuk yang aneh, dalam susunan buruk yang mengerikan dan menjijikkan, yang tidak menyerupai bentuk binatang manapun di alam ini.

Diriwayatkan dari Rasul saw bahwa beberapa orang akan dibangkitkan di akhirat dengan rupa yang lebih buruk dari kera. Bahkan, beberapa dari mereka akan memiliki beberapa rupa sekaligus, lantaran alam itu tidak seperti alam ini yang tidak memungkinkan bagi seseorang untuk dapat memiliki lebih dari satu bentuk.  Pernyataan ini logis dan juga sudah dibuktikan pada tempatnya.

Ketahuilah, kriteria bagi (pengejawantahan) bentuk-bentuk yang berbeda itu–dengan bentuk manusia sebagai salah satunya–adalah keadaan ruh saat terpisah dari tubuhnya, keadaan tegaknya (hukum-hukum) dan alam akhirat atas ruh manusia yang bermula persis sesaat setelah ruh keluar dari tubuh manusia. Watak dan sifat ruh saat keluar dari tubuh manusia akan menentukan bentuk ukhrawi manusia yang akan segera tampak bagi mereka sejak di alam barzah. Setiap manusia di alam barzah juga akan melihat dirinya dalam bentuk seperti itu ketika pertama kali membuka matanya di alam sana–bila ia memang memiliki mata penglihatan (bashar). Tidaklah mesti manusia itu memasuki alam yang akan datang dalam bentuk yang sama dengan ketika berada di alam fisik ini. Allah Swt sendiri telah berfirman melalui lidah sebagian orang, “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta padahal dahulunya aku dapat melihat? Allah menjawab, “Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami tetapi kamu melupakannya dan begitu pula pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Thaha: 125-126)

Wahai orang malang, memang, engkau pernah punya mata fisik yang bisa melihat, tapi batin dan malakutmu sebenarnya buta. Sekarang engkau menyadari perkara ini, padahal engkau telah buta sejak semula. Engkau tidak memiliki pandangan batin untuk melihat tanda-tanda Allah Swt. Wahai makhluk yang malang, engkau memiliki postur yang tegap dan bentuk yang sempurna secara fisik tetapi ukurannya di alam malakut dan batin bukanlah bentuk itu; engkau harus berjuang demi ketegapan batinmu agar kelak di Hari Kiamat, engkau juga dapat berdiri gagah dan tegap. Ruhmu harus menjadi ruh manusiawi agar bentukmu dalam barisan tampak seperti bentuk manusia.

Engkau mungkin mengira alam gaib dan batin–yakni, alam penyingkapan rahasia dan pengejawantahan watak–sama dengan alam fisik dan duniawi yang memungkinkan terjadinya kekacauan, pencampuradukan, dan kekeliruan ini…. Tidak, kedua mata, telinga, tangan dan kakimu serta seluruh anggota tubuhmu akan bersaksi atas semua perbuatanmu di dunia ini dengan mulut-mulut malakuti. Bahkan, sebagian anggota tubuhmu akan tampil dalam bentuk malakuti yang utuh untuk menghadapimu.

Karenanya, wahai sahabatku, bukalah telinga hatimu, singsingkan lengan bajumu, dan kasihanilah ketakberdayaan dirimu sendiri. Kiranya engkau dapat menjadikan dirimu sebagai manusia dan keluar dari alam ini dalam bentuk anak Adam sehingga kelak engkau akan menjadi orang yang sejahtera dan bahagia. Jangan sekali-kali engkau menganggap bahwa semua yang aku ucapkan sekadar mauziyah dan ceramah. Karena, semua itu merupakan kesimpulan dari beragam argumen filosofis yang telah diajukan para ahli hikmah, penyingkapan mistis (kasyf), yang telah ditangkap para pelaku latihan spiritual (riyadhah) dan pemberitaan dari para imam yang jujur dan maksum. Hanya saja, lembaran-lembaran buku ini memang bukan tempat yang tepat untuk mengajukan bukti-bukti dan menukil hadis-hadis berkenaan dengan pokok masalah di atas secara menyeluruh.

Imam Khomeini, “40 Hadis: Hadis-hadis Mistik dan Akhlak: Hadis Jihad an-Nafs”

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *