Akhlak
Telaah Atas Hadis-Hadis Mistik Dan Akhlak: Hadits Tentang Jihad Al-Nafs [Bag. 5]
Mengingat Allah (Tadzakkur)
Satu hal yang membantu manusia sepenuhnya dalam melakukan jihad melawan dirinya sendiri dan melawan iblis serta yang harus benar-benar diperhatikan para mujahid adalah mengingat Allah secara terus menerus (tadzakkur). Meskipun ada banyak tema penting lain dalam kaitan ini, saya akan mengakhiri bahasan ini dengan sedikit menguraikan masalah tadzakkur.
Pembahasan sebelumnya Telaah Atas Hadis-Hadis Mistik Dan Akhlak: Hadits Tentang Jihad Al-Nafs [Bag. 4]
Mengingat Allah Swt adalah mengingat seluruh rahmat yang telah dianugerahkan-Nya kepadamu. Engkau tahu bahwa rasa terima kasih itu bersifat fitriah. Sifat ini memerintahkan manusia untuk berterima kasih kepada siapapun yang telah bermurah hati kepadanya. Jika membaca catatan dirinya, manusia akan mendapati bahwa hukum itu tertulis di situ. Rasa terima kasih dan penghormatan meningkat dengan kian banyaknya pemberian, apalagi jika itu diberikan tanpa pamrih apapun. Semakin tulus pemberian, semakin besar pula rasa terima kasih yang ada dalam hati.
Sebagai contoh, bandingkanlah rasa terima kasih kepada orang yang telah memberimu seekor kuda namun dengan pertimbangan keuntungan bagi dirinya sendiri, dengan orang yang memberimu sebentangan tanah seluas beberapa hektar tanpa pamrih sekecil apapun untuknya. Jika seorang dokter menyelamatkanmu dari kebutaan secara alamiah, engkau akan merasa banyak berhutang budi. Jika seseorang menyelamatkan nyawamu, engkau akan berhutang lebih banyak lagi.
Kini renungkan dan taksirkan bantuan yang terlihat ataupun tidak yang telah diberikan Allah yang Mahakuasa; sedemikian hingga bagian sangat kecil dari bantuan itupun bahkan tidak dapat diberikan seluruh manusia dan jin. Ambillah contoh, udara yang kita hirup setiap pagi dan malam. Eksistensi kita dan makhluk-makhluk lainnya bergantung pada udara itu, dan tiada sesuatu pun yang dapat hidup jika udara itu diambil hanya selama seperempat jam.
Betapa berharganya anugerah itu! Apabila seluruh manusia dan jin yang ada di seluruh dunia bekerja keras untuk menciptakannya, niscaya mereka tak akan berhasil. Ingatlah pula karunia Allah Swt lainnya, seperti indra lahiriah kita (penglihatan. pendengaran, perasa, dan penciuman) serta pelbagai daya batin seperti akal dan imajinasi. Masing-masing indra itu merupakan pemberian Allah Swt kepada kita yang membawa manfaat tak terkira. Di samping semua pemberian berharga itu, masih ada pula anugerah-anugerah lain. Utamanya adalah anugerah Allah Swt dalam mengutus para nabi dan rasul beserta kitab-kitab mereka untuk menunjukkan jalan yang benar, jalan menuju ke surga dan menghindarkan kita dari neraka. Dia memenuhi seluruh kebutuhan kita di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Sementara Dia tidak memerlukan ketaatan ataupun ibadah kita. Ketaatan pada-Nya tak memberi manfaat dan pembangkangan terhadap-Nya tidak akan mendatangkan bahaya bagi-Nya, lantaran semua itu hanya demi kepentingan kita sendiri. Sementara mengingat semua itu dan beragam bantuan Allah Swt lainnya yang tidak dapat dihitung manusia, tidakkah kita mengerti bahwa menghormati dan mematuhi Sang Pemurah itu mutlak bagi kita. Ataukah akal kita membenarkan perbuatan yang melanggar perintah-Nya?
Di antara hal-hal yang dibenarkan fitrah manusia adalah melakukan penghormatan yang ditujukan pada pribadi-pribadi agung. Dalam kenyataannya, manusia menghormati orang-orang kaya dan berpengaruh, penguasa dan raja-raja, karena menganggap mereka sebagai orang-orang besar. Dapatkah kebesaran mereka dibandingkan dengan kebesaran dan kehebatan Raja Segala Raja yang baginya dunia tempat kita hidup ini hanyalah sebuah partikel debu semata dalam kerajaan-Nya.
Dialah Sang Pencipta dan Raja dari kosmos yang mahadahsyat ini, yang ketakberhinggaannya tidak dapat diukur atau bahkan dibayangkan akal manusia. Manusia adalah makhluk yang merangkak di salah satu planet kecil-Nya, yang secara menyedihkan gagal menangkap lingkup dunia kecilnya sendiri dengan matahari yang tidak dapat dibandingkan dengan matahari-matahari lain yang jauh lebih besar di galaksi-galaksi yang tak terbilang jumlahnya.
Tatasurya kita bukanlah apa-apa jika dibandingkan beberapa tatasurya lain yang masih lolos dari mata tajam manusia atau teleskop penjelajah dan peneliti dunia. Apakah Dia yang Mahabesar dari yang terbesar, yang maha mengetahui setiap rincian terkecil sekalipun dari dunia yang tidak hanya dunia-dunia yang telah diketahui ini, namun juga yang belum diketahui, tidak patuh dimuliakan menurut prinsip akal dan fitrah?.
Jika gagal memuliakannya, seseorang harus sangat berhati-hati dan waspada akan kehadiran Allah Swt yang senantiasa hadir di setiap tempat. Bukankah rasa kehadiran itu akan mendatangkan penghormatan dari dalam diri?
Itulah sebabnya, mengapa orang yang sedang menggunjing, berdasar hukum fitrahnya, akan mendadak berhenti pabila orang yang sedang digunjingi itu hadir di hadapannya. Bahkan ia akan menunjukkan penghormatan pada yang bersangkutan. Jelas, Allah Swt hadir dalam setiap makhluk dan mengawasi seluruh kejadian alam wujud. Bahkan, setiap nyawa dan ilmu merupakan tempat kehadiran-Nya yang tak terbatas.
Maka dari itu, ingatlah, wahai jiwa yang keji, keburukan dahsyat dan dosa besar macam apa yang kau lakukan bilamana engkau bermaksiat kepada Zat Maha Agung di hadapan kehadiran-Nya yang kudus dengan menggunakan pelbagai sarana dan daya yang telah dikaruniakan untukmu? Bukankah sudah sepantasnya engkau meleleh dan meluruh karena malu, andai saja engkau punya sedikit rasa malu?
Karena itu, wahai saudaraku, ingatlah keagungan Tuhanmu. Ingatlah seluruh rahmat dan bantuan-Nya untukmu. Ingatlah bahwa engkau berada di tempat kehadiran-Nya dan Dia menyaksikan gerak-gerikmu. Hentikanlah pembangkangan itu sehingga engkau dapat mengalahkan dan menundukan pasukan iblis dalam perang genting ini.
Jadikanlah kerajaan jiwamu sebagai kerajaan Sang Maha Pengasih (ar-Rahman) yang Mahabenar. Usirlah seluruh pasukan iblis dan undanglah pasukan Allah Swt, agar Allah Swt memenangkanmu dalam tahap perjuangan dan pertempuran berikutnya, yakni jihad melawan diri sendiri di alam batin sebagai tahap kedua perjuangan manusia melawan dirinya.
Masalah ini akan saya jelaskan pada bagian selanjutnya. Insyaallah. Sekali lagi saya ingin mengingatkanmu agar tidak berharap pada dirimu sendiri karena tidak ada yang dapat engkau lakukan kecuali dengan pertolongan Allah. Maka dari itu, mintalah dengan merendah dan bersungguh-sungguh kepada Allah dalam mujahadah (perlawanan) ini dan menjadikanmu sebagai pemenang. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pemberi Taufik.
(Bersambung…)
Imam Khomeini, “40 Hadis: Hadis-hadis Mistik dan Akhlak: Hadis Jihad an-Nafs”