Akhlak
Telaah Atas Hadis-Hadis Mistik Dan Akhlak: Hadits Tentang Jihad Al-Nafs [Bag. 10]
Api neraka untuk orang-orang yang berwatak keji ini akan muncul dari dalam diri mereka sendiri. Akibat sedemikian panasnya api itu, sampai-sampai para penghuni neraka lainnya lari ketakutan terhadap siksaan yang diterima orang-orang ini. Dalam beberapa riwayat yang sahih diungkapkan bahwa ada satu lembah di neraka bernama saqar yang disediakan khusus untuk orang-orang yang berwatak sombong. Sekali waktu lembah ini mengeluh kepada Allah Swt karena panasnya yang luar biasa dan memohon kepada-Nya agar ia dapat menarik nafas. Setelah permohonan itu diberikan, ia bernafas dan udara nafasnya membakar neraka jahanam dengan api.
Dalam beberapa hal, watak buruk ini dapat membuat manusia tersiksa abadi di jahanam karena watak itu melenyapkan keimanannya. Misalnya, watak iri hati (hasad) yang menurut beberapa hadis sahih dari Imam Ja’far Shadiq as, “Sesungguhnya iri hati melalap iman seperti api melalap kayu.” Contoh lain adalah cinta dunia, cinta kekuasaan, dan harta yang menurut sebuah hadis sahih menghancurkan keimanan seorang manusia lebih cepat daripada penghancuran dua serigala atas seekor domba yang terpisah dari penggembalanya; yang satu menyerangnya dari depan dan yang lain dari belakang.
Pembahan sebelumnya Telaah Atas Hadis-Hadis Mistik dan Akhlak: Hadis Tentang Jihad an-Nafs
Kita memohon kepada Allah Swt agar berbagai maksiat kita tidak sampai menjadi watak dan sikap keji yang pada gilirannya akan menghilangkan keimanan sama sekali dan membuat seseorang mati dalam kekafiran. Neraka untuk kekafiran dan kepercayaan sesat jauh lebih panas dan lebih gelap daripada dua neraka lain yang telah disebutkan di atas atau neraka dosa-dosa dan neraka watak-watak keji.
Sahabatku, ilmu-ilmu transenden telah membuktikan bahwa derajat intensitas neraka tidaklah terhingga. Siksanya lebih keras daripada yang dapat dibayangkan oleh siapapun. Betapa pun kerasnya suatu siksaan yang engkau bayangkan, yang lebih keras dari itu adalah sesuatu yang tetap mungkin. Jika engkau belum menyimak argumen para filosof atau tidak mempercayai visi misi para arif, alhamdulillah, engkau adalah orang mukmin yang meyakini ajaran para nabi dan membenarkan riwayat yang tertulis di kitab-kitab sahih yang diterima seluruh ulama Imamiyah. Engkau juga mengakui kesahihan doa dan munajat para Imam maksum. Di antaranya adalah munajat Imam Ali bin Abi Thalib as, Imam Sayyid Abidin, yang beliau ucapkan dalam doa Abu Hamzah Tsumali.
Sahabatku, renungkan untuk sesaat masalah-masalah yang mereka bicarakan dan berpikirlah sesaat tentang kata-kata di dalamnya. Tidak ada gunanya membaca cepat doa-doa yang panjang tanpa merenungi maknanya. Engkau dan aku tidak dikaruniai maqam ruhaniah setinggi Imam Sayyid Abidin untuk mampu mengucapkan doa panjang itu secara langsung dalam keadaan yang merindukan terus-menerus. Cobalah baca sepertiga atau seperempat dari doa itu setiap malam dengan perasaan dan renungi kalimat-kalimatnya. Engkau akan merasakan kenikmatan luar biasa. Selain itu, perhatikan makna ayat-ayat al-Quran dengan sedikit lebih cermat dan lihatlah hukuman apa yang disediakan untuk para penghuni neraka yang ingin lepas dari siksaan itu dengan memohon kematian kepada Allah Swt. Namun bahkan kematian itu tidak akan membantunya. Dalam al-Quran, penyesalan orang-orang itu diungkapkan sebagai berikut:
“Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). (QS. az-Zumar: 56)
Betapa mendalamnya rasa sesal yang terungkap dalam ayat di atas; bacalah ayat-ayat berikut dengan renungan dan penghayatan:
(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (QS. al-Hajj: 2)
Sungguh, pikirkan baik-baik wahai saudaraku, al-Quran jelas-jelas–semoga Allah Swt mengampuni kita–bukan buku dongeng dan bukan buku yang sedang bergurau denganmu. Perhatikan apa yang dinyatakannya; siksaan apa yang disebut dari Allah yang Mahakuasa, Maha Agung, dan Mahaperkasa dengan ungkapan sangat keras itu. Apa yang akan terjadi, hanya Allah Swt yang tahu tentang kita dan semua manusia tidak akan mampu mengukur kedahsyatan siksaan itu. Jika kita mempelajari dan merenungkan riwayat-riwayat dan ujaran-ujaran para Imam Ahlulbait as, kita akan melihat bahwa penderitaan dan kesengsaraan di alam itu berbeda sama sekali dengan dunia ini dan tidak dapat disamakan dengan kemalangan di dunia ini.
Kini saya ingin mengutip sebuah riwayat dari Syaikh Shaduq untuk menunjukkan makna dan tingkat penderitaan yang disebutkan di atas; meskipun riwayat itu sebetulnya berbicara tentang neraka untuk perbuatan buruk yang paling dingin dibandingkan neraka-neraka lainnya. Saya kira penting untuk saya katakan bahwa Syaikh Shaduq adalah orang yang amat dihargai dan dihormati oleh seluruh ulama yang mempelajari rijal. Beliau lahir setelah didoakan oleh Imam Mahdi as dan termasuk orang yang bernasib baik, menerima berbagai kebaikan Imam Mahdi–semoga Allah mempercepat kemunculannya. Saya mengutip hadis ini dengan bersandar pada pelbagai sanad yang bersambung ke Syaikh Shaduq melalui para ulama Imamiyah yang dianggap sebagai perawi-perawi hadis kredibel. Dengan demikian, patutlah engkau memperhatikan hadis berikut;
Pada suatu hari, Rasulullah saw sedang duduk saat Jibril menemuinya dengan wajah sedih dan murung. Rasul saw bertanya, mengapa ia tampak begitu sedih. Jibril menjawab,”Wahai Muhammad, bagaimana mungkin aku tidak murung karena hari ini aku melihat alat-alat penyembur api neraka telah dipersiapkan.”
Rasul saw bertanya, “Apakah alat-alat pengambil api neraka itu?”
Jibril berkata kepada beliau bahwa Allah Swt memerintahkan neraka untuk membakar alat-alat itu selama 1000 tahun hingga merah membara. Setelah itu, Allah Swt memerintahkan untuk membakarnya lagi selama 1000 tahun hingga memutih kepanasan. Lalu, Allah Swt memerintahkannya untuk membakarnya lagi selama 1000 tahun hingga menjadi hitam legam. Setelah alat-alat itu menghitam dan gelap di mana sebagian sangat kecil darinya diteteskan ke dunia ini, niscaya panasnya akan melelehkan seluruh dunia. Jika setetes zaqqum (sebatang pohon di neraka yang disebutkan dalam al-Quran untuk mengungkapkan kepahitannya) dan dhari (suatu benda di neraka yang lebih pahit dari pohon gaharu, lebih buruk dari bangkai, dan lebih panas dari api yang akan menjadi makanan orang-orang terkutuk) menetes di sumber air bumi, niscaya setiap orang akan mati karena bau busuknya. Mendengar itu, Rasul saw menangis dan Jibril ikut menangis bersama beliau.
Melihat itu, Allah Swt mengutus malaikat lain untuk menemui mereka dan berkata bahwa Allah Swt mengirimkan salam bagi keduanya bersama pesan bahwa Dia menghindarkan keduanya dari melakukan perbuatan dosa dan hukuman yang menyertainya.
Sahabatku, ada banyak hadis lain yang serupa itu. Adanya neraka dan siksanya yang mengerikan adalah salah satu pokok ajaran semua agama dan telah terbukti melalui berbagai argumen tentang kematian. Para arif dan wali bahkan telah menyaksikannya di dunia ini. Coba bayangkan dengan sungguh-sungguh pembahasan yang menakutkan mengenai neraka dalam hadis tersebut .Walaupun engkau hanya menganggapnya sebagai kemungkinan, tidakkah itu cukup untuk membuat kita lari terbirit-birit ketakutan?
Apakah alasannya sehingga engkau begitu lalai dan abai terhadapnya? Apakah para malaikat Allah Swt telah memberi kita keringanan dengan menghapuskan siksaan itu seperti yang telah diberikan kepada Rasulullah saw? Sementara para rasul dan wali Allah tidak dapat melupakan ketakutan kepada Allah Swt hingga akhir hayatnya. Mereka tidak dapat hidup, makan, dan tidur nyaman karena rasa takut itu. Lihatlah kehidupan Imam Ali bin Husein as, seorang Imam maksum yang ratapan, keluhan, dan munajatnya meluluhkan hati setiap manusia. Apa yang salah pada kita sehingga kita tidak merasa malu bahkan di hadapan hadirat Ilahi kita melanggar sedemikian banyak aturannya–1000 celaka bagi kelalaian kita–kasihanilah dirimu sendiri dan ingatlah kepedihan luar biasa saat menjelang kematian. Sekali lagi, 1000 kemalangan bagi kita di alam barzakh, kesengsaraan di akhirat, dan kegelapan di hari kiamat, betapa celaka kita di neraka beserta seluruh siksaannya yang mengerikan.
Bersambung…..
Imam Khomeini, “40 Hadis: Hadis-hadis Mistik dan Akhlak: Hadis Jihad an-Nafs”