Berita
Tangkal Radikalisme, Bangun Islam Madani
Tak hanya Indonesia, dunia sekarang sedang menghadapi ancaman globalisasi pemahaman keislaman radikal, yang alih-alih menampilkan wajah Islam ramah, cinta damai, dan rahmatan lil alamin, justru menampilkan wajah Islam yang keras, garang, dan radikal.
Inilah kiranya yang mengawali Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) berupaya menawarkan paradigma keislaman madani, dalam seminar ‘Islam Madani dan Islam Nusantara; Corak Islam Indonesia’ yang diselenggarakan di Kalibata, Kamis (27/11).
“Ada dua tantangan utama, menurut saya. Yang pertama, adanya infiltrasi paham transnasional yang merebut ruang pemahaman keislaman di masyarakat. Dan yang kedua politisasi agama, yang isu Sunni-Syiah jadi komoditi,” ujar Syamsuddin Baharuddin, Ketua PP IJABI, saat membuka acara.
Zuhairi Misrawi, cendekiawan muda NU yang juga hadir sebagai pembicara menyebut kelompok ini sebagai noisy minority, minoritas yang berisik; menyebarkan paham transnasional yang membahayakan NKRI.
“Mereka itu noisy minority. Sebenarnya sedikit, tapi menguasai ruang publik. Seolah-olah mereka banyak. Seolah NU gak ada, Muhammadiyah gak ada,” ujar Zuhairi.
“Kita harus berani melawan gerakan Wahabi ini,” tekan Zuhairi. “Kita harus berani tunjukkan bahwa kita yang besar. Dan yang terpenting adalah menjaga tradisi. Selama kultur kuat, maka Wahabi tak bisa berkembang.”
Lebih jauh, Zuhairi mengajak semua elemen umat Islam pencinta Islam rahmatan lil ‘alamin mesti bersatu-padu melawannya.
Bangun Islam Madani
Dalam konteks menciptakan corak keberagamaan yang inklusif dan merangkul semua inilah, paradigma madani, terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi sangat penting.
Hal ini ditekankan oleh Jalaludin Rahmat yang membawakan makalah Islam Madani.
“Ada tiga corak keberislaman, corak Islam Fikih, Islam Siyasi, dan Islam Madani,” terang Ketua Dewan Syuro IJABI yang akrab dipanggil Kang Jalal ini.
“Corak Islam Fikih fokus pada ritus-ritus keagamaan dan simbolistik. Corak Islam Siyasi, fokus pada syariat Islam atau negara Islam. Isu-isu pentingnya itu adalah jihad dan mendukung transnasional state, negara daulah. Seperti ISIS itu,” terang Kang Jalal.
Menurut Kang Jalal, bahaya terbesar bagi bangsa Indonesia adalah yang bercorak Siyasi ini karena jelas-jelas ingin mengubah NKRI. Di sinilah konsep Islam Madani yang inklusif, moderat dan cinta Tanah Air menjadi penting untuk disuarakan.
“Islam Madani, adalah corak keberislaman yang pluralis, inklusif, fokusnya pada isu-isu kemanusiaan, dan orientasi keberagamaannya intrinsik, lebih pada memperbaiki diri sendiri,” terang Kang Jalal. “Dan Islam Madani, mendukung negara bangsa, mendukung NKRI.”
Islam Madani inilah, yang menurut Kang Jalal merupakan Islam corak Nusantara, yang paling kompatibel dengan kebhinekaan dan kebangsaan Indonesia. Seiring sejalan dengan Islam Nusantara NU yang mengapresiasi budaya lokal dan Islam Berkemajuan Muhammadiyah yang kosmopolitan. (Muhammad/Yudhi)