Berita
Takfiri Anti Kebhinekaan Musuh Sejati Sunni dan NKRI
Sejak kemarin ramai tersiar kabar di media sosial (FB dan Twitter) bahwa hari ini, Jumat 22 November 2013 kelompok intoleran MMI (Majelis Mujahidin Indonesia, yang konon merupakan sayap pendukung jaringan teroris Al Qaeda di negeri kita), FJI (Forum Jihad Islam, pecahan FPI), FUI (Forum Umat Islam), dan FPI sendiri berencana melakukan aksi pemberangusan terhadap sebuah lembaga/yayasan bernama Rausyan Fikr di Yogyakarta, hanya karena menurut kelompok “pengkapling surga” itu, lembaga/yayasan Rausyan Fikr tersebut sedang mengembangkan paham Syiah di Indonesia.
Sebuah tuduhan sepihak yang tampaknya sengaja dihembuskan sesuai selera dan prinsip organisasi mereka yang getol menyesatkan dan mengkafirkan kelompok lain di luar kelompoknya. Yakni prinsip-prinsip pengkafiran sebagaimana tertuang dalam hasil keputusan muktamar (dalam hal ini MMI) yang belum lama berselang mereka adakan.
Padahal kita tahu bahwa negara melalui Undang-undang Dasar menjamin sepenuhnya hak tiap warganya untuk berserikat dan berkumpul, menjalankan aktivitas ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing maupun untuk berekspresi dalam aktivitas pribadi maupun sosial kemasyarakatan sejauh tidak mengandung unsur menentang aturan dan melanggar hukum baik perdata maupun pidana.
Demikian juga halnya dengan aktivitas kelompok Syiah di negeri kita. Adakah selama ini aktivitas mereka di ranah privat maupun sosial menjadi ancaman bagi keutuhan NKRI sebagaimana yang MMI cs tuduhkan? Tidakkah sebaliknya tuduhan MMI cs yang salah alamat terhadap kelompok Syiah itu ibarat pepatah “menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri” ?
Tak perlu berpikir rumit atau njelimet untuk memahami: siapa sebenarnya yang selama ini sering berbuat onar dan kesewenangan di tengah masyarakat dengan mengatasnamakan agama (Islam)? Kelompok manakah yang sejak beberapa tahun lalu dan kian intensif dalam kurun waktu setahun terakhir seringkali getol merusak fasilitas pribadi maupun publik, melancarkan teror, melakukan ancaman dan menyebar ketakutan di tengah masyarakat karena merasa sebagai satu-satunya kelompok yang paling benar sendiri? Dan karenanya merasa berhak mengadili kelompok lain?
Siapa sebenarnya pemecah-belah ukhuwah di tengah umat yang seringkali mengatasnamakan dirinya sebagai kalangan Ahlussunnah hanya untuk menghantam Syiah, sementara kalangan Ahlussunnah (dalam hal ini diwakili kalangan mayoritas NU dan Muhammadiyah) sendiri berlepas tangan dari klaim dan pengatasnamaan itu?
Meskipun untuk sementara ini belum dapat diketahui pasti apakah berita yang tersebar di media sosial itu adalah berita yang benar hingga terbukti hari ini (setidaknya bakda shalat Jumat nanti), namun sebagai warga bangsa yang berakal sehat dan pro toleransi, kita semua setidaknya dapat memberikan perhatian lebih atas hal ini.
Sungguh, rencana aksi pemberangusan hari ini (jika terbukti benar-benar akan mereka lakukan) dan pengkafiran yang secara serampangan dilakukan kelompok intoleran macam MMI cs selama ini, sangat potensial mengancam kedamaian hidup bermasyarakat di tengah bangsa yang menghargai prinsip-prinsip keberagaman.
Saatnya kita bersatu dan menggalang dukungan sebanyak mungkin dari khalayak untuk menentang dan tak membiarkan aksi-aksi anarkis kelompok takfiri intoleran dan anti kebhinekaan ini terus terulang. Jangan biarkan kerukunan yang selama ini terjalin dengan sangat baik di tengah masyarakat bangsa kita, secara semena-mena dikoyak arogansi dan egoisme kelompok anti Pancasila dan NKRI ini. Jangan biarkan negeri berpenduduk mayoritas Muslim ini menyaksikan penindasan atas kelompok minoritas apapun ras, agama dan suku bangsanya oleh segelintir orang berotak jumud dan segerombolan kaum yang merasa dirinya layak menghukumi segala hal ibarat Tuhan, bahkan bertindak seolah melebihi kewenangan-Nya.
Karena apabila pikiran, sikap, dan tindakan intoleran semacam itu terus dibiarkan tanpa pencegahan dan penentangan dari semua kalangan (dalam hal ini terutama Negara dan aparat kemanannya) maka tidak mustahil nasib negeri kita tak lama lagi akan menjadi seperti Afghanistan di bawah kuasa kelompok Taliban.
Kita harus percaya, tentu saja mayoritas penduduk Muslim di Indonesia tak menghendaki citra Islam yang damai dengan prinsip “rahmatan lil ‘alamin” itu menjadi tercoreng hanya gara-gara ulah naif sebagian orang berwatak arogan macam kelompok MMI yang hendak menjadikan negeri kita berada sepenuhnya di bawah kendali mereka itu.
Kita paham bahwa mayoritas bangsa kita dari Sumatera hingga Papua adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, prinsip kebhinekaan/keberagaman dan keadilan.
Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang menjunjung harkat martabat kemanusiaan. Bukan bangsa barbar yang gemar melakukan kerusakan atas dasar kesombongan, sok mau menang dan benar sendiri. Apalagi sampai menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan-tujuan jahatnya bahkan dengan menganggap halal darah sesamanya untuk ditumpahkan hanya karena pemahaman dangkal atas agama dan keyakinan yang dianutnya.
Tentu saja kita tidak ingin membayangkan bahwa ke depan kelompok-kelompok sok pinter tapi keblinger ini akan meniru idola mereka yakni kaum Wahabi ala Saudi yang membuldozer tempat-tempat bersejaran seperti rumah Nabi dll. maupun Taliban ala Afghanistan yang mengharamkan banyak hal yang bahkan Tuhan dan Nabi sendiripun tidak melarang.
Tentu akan sangat lucu sekaligus menyedihkan bila gerombolan mujahidin jadi-jadian ini tiba-tiba berniat merobohkan Borobudur (dan candi-candi lain yang selama ini telah menjadi warisan sejarah dan budaya yang diakui dunia sehingga keberadaannya harus dijaga dan dilestarikan) hanya karena menganggapnya sebagai warisan Budha dan bukan Islam. Demikian juga candi Prambanan dll. yang dikenal sebagai peninggalan sejarah agama Hindu. Tak luput juga Gereja, Klenteng dan tempat-tempat ibadah agama lain selain Islam.
Jika hal itu sampai terjadi, maka apa kata dunia? Sungguh akan menjadi catatan sejarah menggelikan bila tugu Monas, tugu Tani dan patung Pancoran dan patung atau tugu-tugu lain yang jumlahnya sangat banyak dan menyebar hampir di seluruh kota besar atau kota kecil di Indonesia itu tiba-tiba akan mereka ratakan dengan tanah hanya karena dianggap pembuatannya tidak sesuai syariah dan keberadaannya dicap bertentangan dengan akidah bla bla blah.
Pendeknya, kita sungguh tak mau berandai-andai bahwa apa yang bakal terjadi bisa saja jauh lebih nyeleneh daripada itu. Ala kulli hal, sudah tentu kita semua berharap agar bangsa kita tidak dikenal dan diolok-olok dunia sebagai bangsa super lucu hanya karena demikian bejibunnya pikiran dan tindakan-tindakan rancu dan tak bermutu sebagai produk unggulan kelompok-kelompok radikal itu.
(ERY)