Berita
Tak Bisakah Membangun Tanpa Menggusur?
Penggusuran demi penggusuran yang terjadi di Jakarta mulai menuai keresahan warga Jakarta. Sebab Pemprov tak hanya menggusur warga miskin, namun cagar budaya bersejarah pun bisa lenyap oleh penggusuran. Hal ini menimbulkan pertanyaan, tak bisakah melakukan pembangunan tanpa penggusuran?
Ketua Umum Komnas Rakyat Indonesia Menggugat (RIM), Effendi Salman mengatakan, ia tak menyangka pendekatan militeristik yang dulu dipakai Orba kini kembali diterapkan.
“Kita tak menyangka akan terjadi lagi seperti ini. Sejumlah tentara dan polisi dikerahkan untuk menggusur rakyat,” keluh Effendi.
“Saya tanya, kenapa rakyat diadu dengan tentara dan polisi? Kenapa mereka digusur tanpa musyawarah?” tanya Effendi.
Budayawan dan Tokoh masyarakat Betawi, Ridwan Saidi lebih jauh menyebutkan bahwa pembangunan suatu kota harus dengan peradaban. Bukan dengan melindas peradaban dan bahkan menghancurkan artefak-artefak bersejarah seperti di Pasar Ikan.
“Sebuah kota harus dibangun dengan peradaban,” ujar Ridwan.
Lebih jauh, selain membangun dengan manusiawi, menurut Ridwan pembangunan juga harus memperhitungkan aspej pertahanan dan keamanan bangsa.
Tokoh masyarakat Tionghoa Lius Sungkharisma meski juga mengkritik kebijakan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama berpesan agar jangan sampai isu kebijakan publik ini menjadi isu SARA.
“Kita harus melawan. Jangan takut melawan. Tapi jangan membawa isu ini mejadi isu SARA,” pesan Lius. (Muhammad/Yudhi)