Berita
Syair Keluarga Nabi Saw sebagai Tawanan
Dalam perjalanan sebagai tawanan pasukan Yazid bin Muawiyah yang dipimpin Ubaidillah bin Ziyad dari Kufah ke Damaskus, rombongan keluarga Nabi saw berhenti di sejumlah kota yang dilewati. Sepanjang perjalanan tersebut, tokoh-tokoh Ahlul Bait melantunkan serangkaian syair untuk melukiskan keadaan yang mereka alami.
Pada pemberhentian pertama, para tentara yang membawa kepala suci Imam Husain as dan keluarganya, turun dari tunggangannya untuk makan-makan dan berpesta. Tiba-tiba sejulur tangan muncul dari dinding dan menggunakan besi sebagai pena dan tinta dari darah, menuliskan syair berikut ke dinding:
Apakah umat yang telah membunuh Husain masih mengharap syafaat Nabi di hari Perhitungan?
Pada pemberhentian pertama, Thabari mengatakan bahwa pembawa kepala suci Imam Husain as mendengar ratapan para malaikat sebagai berikut:
Oh kalian yang telah begitu bodoh membunuh Husain
Kabar gembira hukuman dan siksaan untukmu
Seluruh mahkluk surga mengutuk kalian tanpa henti
Dan juga para rasul, malaikat-malaikat, serta yang lain.
Kalian dikutuk oleh lidah Nabi suci,
Fathimah akan datang pada hari kebangkitan
Dengan baju berlumuran darah Husain
Terkutuklah musuh yang berharap mendapatkan syafaat mereka
Ketika sangkakala ditiup di hari Pengadilan kelak
Tatkala hari mulai gelap, rombongan berhenti di Wadi an-Nakhlah. Sepanjang malam, terdengar tangisan dan ratapan mahkluk-mahkluk halus:
Para jin mengungkapkan duka cita dan kemarahan
dan meratap untuk wanita Bani Hasyim
mereka menjerit memilukan atas Husain dan tragedinya
dan menampar mukanya sendiri dalam duka dan patah hati
dengan mengenakan baju-baju hitam
Saat rombongan berhenti di Nasibin, Zainab Kubra as menembangkan syair berikut:
Kami dipaksa jadi tontonan massa
Padahal Allah menganugerahkan wahyu pada kakek kami
Kalian telah kafir pada Raja Penguasa Arasy dan Nabi-Nya
Seakan tak pernah datang Nabi yang diutus pada masa ini
Wahai kalian umat terburuk!
Semoga kalian dikutuk Penguasa langit
Tangisan mengerikan menunggu kalian di neraka yang membakar
Manakala rombongan menempuh perjalanan dari Da’waat menuju Halb, Imam Ali Zainal Abidin as menangis dan melantunkan syair berikut:
Aku berangan-angan berjumpa cendekiawan
Membisikkan padanya di gelapnya malam
tentang betapa kejamnya waktu
Akan kuceritakan padanya
bahwa aku putra Imam
Dan bertanya mengapakah hakku diinjak-injak
oleh para penyembah berhala
Ketika rombongan keluarga Nabi saw tiba di Sibour, Imam Ali bin Husain Zainal Abidin as mendawamkan syair:
Keluarga Nabi suci dinaikkan di atas unta tanpa pelana dan keluarga Marwan dinaikkan di atas kuda yang bagus.
Pasukan yang menggiring Ahlul Bait Nabi as sebagai tawanan tiba dekat Ba’lbak. Mereka lalu menginformasikan kedatangannya pada penguasan kota, yang segera memerintahkan penduduk menyambutnya dengan kibaran bendera. Mereka juga memerintahkan orang-orang membawa anak-anaknya untuk menonton kedatangan tawanan.
Dalam kitab al-Bihar, diriwayatkan bahwa Ummu Kultsum as berkata, “Ya Allah, hancurkanlah panen mereka, jadikanlah air mereka tidak menyegarkan, dan jangan pindahkan tangan para penindas yang zalim dari kepala mereka.”
Mendengar ucapan itu, Imam Ali bin Husain as kontan menangis seraya menembangkan syair berikut:
Zaman yang sungguh mengherankan ini tak akan berhenti sampai di sini
Tragedi dan bencana yang tragisnya tak bisa dibayangkan
Waktu, sampai kapankah engkau akan membawa ini?
Dan sungguh jelas, kita bukan satu-satunya yang mengalami
Di atas unta tanpa pelana, kami diarak ke setiap penjuru kota-kota
Dan para pengendali kekang untanya bersemangat
Seakan-akan kami orang asing, tawanan dari Roma
Dan semua perkataan Nabi tak ada yang benar
Terkutuklah engkau, yang telah kafir pada Rasul
Seperti pengelana tersesat, yang telah menjauh dari jalan kebenaran.
Ali Nazari Munfarid, Karbala: Kisah Kesyahidan Cucu Nabi SAW al-Husain as