Berita
Syair Imam Husain as
“Wahai dunia! Terkutuklah engkau
Karena engkau teman yang jahat
Acapkali, pagi dan malam menjadi saksi
Pencari kebenaran yang gagah berani terbunuh
Tetapi Sayangnya! Engkau tak menunjukkan banyak perubahan,
Tetapi, pada akhirnya semua kembali kepada Allah
Yang Mahakuasa
Dan setiap mahluk hidup harus mengikuti jalan
yang telah aku tempuh”
Ali bin Husain as pada malam Asyura mengatakan bahwa ayahandanya, Imam Husain as, mengulang syair itu sampai dua atau tiga kali. Karena memahami maknanya, Ali bin Husain mengatakan ternggorokannya tercekiki akibat kesedihan. Namun beliau berusaha keras mengendalikan diri, tetap diam. Beliau tahu, tragedi akbar telah dimulai.
Namun, Sayyidah Zainab as tak dapat mengendalikan diri mendengar puisi itu. Beliau punya hati yang sangat lembut. Beliau bangkit mendekati Imam Husain as. Bajunya menyapu tanah. Lalu beliau berkata, “Terkutuklah traged ini! Tenggorokan kematian akan menelanku dan mengakhiri hidupku! Hari ini ibuku – Fathimah – ayahku, dan saudaraku, Hasan as, tidak lagi bersamaku. Wahai engkau pewaris leluhur dan naungan kaum yang selamat!”
Imam Husain as menatap adik perempuannya dan berkata, “Wahai adikku, jangan biarkan setan melemahkan kesabaranmu!” Dengan air mata bercucuran, beliau melanjutkan ucapannya, “Jika mereka tidak mengganggu angsa pasir (sejenis burung yang ada di gurun), niscaya angsa pasir tidak akan pernah tidur di sarangnya.”
Sayyidah Zainab as kemudian berkata, “Apakah mereka akan membunuhmu dengan kejam dan biadab? Sungguh, ini akan membuat hatiku teriris, terluka, dan serasa terbakar.”
Kemudian Imam Husain as berkata, “Wahai adikku, bertakwalah! Jagalah keteguhanmu! Ketahuilah semua mahkluk di dunia ini akan mati, demikian pula makhluk-makhluk di langit. Semua akan binasa, kecuali Allah – satu-satunya yang mencipta makhluk dengan kemahakuasaan-Nya, Allah yang Maha Esa suatu saat akan menghidupkan mereka kembali.”
Imam Husain as terus berusaha menenangkan adiknya, “Ayahku, ibuku, saudaraku – orang-orang yang lebih baik dariku – telah pergi. Aku dan seluruh Muslim haruslah menjadikan Nabi suci saw sebagai teladan, dan kita harus mampu mengendalikan diri manakala menghadapi bencana.”
Beliau melanjutkan, “Aku bersumpah demi Allah, dalam menghadapi bencana ini, jangan kau robek kerahmu dan jangan kau cakar wajahmu. Setelah kesyahidanku, janganlah menangis dan meratap!”
Setelah tenang, Imam Husain as membawa Sayyidah Zainab as ke samping Ali bin Husain. Kemudian beliau berkata:
“Wahai adikku! Jangan meratapi kesyahidanku
Jangan berduka dan menangis terlalu keras untukku
Jika Sakinah terluka, janganlah hilang kesabaranmu
Jangan dikotori urusan-urusan dunia.”
*Sumber: Ali Nazari Munfarid, Karbala Kisah Kesyahidan Cucu Nabi Saw al-Husain as.