Berita
Surat Warga Kufah dan Jawaban Imam Husain
Sejarah mencatat, setelah mengetahui kematian Mu’awiyah dan Imam Husain as menolak berbaiat kepada Yazid, warga Kufah langsung menunjukkan ketidakpatuhan pada Yazid. Setelah berunding dan berdiskusi, akhirnya mereka memutuskan untuk mengundang Imam Husain ke Kufah lewat surat.
Sepuluh hari memasuki bulan suci Ramadhan, dua kurir warga Kufah menyerahkan surat tersebut. Namun, belum lewat dua hari, beberapa warga Kufah kembali menyurati Imam Husain. Dua hari kemudian, datang lagi surat-surat dari Kufah untuk Imam Husain as.
Total surat yang diterima Imam Husain dari warga Kufah kurang lebih 12 ribu pucuk. Berdasarkan sejumlah bukti otentik, berikut isi surat warga Kufah kepada Imam Husain as:
“Kami bersyukur karena Allah telah menjatuhkan penguasa tiran yang merupakan musuhmu, yang tanpa hak telah merampas kekuasaan masyarakat kita, memberikan milik Allah hanya kepada orang-orang yang kaya dan berkuasa, membunuh orang-orang terbaik (Hujr Ibn ‘Adi dan para pendukungnya), dan pada saat yang sama telah membiarkan orang-orang jahat tetap hidup. Kami mengundang Anda datang ke Kufah karena kami juga memiliki Imam yang bisa membimbing kami. Kami berdoa semoga melalui Anda, Allah yang Mahakuasa akan menyatukan kita di jalan kebenaran. Kami tak pernah pergi salat Jumat dan melakukan doa bersama-sama Nu’man bin Bashir, gubernur Kufah, dan bahkan kami juga tidak berkumpul dengannya pada Hari Raya Idul-Fitri. Jika Anda memang datang kepada kami, maka kami akan mengusir gubernur itu dari kota ini. Damai dan karunia Allah tetap bersamamu.”
Surat terakhir yang diterima Imam Husain berasal dari Hani bin Abi Hani dan Sa’id bin ‘Abdullah bin Kath’ami, yang menulis:
“Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ini merupakan surat para pengikut Husain bin Ali as. Cobalah untuk segera bergerak ke Irak. Orang-orang sedang menunggu-nunggu kedatangan Anda, sebab mereka tak memiliki pemimpin kecuali Anda. Maka, cepat-cepatlah. Damai!”
Ringkasnya, dalam surat-surat yang dikirim penduduk Kufah kepada Imam Husain as, terdapat empat poin penting sebagai berikut:
- Ekspresi kebahagiaan atas kematian Mu’awiyah.
- Ketidakmampuan dan ketidakpantasan Yazid menjadi khalifah atau pemimpin pemerintahan.
- Mengundang Imam Husain as ke Kufah.
- Janji kesediaan warga Kufah untuk berkorban dan berjuang di jalan Imam Husain as.
Jumlah surat yang dikirimkan penduduk Kufah kepada Imam Husain as terus bertambah. Bahkan dalam sehari, jumlahnya sampai enam ratus pucuk surat. Namun, Imam Husain as tak segera membalas surat-surat itu, hingga jumlah surat yang diterima mencapai 12 ribu pucuk.
Kemudian, Imam Husain as membalas surat-surat penduduk Kufah itu dengan sepucuk surat pendek:
“Dari Husain bin Ali, kepada orang-orang yang beriman dan Muslim. Hani dan Sa’d telah datang kepadaku dengan surat yang kalian kirimkan. Mereka adalah utusan terakhir yang datang kepadaku. Aku telah mengerti apa yang kalian tulis, dan kalian telah mengundangku datang ke Kufah. Sebab kalian tidak memiliki Imam untuk membimbing, dan berharap bahwa kedatanganku akan menyatukan kalian di jalan yang benar dan dalam kesabaran. Aku utus kepada kalian keponakan ayahku dan orang yang paling kupercayai yaitu Muslim bin Aqil untuk melaporkan kepadaku mengenai masalah-masalah kalian. Apabila laporan ini sesuai dengan apa yang telah kalian tulis, aku akan segera datang.”
Di akhir surat itu disebutkan pula: “Tetapi harus jelas juga bagi kalian bahwa yang disebut imam adalah satu-satunya orang yang (secara murni) mengikuti Kitab Allah, menegakkan keadilan, perilaku dan tindakannya penuh kejujuran, menghakimi dengan penuh kebenaran, dan mengabdikan drinya hanya kepada Allah. Damai.”
Sumber: Ali Nazar Munfarid, Karbala Kisah Kesyahidan Cucu Nabi saw al-Husain as