Berita
Surat ar-Rahman 19-22, Kaitannya dengan Pernikahan Imam Ali dan Sayyidah Fathimah
Allah Swt berfirman Surat Rahman ayat 19-22 :
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ، بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ، يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing, Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
Beberapa ahli tafsir seperti: Marhum Faidh dalam shafi, Allamah Hilli dalam Kasful Yaqin, Mula Fathullah dalam Manhaj Shadiqin, Bihar anwar Majlisi dan Majmaul Bayan menafsirkan ayat di atas sebagai dua lautan malakuti yaitu Ali As dan Fathimah as
Lautan pertama lautan kewasyian yang terpancar dalam diri penutup para wasyi Ali as, lautan kedua yaitu lautan kenabian dan kerasulan yang terpancar dalam diri Shiddiqah Thahirah Fatimah Zahra as.
Baca juga Infografis: Sayidah Fatimah sa dan Gelar-gelar Agungnya
Allah Swt ketika menciptakan Manusia membentuk dua garis wilayah. Pertama garis wishayah, kedua garis-garis kenabian. Untuk itu Rasulullah saw bersabda,
لکل نبی وصی او ما من نبی ما کان له وصی
“Setiap nabi pasti memiliki wasyi, tidaklah nabi diutus kecuali bersamanya pasti ada wasyi.”
Dua garis ini selalu ada semenjak diciptakannya Adam as sebagai khalifah dimuka bumi. Kenabian Adam as- kewasyian Syist, Kenabian Musa as – Kewasyian Yusya bin Nun, Kenabian Isa as – kewasyian Syam’un bin Imran as dan seterusnya sampai titik terakhir di penutup para nabi, Rasulullah saw dengan wasyi Ali bin abi thalib as.
Karena Pintu kenabian ditutup pasca nabi Muhammad saw dan kewasyian ditutup pasca Ali as, maka Allah swt membutuhkan tempat penggabungan Kenabian dan kewasyian untuk menyiapkan era baru yang disebut dengan era imamah.
Tempat atau jembatan itu adalah Sayyidah Fathimah as, sosok penggabungan antara dua garis yang selama ini memenuhi sejarah manusia dari zaman Adam as hingga Khatam Muhammad saw, serta dari zaman Syist as hingga Amirul Mukminin as.
Dua lautan bertemu (lautan kenabian dan kewasyian) kemudian keluar dari kedua lautan tersebut, intan dan mutiara (era baru dari garis kenabian dan kewasyian yaitu era imamah yang dipimpin oleh Imam Hasan as dan Imam Husein as)
Yaumul Mahabbah adalah kecintaan Allah swt terhadap umat manusia untuk tetap memberikan mereka hujjah dimuka bumi ini pasca ditutupnya para nabi dan wasyi. Yaumul Mahabbah menjelaskan kepada kita tentang tugas dan peran Sayyidah Fathimah as sebagai jembatan dan tempat yang menampung dua garis ilahi untuk diwariskan kepada Imam Hasan as, Imam Husain as dan 9 imam dari keturunan Imam Husain as.
Kita tidak mungkin membayangkan dan mustahil mampu membayangkan kebesaran jembatan dan tempat itu yang menampung segala keutamaan (ilmu, akhlak dan segala fadhilah) 124.000 nabi dan wasyi yang tertampung dalam diri Fatimah Al-Zahra as.
Di sinilah falsafah Hadist qudsi yang mengatakan, “Kalau bukan karena Fatimah as, maka aku tidak akan menciptakan kalian berdua wahai Muhammad saw dan Ali as.”
Karena al-Zahra as memiliki peran sentral sebagai jembatan antara era kenabian dan era kewasyian menuju era imamah dan wilayah. Jika tidak ada Fathimah Zahra as, maka imamah dan wilayah tidak akan terealisasi. Ketika era imamah dan wilayah tidak ada, maka era kenabian dan kewasyian akan menjadi sia-sia. Sia-sia karena ada kekosongan hujjah di bumi Allah Swt. Sia-sia karena terputusnya pembawa kesempurnaan ilahiah, sehingga tujuan Allah swt menciptakan alam semesta menjadi sia-sia.
Laula Fatimah, Ma khalaqtukuma, kalau bukan karena Fatimah as, maka aku tidak akan menciptakan kalian, karena tanpa Fatimah as maka tujuan penciptaan akan menjadi sia-sia. (Tafsir al-Hikmah / KhazanahAhlulbait)