Berita
Strategi Walisongo Sebarkan Islam Nusantara
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dikenal damai tanpa adanya pemaksaan apalagi dengan cara peperangan seperti yang terjadi di beberapa negara Eropa.
Ketua Umum Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (LESBUMI), KH. Agus Sunyoto dalam pidato kebudayaannya di acara perayaan hari lahir ke-54 LESBUMI di di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta (24/3) dengan tajuk “Anugerah SAPTAWIKRAMA LESBUMI PBNU”, menceritakan beberapa peran kebudayaan Walisongo dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Menurut Agus, Islam di Indonesia menemukan bentuknya bersama dengan para Kyai dan Walisongo yang berupaya menghadirkan nilai-nilai tauhid melalui beragam bentuk dan ekspresi dengan citarasa dan estetika luhur.
“Ekspresi nilai-nilai tauhid begitu marak dan hadir menyusup ke relung hati dan laku keseharian manusia Nusantara,” terang Agus.
Strategi para Wali untuk mengajak masyarakat masa itu menjalankan ibadah wajib lima waktu tidak menggunakan istilah Shalat sebab akan terdengar asing. Tapi yang digunakan adalah istilah “Sembah Hyang”.
“Sebuah istilah yang sudah melekat dalam hegemoni sosial keagamaan masyarakat kita saat itu,” urai Agus.
Begitupun dengan tempat melaksanakan Sembahyang yang dinamai dengan Tajuk atau Langgar. Suatu nama pembeda dengan Sanggar, yaitu sebutan bagi tempat ibadah agama kuno Kapitayan dengan bentuk persegi empat dengan satu ruang kosong di tengahnya.
Tak hanya itu, nama ibadah Siyam pun tidak digunakan dengan menggunakan bahasa Arab, melainkan menggunakan istilah Upawasa atau Puasa, yaitu istilah yang merupakan salah satu ihwal serupa puasa dalam agama Kapitayan.
“Istilah puasa inilah yang sampai sekarang masih digunakan oleh umat Islam di indoensia,” terang Agus.
Agus Sunyoto juga menegaskan bahwa tak hanya itu saja, para Walisongo juga membentuk inovasi budaya tertentu yang merupakan asimilasi dan akulturasi dari budaya sebelumnya namun tetap dengan mempertahankan prinsip-prinsip tauhid. Inovasi yang layak diteladani dan ditiru di masa kita kini. (Lutfi/Yudhi)