Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Spirit Hari Pahlawan Tumbuhkan Semangat Pengorbanan & Pengabdian

10 November 1945 menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Hanya berselang satu bulan usai Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia oleh Soekarno-Hatta, Surabaya diserang oleh pasukan Sekutu (militer terkuat di dunia saat itu) karena terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. 

Saat itu perlawanan Arek-arek Suroboyo begitu dahsyat. Pertempuran itu sendiri sampai meluluhlantakkan Surabaya. Dahsyatnya pertempuran 10 November inilah yang kemudian menjadi simbol perlawanan dan dijadikan Hari Pahlawan oleh pemerintah.

Prof. Dr. Taufik Abdullah memaparkan kronologi peristiwa bersejarah ini dimulai dari sejak tentara Sekutu datang untuk melucuti tentara Jepang yang kalah perang. Saat itulah perang-perang kecil terjadi di beberapa daerah. 

“Sejak September tentara Sekutu sudah datang, padahal kita baru Proklamasi bulan Agustus. Mereka datang untuk melucuti tentara Jepang yang kalah perang., kedua untuk bebaskan tawanan,” tutur Taufik.

“Akhir September banyak pertempuran kecil saat rakyat melucuti Jepang, di Jawa dan Sumatera. Tapi konflik yang lebih besar, terjadi di Surabaya. Sampai tentara Sekutu minta Presiden dan Wakil Presiden menyelesaikannya.”

“Tapi beberapa hari kemudian, Mallaby yang sedang atur tentara tewas tertembak. Orang kita membantah melakukannya, mungkin ada beberapa pejuang tapi tak diketahui secara pasti. Tapi sekutu menyalahkan kita dan menuntut pemuda kita. Menuntut dalam waktu 3 hari menyerahkan diri dan menyerahkan senjata. Maka terjadilah serbuan hebat 10 November itu,” ujar Taufik.

Simbol Pengorbanan dan Pengabdian 

Dalam sejarah, tercatat betapa dahsyatnya perang 10 November itu. Semua elemen masyarakat berjuang bahu-membahu melawan pasukan Sekutu yang menyerang Surabaya. Dari sinilah 10 November menjadi simbol pengorbanan dan pengabdian anak bangsa membela Ibu Pertiwi. 

“Kalau dalam perjuangan itu, kita kan biasa memerlukan simbol-simbol. Ternyata salah satu pertempuran paling hebat itu praktis pertempuran di Surabaya, yang sampai menghancurkan Surabaya itu. Nah, 10 November itu memperlihatkan bagaimana kita, semboyan kita merdeka atau mati itu diwujudkan dalam realitas,” ujar Taufik.

“Kalau dikaji 17 Agustus kita Proklamasi kan tidak punya apa-apa, tapi pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan kita. Jadi itu yang sebenarnya lebih penting,” tambah Taufik. “Tanpa 10 November itu 17 Agustus itu kurang greget. Perjuangan 10 November ini membuktikan bahwa yg dilakukan Soekarno-Hatta dengan Proklamasinya itu jadi sah.”

Makna penting Hari Pahlawan yang bisa kita teladani menurut Taufik adalah semangat pengorbanan dan pengabdian yang tulus dari anak bangsa demi negaranya.

“Yang paling penting adalah kesediaan berkorban untuk satu cita-cita yang sah dan murni. Cita-citanya itu adalah kemerdekaan.”

“Mengingat 10 November itu supaya kita mengingat juga bahwa bangsa ini penuh pengorbanan. Dengan sadar akan pengorbanan, kita juga sadar apa artinya kehidupan ini.”

“Jadi dengan mengingat 10 November ini, akan mengingatkan juga bahwa cita-cita kita masih jauh tercapai. Masih banyak terjadi peristiwa yang tidak pantas, masih banyak korupsi. Jadi kita ingatkan juga, kita merdeka ini bukan sebagai hadiah tapi diperjuangkan dengan darah dan air mata,” pesan Taufik. (Muhammad/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *