Berita
Silaturahmi Ormas Islam ABI ke MUI Pusat
Menyikapi situasi terkini umat Islam di Tanah Air, Ormas Islam Ahlulbait Indonesia (ABI) mengadakan kunjungan silaturahmi ke kantor Ormas Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, di Jakarta.
Selasa (3/3) siang, dari ABI, seluruh unsur Pimpinan Harian DPP yang dipimpin Ketua Umum KH. Hasan Alaydrus didampingi Ketua Harian Ustaz Ahmad Hidayat, serta Sekjen dan Bendahara hadir pada pertemuan tersebut. Selain itu hadir pula unsur Dewan Syura ABI.
Delegasi ABI disambut hangat Prof. Dr. KH. Umar Shihab selaku Ketua MUI Pusat Bidang Ukhuwah Islamiyah yang ditunjuk oleh rapat harian pimpinan MUI untuk menemui delegasi Ormas Islam ABI. Prof. Dr. KH. Din Syamsuddin (Ketum MUI) yang sedianya akan hadir dalam pertemuan itu ternyata berhalangan karena beliau masih berada di Yogyakarta.
Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk mempererat hubungan silaturahmi antar Ormas Islam dan agenda membahas rencana strategis guna meningkatkan persatuan di kalangan umat Islam.
Salah satu hal penting yang dibahas dalam pertemuan itu menyangkut maraknya aksi intoleransi melalui ceramah-ceramah, penyebaran spanduk provokatif, dan penyebaran buku-buku, yang berisikan penyesatan dan pengkafiran terhadap kelompok Muslim Syiah di Indonesia.
Dalam pertemuan itu, Prof. Umar Shihab mengatakan bahwa umat Islam harus bersatu. “Kalau tidak, umat ini akan hancur,” paparnya. “Kita malu kalau ikut-ikutan mengatakan bahwa Syiah bukan bagian dari umat Islam,” tambahnya.
Lalu bagaimana dengan buku Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia yang oleh sebagian kalangan diklaim sebagai terbitan resmi MUI?
Prof. Umar menjelaskan bahwa buku tersebut memang diterbitkan oleh ‘oknum’ di Litbang MUI.
“Jadi itu tidak resmi dari MUI. Kita sudah menghimbau agar buku itu tidak diedarkan lagi,” paparnya.
Meski masih ada oknum MUI yang demikian, Prof. Umar menilai masih ada di MUI yang tetap menganggap Syiah bagian dari Islam.
Selain itu, kendala ukhuwah Islamiyah saat ini menurut Prof. Umar juga disebabkan adanya kelompok ‘ekstremis’ baik di kalangan Sunni maupun Syiah.
Prof. Umar juga menyayangkan adanya orang-orang yang ‘mengaku’ sebagai Syiah dan suka mencaci sahabat dan istri Nabi sebagai pihak yang potensial menjadi pemicu perpecahan.
“Orang-orang seperti itu bukan bagian dari kita (Syiah). Sudah kita ‘amputasi’ bahkan kita anggap mereka ini agen Zionis,” tegas Ustaz Hasan Alaydrus menanggapi penuturan Prof. Umar.
Di akhir pertemuan, MUI dan ABI bersepakat untuk saling berlapang dada tentang masih adanya sebagian orang atau pihak-pihak tertentu yang mengabarkan bahwa Syiah itu di luar Islam. Mungkin saja mereka belum memahami jika para ulama dan tokoh besar dunia dalam Risalah Amman, Deklarasi Bogor, dan Piagam Mekkah telah berulang kali dengan tegas menyatakan bahwa Syiah adalah bagian dari Islam.
Demikian pula terhadap beberapa orang yang seringkali mengatasnamakan MUI dan menyatakan bahwa Syiah sesat, mesti dipahami bahwa sebenarnya mereka tidak mewakili suara resmi kelembagaan MUI. (Malik/Yudhi)