Berita
Serba-Serbi Mudik
Lebaran tak lama lagi. Setidaknya hingga Senin (29/6), umat Islam di Indonesia hampir memasuki pertengahan bulan puasa. Mudik lebaran ke kampung halaman, terutama bagi warga kampung yang merantau ke kota sudah menjadi tradisi tahunan. Beragam alat transportasi pun menjadi pilihan banyak orang. Namun, keterbatasan penyediaan transportasi murah membuat sebagian orang mengantri dan berebut tiket mudik sejak jauh hari sebelumnya.
Calo Tiket
Hal yang sering ditemui saat calon penumpang datang ke stasiun atau terminal bus adalah keberadaan calo tiket. Ini yang membuat sebagian orang merasa kurang nyaman. Budi contohnya, saat akan mudik Jakarta-Yogya pekan lalu. Baru saja masuk terminal bus Kampung Rambutan, rombongan calo sigap mendekat. Tanpa basa-basi para calo menghadang dan bersikap memaksa agar Budi membeli tiket melalui mereka. Bersama temannya, Budi tak menghiraukan lalu menuju ke petugas resmi penjual tiket di terminal itu, meski para calo tetap memaksa. Di tempat yang sama, sekitar dua tahun lalu bahkan seorang calon penumpang dipukul kepalanya hanya karena tak mau membeli tiket lewat calo itu dan menanyakan keberadaan petugas resmi terminal. “Saya ini yang jual tiket!” kata calo yang berpakaian preman dan berkeliaran di sekitar terminal sambil memukul calon penumpang saat itu.
Ada juga cerita penodongan dan pengeroyokan oleh preman yang berperan seperti calo tiket terhadap calon penumpang.
Lain terminal bus, lain lagi dengan stasiun kereta. Muhammad Syahid, seorang karyawan swasta di Jakarta hendak mencari tiket kereta untuk mudik dari Jakarta ke Boyolali, Jawa Tengah. Sejak bulan April lalu, ia sudah mulai mencari tiket kereta yang murah untuk mudik. Ia mencoba mencari lewat online, juga melalui biro jasa. Namun, tiket dengan harga yang ia cari sudah tak tersedia. Ia pun datang langsung ke stasiun Pasar Senen Jakarta. Customer servise bilang, tiket habis. Syahid pun memutuskan pulang. Beberapa langkah kemudian, seseorang menawarkan tiket kepadanya. “Bagaimana bisa, di online habis, biro jasa nggak ada, di stasiun langsung pun sudah habis pula, kok ini ada yang menawarkan,” kata Syahid curiga.
Saat si calo menawarkan tiket dengan harga sedikit lebih mahal, dengan berbagai cara Syahid mencari alasan untuk menolaknya.
Tiket Online
Perkembangan teknologi memudahkan orang melakukan berbagai aktivitas. Termasuk urusan membeli tiket kereta, bus, dan pesawat, tanpa harus datang langsung ke loket penjualan tiket. Keunggulan lainnya, pembeli juga bisa terhindar dari sikap dan perilaku kasar para calo tiket. Karena itu, membeli tiket secara online menjadi salah satu alternatif bagi calon pemudik.
Mudik Bermotor
Bagi yang tak mau repot urusan tiket, pilihan naik motor pribadi masih cukup digemari para pemudik. Naik alat transportasi yang satu ini tak perlu tiket. Asal punya motor dan surat kelengkapan, bisa langsung jalan. Meski perlu diperhatikan, mudik bermotor angka risiko kecelakaannya cukup tinggi. Sebab itu, pemerintah melalui Jasa Raharja mengadakan program mudik gratis bagi pengendara motor.
Ahmad, salah seorang pemanfaat momen mudik gratis ini. Selain gratis, ia tak perlu berhadapan dengan calo tiket. “Tapi lumayan ribet prosesnya, dan syaratnya banyak,” kata Ahmad.
Meski begitu, setelah dijalani, proses yang semula terasa ribet itu menjadi mudah. Cukup menyerahkan fotokopi KTP, SIM, STNK, dan Kartu Keluarga sebagai dokumen untuk registrasi ia pun sudah mengantongi tiket mudik gratis ke Nganjuk, Jawa Timur.
Mudik Lebih Awal
Macet sudah bukan hal baru saat mudik. Terutama bagi pengendara mobil dan motor di jalan raya. Bagi yang kantongnya tebal, naik pesawat terbang dapat menjadi alternatif untuk menghindari macet. Semakin mendekati Hari Raya Idul Fitri, biasanya kemacetan jalan raya semakin parah. Bagi pengguna transportasi darat seperti bus, mobil pribadi dan motor, pulang mudik lebih awal juga dapat menjadi pilihan menghindari kemacetan. Karena biasanya jalur mudik tidak akan sepadat saat Hari Raya makin dekat. (Malik/Yudhi)