Berita
Seminar Pendidikan di Makassar Dihentikan Paksa Kelompok Intoleran
Sabtu (9/4) pagi, acara seminar pendidikan yang diadakan Lazuardi Athaillah Global Islamic School didemo sekelompok massa yang menamakan diri sebagai Aliansi Pemuda Islam Makassar. Seminar ini murni seminar pendidikan yang mengangkat tema Smart Ways in Using Internet for Children’s Education dan tidak ada kaitannya dengan agama atau aliran tertentu sebagaimana yang dituduhkan para pendemo.
Menurut salah seorang saksi mata di lokasi acara, di antara kelompok massa yang salah satu anggotanya berkostum “pemburu aliran sesat” itu juga ikut serta Said Samad, seorang tokoh yang selama ini dikenal anti-Syiah.
Sejak pukul 8 pagi, kelompok pendemo sudah berkumpul di lokasi acara (Hotel Santika) sambil meneriakkan yel-yel anti-Syiah. Tepat pukul 9 seminar dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Angin Mamiri. Untuk meredam suasana yang tegang, sejak awal acara, panitia mempersilakan kelompok pendemo untuk mengikuti acara. Pembicara dalam seminar ini adalah pakar Technology Entertain Design- Inovation Education yaitu Seyed Hyder dan Mahrukh Basir.
“Tapi belum bisa dipastikan alasan kenapa satu per satu dari mereka (para pendemo) meninggalkan ruangan seminar. Ada yang menyatakan, mungkin disebabkan mereka tidak mengerti bahasa pengantar yang digunakan dalam seminar, yaitu bahasa Inggris,” tutur salah seorang panitia.
Di luar ruangan, massa menuntut acara dihentikan karena mereka menilainya sebagai acara “orang Syiah”. Menghindari hal-hal yang tak diinginkan, panitia pun menghentikan acara sebelum jadwal berakhir yang sudah ditentukan.
Salah seorang wali murid Lazuardi sangat menyesalkan penghentian paksa ini, karena menurut mereka seminar ini adalah seminar pendidikan dan tema yang diseminarkan sangat bermanfaat bagi peserta didik dan juga masyarakat luas.
“Kami menyesalkan kenapa pihak keamanan belum berpihak kepada kelompok yang dizalimi, meski sudah ada perintah dari Presiden Jokowi yang memerintahkan Kepolisian Republik Indonesia bersikap tegas terhadap kelompok intoleran yang melarang aktivitas kelompok lain,” ujar salah seorang peserta seminar. (Kahaye/Yudhi)