Berita
Seminar Kemanusiaan Untuk Gaza
Demi aktualisasi sikap peduli terhadap rakyat Gaza Palestina, Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) SADRA mengadakan seminar kemanusiaan dengan tema “We Love We Care For Gaza” di Auditorium STFI SADRA yang berlokasi di Jakarta. “Mengaktualkan dalam bentuk pemikiran maupun tindakan,” kata Amar selaku ketua panitia seminar.
Seminar yang berlangsung pada hari Rabu (17/9) ini juga dimaksudkan untuk penggalangan dana untuk Palestina. Presidium Mer-C, dr. Jose Rizal, yang tengah menggarap rumah sakit Indonesia di Gaza menjadi narasumber dalam seminar itu.
Jose Rizal memaparkan tiga hal yang menjadi dasar bagi Indonesia dalam memberikan bantuan ke Gaza.
Pertama, bangsa Indonesia memiliki amanah konstitusi yang menolak segala bentuk penjajahan.
Kedua, sebagai perwujudan ukhuwah Islamiyah, karena di Gaza terdapat masjid Al-Aqsa, tempat suci tiga agama, termasuk umat Islam yang saat ini direbut Zionis Israel.
Ketiga, atas dasar kemanusiaan. Ini yang paling penting. Karena kemanusiaan menembus sekat batas; ideologi, ras, agama dan sebagainya.
Dengan wilayah yang begitu kecil, melawan Zionis Israel yang memiliki kekuatan militer terbesar ke-5 di dunia, apa yang menyebabkan Palestina bisa bertahan?
“Membangun aliansi,” kata Jose. Aliansi dari berbagai kelompok perlawanan, baik Hamas, Fatah, Front Liberal Palestine, Jihad Islam dan sebagainya. Selain itu, kerahasiaan juga kerjasama menjadi alasan penting sebagai kunci pertahanan. Hal itu dibuktikan dengan tidak menerima mujahidin dari luar karena akan berbahaya menurut mereka, terlebih banyaknya intelijen asing yang memiliki banyak kepentingan. Bentuk kerjasama pun mereka rahasiakan. “Ketika orang tahu, Iran-Hizbullah, dan Hamas bekerjasama, tidak happy orang-orang yang suka pecah-belah,” ungkap Jose.
Untuk itulah, Jose menekankan agar mewaspadai adanya ‘sub kontraktor konflik’ yang dapat menghembuskan isu perpecahan dimana-mana.
Isu Suriah juga berpengaruh penting terhadap Palestina. Sebab, menurut Jose, kalau Suriah berhasil dikuasai pemberontak, jalan perlawanan Hizbullah terhadap Zionis Israel akan tertutup. Sebab itulah, Hizbullah merasa harus turun tangan menyelamatkan Suriah.
Isu yang sering digunakan dalam konflik Suriah menurut Jose adalah Isu Sunni-Syiah. Hal tersebut dilakukan guna mengadu domba umat Islam agar perlawanan terhadap penjajah menjadi lemah. Selain itu, juga untuk menyamarkan dalam memandang siapa kawan dan siapa lawan.
Untuk menjelaskan kepada masyarakat Indonesia, Jose beberapa kali mencoba mengadakan dialog dengan kelompok ‘garis keras’ agar mampu memandang lebih jernih saat menyikapi perang yang terjadi di Suriah maupun tempat lain. Hal itu Jose lakukan agar kaum Muslimin tidak terpecah, dan jelas dalam memandang siapa musuh. “Tapi malah saya dituduh Syiah,” kata Jose.
Sempat juga ia ingin mengadakan diskusi tentang hal itu di sebuah universitas di Solo, Jawa Tengah, malah Rektornya diancam, akhirnya tidak jadi diskusi. Itulah yang dialami Jose Rizal, seorang aktivis kemanusiaan yang mencoba menjelaskan keadaan sebenarnya yang ia temui di medan pertempuran.
Selain menyampaikan keadaan tersebut, Jose juga memetakan arah pertempuran di Timur Tengah saat ini, terutama di Suriah.
“Iran, Hizbullah, dan Rusia berada dalam plot perlawanan membela Suriah,” kata Jose. Sementara di pihak oposisi, ada “Amerika, NATO, Quwait, Qatar, Mesir, Turki, Saudi Arabia”. Tapi lucunya, di Mesir, ketika Mursi jatuh, pecah kongsi. “Saudi Arabia mendukung militer, Qatar mendukung Mursi.”
Di akhir seminar itu, Jose mengajak para peserta untuk terus melakukan kampanye membela Palestina, melalui media sosial maupun media lainnya. (Malik/Yudhi)
Jose Rizal: Rahmatan Lil Alamin dan Kemanusiaan Bekal Dasar Kemanusiaan